35. Pertama Kali

295 54 9
                                    

Tubuh Biu bergetar hebat saat mendengar suara tembakan yang dilepaskan oleh para penjahat itu. Dia ketakutan, tapi dia juga tidak mau melepaskan Kino dari pelukannya. Tubuhnya terasa sakit setelah berusaha melawan lima penjahat di hadapannya. Satu jam sejak para sandera itu ditahan dan mereka baru saja menembak satu sandera. Seorang pria paruh baya berumur sekitar lima puluh tahun. Dan satu orang akan menjadi korban mereka lagi dalam satu jam ke depan. Dia hanya punya waktu lima puluh menit untuk berpikir bagaimana caranya melumpuhkan kelima orang itu.

"Hentikan pikiranmu sekarang juga."

Biu menoleh ke arah pria yang sedang diikat di sebelahnya. Pria itu adalah penjaga kasir supermarket, tubuhnya diikat karena dia sempat melawan tadi.

"Mereka punya senjata api, mereka juga pintar bela diri. Kamu hanya akan menyia-nyiakan nyawamu kalau melawan mereka," ucapnya datar.

"Paman, Kino belum mau mati," ucap Kino sambil mempererat pelukannya pada Biu. Si manis mengedar pandangannya. Dilihatnya tiga wanita yang sedang menangis, satu pria dan empat anak laki-laki yang sedang diam ketakutan. Biu ingin menghampiri mereka berempat, tapi setiap pergerakannya selalu diawasi oleh para penjahat itu.

"Jangan coba-coba melawan atau kepalamu duluan yang akan kupecahkan," ucap salah satu dari mereka sambil menodongkan pistol miliknya ke arah Biu. Mendapat perlakuan seperti itu, bukannya takut Biu justru menatap pria itu tajam. Merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Biu, pria itu menendang tubuh Biu hingga ia terlempar menabrak si pria kasir dan mereka terjatuh bersama. Biu mempererat pelukannya pada Kino yang sudah menangis semakin kencang.

"Diam kau anak kecil!!! Dasar berisik!" makinya. Kino berusaha menahan tangisnya dengan membenamkan wajahnya di dada bidang Biu.  Mendapat kesempatan karena tubuhnya kini berdekatan dengan si kasir, Biu diam-diam mulai membuka ikatan pada si pria kasir.

"Ja, jangan nekat," ucapnya takut.

"Bible ...." gumamnya yang langsung membuat si kasir terdiam. Ia menarik napas panjang lalu menghelanya perlahan sebelum lanjut bicara.

"Namaku Go, kalau kau mau bekerja sama, minimal sebut namaku dulu." Go paham kondisi Biu karena Biu sudah cukup lama berlangganan di supermarket tempatnya bekerja.

"Go ," gumam Biu pelan. Tubuh Go terasa kaku saat Biu mencoba membuka tali yang mengikat tubuhnya. Dia takut salah satu dari penjahat itu melihat apa yang mereka lakukan.

"Biarkan saja seperti itu," bisik Go saat simpul ikatannya sudah terbuka. Setidaknya tali itu harus tetap terlihat melilit di tubuhnya. Biu kembali memeluk Kino, berusaha menenangkan anak kecil yang masih ketakutan itu.

"Khun, kelima orang itu hanya kuat fisik, otak mereka tidak terlalu pintar. Berikan aku celah untuk merebut senjata salah satu dari mereka," bisik Go yang langsung Biu pahami. Biu melirik salah satu pria dewasa yang ada di hadapannya.  Biu berusaha menyampaikan rencananya melalui tatapannya, namun pria itu nampak bingung untuk bertindak karena ada empat anak kecil yang berada di sampingnya. Sedikit saja dia salah bertindak, anak-anak itu bisa jadi korban.  Biu menutup kedua matanya sejenak, menarik napas panjang dan menghelanya perlahan. Setelah dirasa detak jantungnya agak tenang, Biu melepaskan pelukannya dari Kino. Diciumnya kening anak itu lembut lalu mendekatkannya pada Go.

"Paman, jangan," pinta Kino pelan. Biu menyeka air mata Kino dengan tangan lembutnya.

"Ki, kita akan baik-baik saja," ucapnya pelan. 

Biu berdiri dari posisinya, membuat perhatian kelima penjahat itu langsung teralihkan padanya.

"Ternyata orang gila ini masih punya nyali untuk melawan," ucap salah satu dari mereka. Pria bertopi putih itu  berjalan mendekati Biu, perhatian Biu hanya terfokus pada pistol yang ada di tangan kirinya. Tepat saat jarak mereka sudah cukup dekat, Biu langsung menendang tangan kiri si topi putih hingga pistol di tangannya terlempar ke lantai. Biu mengerang ketika dia mendapat tendangan di perut. Teriakan ketakutan langsung terdengar riuh dari semua tawanan karena keributan yang terjadi antara Biu dan si topi putih.

My Lovely Lecturer (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang