"Kau baik-baik saja?" tanya Bible memecahkan keheningan di antara mereka.
"Aku baik-baik saja, Bai."
Beruntung tadi ada Apo datang sehingga mereka berhasil pergi dari Mara. Sejak tau kalau Mara bekerja di tempat yang sama dengan mereka, Apo memang jadi lebih posesif padanya. Mengingat Bible sudah seminggu lebih tidak kuliah, mau tidak mau sahabat manisnya itulah yang harus full menjaganya. Tapi memang hari ini Apo harus mengisi seminar di luar sehingga dia baru kembali ke universitas menjelang sore. Itupun hanya untuk mengambil beberapa berkas. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke apartemen Biu, namun sejak tadi Biu tidak bisa fokus menyetir hingga mereka memutuskan menepi dulu di pinggir jalan.
"Mau kugantikan menyetir?" tawar Bible lembut namun Biu menggeleng. Kakinya sedang terluka, mana mungkin Biu membiarkan pemuda tampan itu menyetir. Dia hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan diri. Biu menatap kedua telapak tangannya yang masih gemetaran dan dingin. Bible lalu meraih kedua telapak tangan kecil itu dan menggenggamnya erat, Biu sedikit memiringkan tubuhnya jadi menghadap ke arah Bible.
"Mendengar namanya saja membuatku seperti ini, aku tidak berani membayangkan apa yang terjadi padaku kalau bertemu dengannya lagi," ucap Biu lirih.
"Biu, dengarkan aku sayang. Ingat, kamu tidak sendirian. Kamu punya aku sekarang, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Jangan takut naa."
Kedua mata cantik Biu berkaca-kaca. Bahkan sudah mulai mengairi wajah manisnya. Biu benar-benar ketakutan. Dia tidak berani membayangkan kalau mereka bertemu lagi. Kedatangan Mara saja sudah membuat hidupnya tidak tenang. Selama di universitas, Biu tidak pernah mau keluar dari ruangannya saat sedang tidak mengajar. Dia benar-benar menghindar dari semua orang. Tangis Biu semakin menjadi saat Bible memeluknya. Dia benar-benar ketakutan sekarang.
"Hiks hiks ,,, hidupku sudah jauh lebih baik tanpanya. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi," isaknya.
"I know, baby. I know. Aku akan menjagamu, aku akan selalu bersamamu. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu. Apapun alasannya."
Malam itu Biu benar-benar tidak bisa tidur, meskipun Bible sudah menemaninya, tetap saja dia tidak bisa tertidur. Menjelang tengah malam, Bible membuatkan segelas teh hangat untuknya. Mereka berdua menghabiskan waktu di balkon, Biu duduk manis di tengah-tengah Bible yang duduk bersandar di belakang Biu. Bersandar di dada bidang Bible menjadi sebuah hobi baru baginya karena memang senyaman itu.
"Sudah tenang?" tanya Bible lembut.
"Mmm," gumam Biu sambil asyik meniup teh hangatnya. Biu bisa merasakan Bible menyandarkan dagunya di puncak kepalanya. Nyaman, bagi Biu, pelukan Bible sangat lah nyaman. Tubuhnya yang kekar dan besar membuat Biu selalu merasa aman.
"Bisakah kau terus bersamaku seperti ini, Bai? Aku tidak bisa kalau tidak ada kamu," ucapnya lirih. Biu merasakan kecupan di puncak kepalanya.
"Tanpa kau minta pun aku akan selalu ada untukmu, Bii."
***
"Dasar Bible, aku sudah bilang tunggu aku, dia malah berangkat duluan dengan Nodt. Lalu apa bedanya denganku saat masih sendiri."
Biu masih mendumel sepanjang perjalanan dari parkiran ke ruangannya. Pagi ini dia bangun kesiangan karena semalam baru bisa tidur saat menjelang subuh. Dan saat bangun, dia menemukan note di meja pantry yang bertuliskan Bible sudah berangkat duluan dengan Nodt. Wajah manis Biu berubah cemberut. Bahkan dia tidak menyantap sama sekali sandwich daging yang sudah disiapkan Bible. Dia langsung bergegas mandi dan berangkat ke universitas.
Moodnya semakin buruk saat tidak mendapati sosok pria tampan itu saat datang. Dan jadilah bibir tipis nan seksi itu mendumel.
"Harusnya sebagai sepasang kekasih kami bisa berangkat bersama kan. Tapi bocah itu justru pergi duluan. Dasar menyebalkan. Ah, tunggu, dia belum memintaku jadi kekasihnya. Bahkan aku lah yang memintanya untuk di sisiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Lecturer (END)
FanficBible Wichapas Aku jatuh cinta pada dosenku sendiri. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tampan dan cantik di saat bersamaan seperti dia? Segala cara akan kulakukan untuk mendapatkannya. Meskipun aku tau dia hanya menganggapku sebagai anak kecil yan...