6. Peduli?

391 58 7
                                    

Bible berlari kencang menyusuri lobi universitas sambil sesekali mengumpat, merutuki ruang dosen manisnya yang berada jauh di belakang gedung utama. Begitu sampai, dia langsung membuka pintu ruangan dengan kasar.

"Kau baik-baik saja?" tanya Bible sambil menghampiri Biu yang sedang berbaring meringkuk di sofa.

"A, aku baik-baik saja," jawabnya lemah. Bible mendudukkan dirinya di samping Biu, dilihatnya wajah putih yang sedikit lebih pucat itu. Kemeja baby bluenya terlihat basah oleh keringat. Bible bisa sedikit lega karena Biu sempat meminum obatnya sehingga kondisinya tidak memburuk.

"Kau habis makan apa?" tanya Bible tajam.

"Tidak ada, bahkan aku belum ada minum kopi dari kemarin."

"Bohong, semalam kamu ke klub kan? Tidak mungkin kau tidak minum apa-apa semalam," ucap Apo yang baru saja datang.

"Kau ke klub setelah mengantarku?" tanya Bible dan Biu mengangguk lemah.

"Bisakah kalian diam dulu? Aku lelah," ucapnya sambil memiringkan tubuhnya, berusaha mencari posisi yang nyaman untuk berbaring.

"Siangnya makan asinan mangga, malam ke klub, aku yakin kamu belum makan apapun sejak kemarin kan."

Biu tetap hening dan tidak menanggapi perkataan Apo sama sekali. Dia hanya berbaring meringkuk seperti bayi. Bible lalu beranjak mengambil sebotol air putih di dalam kulkas mini lalu kembali menghampiri Biu.

"Ayo minum air putih dulu," pinta Bible. Si manis menurut, dia beranjak duduk dengan lemah.

"Aku pikir setelah bersama Bible, kamu akan berhenti berkelana seperti orang gila."

Bible agak terkejut saat Biu tiba-tiba menatap Apo tajam.

"Bisakah kau berhenti bicara? Aku benar-benar lelah mendengarnya. Dan aku tidak bersama siapapun sekarang, jangan asal bicara. Kalian pergilah, aku ingin sendiri."

Biu langsung kembali berbaring , Bible hanya menurut saat Apo mengajaknya keluar. Mereka pergi ke kafe dekat universitas. Bible hanya diam melihat wajah imut Apo yang sedang cemberut.

"Sudahlah, phi. Jangan cemberut lagi," tegur Bible pelan.

"Aku kesal dengannya, aku kesal melihat Biu jadi seperti kutu loncat. Aku kesal lihat dia selalu gonta ganti pasangan. Aku pikir, dengan adanya dirimu, dia bisa menghentikan kebiasaan buruknya. Tapi nyatanya, hihhhh aku kesal."

Bible tersenyum tipis mendengar omelan dosen imutnya. Kalau boleh jujur, Bible pun ingin bersikap egois dengan melarang Biu untuk melakukan seks bebas. Tapi Bible pun sadar kalau dia bukan siapa-siapa. Bahkan sampai saat ini, dosen manisnya itu masih menolaknya mentah-mentah.

"Bib, bagaimana perasaanmu pada Biu?"

Bible agak terkejut mendengar pertanyaan seperti itu, meskipun sebenarnya dia pun tidak pernah meragukan perasaannya.

"Aku menyukainya. Ah, tidak. Aku mencintainya. Dari pertama kali aku melihatnya, aku sudah jatuh cinta padanya. Pada matanya, pada senyumnya, pada dimple nya, pada suaranya. Aku menyukai semua yang ada padanya."

Bible tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, tapi Biu benar-benar merebut semua perasaannya sejak pertama kali mereka bertemu. Bible tau kalau dirinya belum punya apa-apa, hidupnya pun masih sangat berantakan. Tapi apapun yang terjadi, Bible akan memperjuangkan Biu. Bahkan meskipun dia ditolak berkali-kali, Bible akan mengejarnya lagi dan lagi. Bible tersadar dari lamunannya ketika Apo tiba-tiba menepuk bahunya lembut.

"Dibalik semua sikap keras kepalanya, Biu adalah orang yang sangat lembut. Kumohon berjuanglah untuknya, Bib. Kembalikan sahabatku yang dulu."

Hari itu, Bible sangat bahagia karena mendapatkan dukungan penuh, tanpa dia sadari kalau suatu saat dia akan menyesal karena tidak memahami maksud dari perkataan Apo barusan.

My Lovely Lecturer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang