Alice menatap tajam sosok pria yang sedang berdiri tepat di hadapannya. Emosinya sedang tidak stabil sekarang. Begitu mendarat di Thailand, Alice langsung menuju kuil tempat Blue dimakamkan. Tapi Biu sama sekali tidak mau ditemui siapapun, termasuk dirinya, orang yang paling ingin menemui adik kesayangannya itu. Sama seperti dirinya, pria yang katanya adalah kekasih Biu pun masih menunggu Biu untuk keluar dari kuil. Pemakaman Blue sudah selesai, harusnya hari ini adiknya akan pulang.
"Ayah, bisakah ayah bawa Venice pergi saja, biar Alice yang membawa Biu nanti," ucap Alice lembut. Ben mengangguk lalu mengambil Venice ke dalam gendongannya.
"Hati-hati, nak." Ben mencium puncak kepala Alice lalu bergegas pergi meninggalkan kuil. Alice kembali menoleh, menatap Bible tajam.
"Phi tidak lelah apa menatapku seperti itu sejak tadi," ucap Bible jengah.
"Kalau aku tidak salah ingat, Alex bilang kalian sudah putus, kenapa kamu masih disini?" tanya Alice galak.
"Yang bilang putus kan Biu, bukan aku." Biu lah yang mengatakan putus dan Bible tidak pernah menerima permintaan Biu itu. Jadi menurutnya, dia masih lah kekasih Biu yang sah.
"Begini ya, tuan Wichapas. Asal kau tau saja, sampai kapanpun aku akan selalu berada di pihak adikku. Apapun yang dia inginkan, aku akan menurutinya, termasuk menjauhkanmu darinya."
"Oh, ayolah, Phi. Bahkan aku sudah sangat menderita karena berjauhan darinya."
Alice membuang muka saat melihat Biu baru keluar dari kuil. Wanita cantik itu nampak antusias melihat adik kesayangannya karena mereka memang baru bisa bertemu sejak dirinya mendarat di Thailand dua hari yang lalu.
"Biu sayang!" Alice berlari menghampiri adik manisnya. Bible tersenyum tipis melihat pria kesayangannya tertawa karena Alice menghadiahkan banyak ciuman di wajah manisnya. Mereka berpelukan erat, bahkan Bible dibuat iri karena dia sangat ingin memeluk pria kesayangannya itu. Bible buru-buru bersembunyi di balik tembok ketika Biu tiba-tiba menoleh ke arah tempat dia berdiri. Bible tidak tau kenapa dia melakukan ini, tapi dia merasa Biu pasti tidak ingin melihat dirinya sekarang. Bible hanya terdiam melihat kedua Puttha itu pergi meninggalkan kuil. Menyisakan Bible dengan kerinduannya.
"Aku merindukanmu, Bii."
***
Sejak hari itu, Biu mengurung diri di dalam apartemennya. Dia tidak mau keluar sama sekali. Bahkan beberapa kali Alice mengajak dirinya untuk keluar sekedar untuk membeli bahan makanan pun dia tidak mau. Sejak itu pula Biu tidak pernah memegang ponselnya, dia hanya menyibukkan diri dengan buku bacaannya.
"Bii, kita jalan-jalan, yuk. Kau tidak bosan apa mendekam di dalam ruangan ini terus."
"Phi saja yang pergi."
Pagi tadi Ben dan Venice sudah kembali ke Chonburi karena Ben harus bekerja, Venice pun harus sekolah. Alice sudah memaksa Biu untuk ikut, karena sejujurnya Alice sudah kangen dengan rumahnya. Tapi adik manisnya itu menolak untuk pulang.
"Bii, kamu tidak bisa terus menerus mengurung diri di sini, sayang. Ayo kita jalan-jalan, lupakan semua beban dan kita habiskan uangku. Aku sudah bekerja mati-matian dan kamu tidak mau memakai sedikitpun uang milikku. Dasar adik durhaka."
Biu hanya tertawa kecil namun dia tetap abai dan lebih memilih buku bacaannya. Alice mendesah frustasi, hatinya sangat sedih melihat adik manisnya setiap hari hanya berdiam diri di dalam ruangan, ketakutan setiap waktu yang Alice sendiri tidak tau apa yang dia takutkan. Adiknya itu tidak mau berbagi sedikitpun kepadanya tentang apa yang dia rasakan.
"Kamu mau aku memanggil Bible kemari?"
Pertanyaan Alice langsung membuat wajah manis Biu memucat. Dia menatap Alice tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lecturer (END)
Fiksi PenggemarBible Wichapas Aku jatuh cinta pada dosenku sendiri. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tampan dan cantik di saat bersamaan seperti dia? Segala cara akan kulakukan untuk mendapatkannya. Meskipun aku tau dia hanya menganggapku sebagai anak kecil yan...