"Aku tidak bisa!"
Jeongin menghela nafas panjang mendengar jawaban Chaeryeong. Saat ini, Black Malvado membutuhkan pengganti Ryujin untuk mengisi kekosongan posisi Sagittarius. Memikirkan hal itu, tentu saja Jeongin langsung menawarkannya pada Chaeryeong. Sayangnya, gadis itu menolak keras tawaran Jeongin.
"Aku mohon, Chaeryeong. Hanya kau yang bisa mengisi posisi ini," pinta Jeongin.
"Sekali tidak tetap tidak, Jeongin. Sebaiknya kau cari orang lain saja," ujar Chaeryeong.
Diam-diam, Eunchae menguping pembicaraan keduanya. Sejujurnya, ia tak mengerti apa yang dua orang dewasa itu bicarakan. Yang ia tahu, ibunya tampak berselisih dengan pria yang bertamu ke rumahnya.
"Hanya untuk sementara, Chaeryeong. Aku berjanji, kami akan segera mencari pengganti yang tetap," ucap Jeongin.
Chaeryeong tetap menggeleng.
"Aku tetap tidak bisa melakukannya. Itu hanya membuatku teringat pada Ryujin," ujarnya lirih.
Jeongin menggenggam tangan kecil teman lamanya.
"Karena itu aku memintamu melakukannya. Jangan sampai hal yang terjadi pada Ryujin terulang kembali. Aku mohon, angkatlah senjatamu sekali lagi untuk melindungi orang-orang yang membutuhkan kita,"
Perkataan Jeongin barusan membuat Chaeryeong tertegun. Hatinya sedikit tergerak ketika mendengar kalimat penuh makna itu. Sekarang ia semakin bingung. Apa yang harus ia lakukan jika sudah seperti ini? Haruskah ia kembali mengangkat senjata? Tapi bagaimana jika ia meninggalkan Eunchae sendiri nanti?
"Kami akan menjagamu sebisa mungkin. Kami tidak akan membiarkan Eunchae kehilangan sosok orang tua untuk yang kedua kalinya," ucap Jeongin.
Eunchae terdiam ketika mendengar hal itu.
'Aku... kehilangan orang tua...?'
♦️
Chaeryeong menangis tanpa suara di balik pintu kamarnya. Pada akhirnya, ia memilih untuk menyetujui permintaan Jeongin. Ada sedikit rasa sakit di hatinya, namun disisi lain ia juga merasa lega. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menitihkan air mata, mengeluarkan segala emosi yang tercampur aduk tak beraturan.
"Apakah aku memilih hal yang benar...?"
Chaeryeong bergumam lirih. Ia kembali merasakan keraguan besar di hatinya. Ia takut jika terjadi sesuatu padanya dan membiarkan Eunchae hidup sebatang kara. Ia yakin itu adalah penyesalan terbesarnya jika memang terjadi.
"Ryu-jin... a-apa yang harus a-aku lakukan...?"
Chaeryeong semakin terisak. Nafasnya mulai tak beraturan. Air matanya terus mengalir deras. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Rasanya, ia ingin berteriak melepaskan segala tekanan ini. Namun ia tak ingin mengganggu putrinya yang sedang beristirahat.
"A-aku butuh bantuanmu, Ryujin... Sungguh, a-aku t-tak tahu harus bagaimana lagi saat ini—"
Lagi, Chaeryeong kembali terisak untuk yang kesekian kalinya.
♠️
New York, Amerika Serikat.
Akhirnya tibalah saat dimana kedua remaja ini menginjakkan kaki di Amerika. Setelah persiapan beberapa hari, Jungwon dan Yujin berangkat meninggalkan Korea Selatan. Mereka sedikit mengalami hambatan karena Minho yang masih berat hati melepas putranya dan Heeseung yang masih merindukan adiknya. Namun, pada akhirnya mereka berhasil berangkat tepat waktu.
Yujin menggenggam erat tangan Jungwon. Keduanya berjalan susah payah menerobos keramaian. Sungguh, kota ini sangat padat. Yujin yang biasanya berada disini saja ikut kewalahan. Apalagi Jungwon yang selalu berada di tempat tenang dan sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remi : Revenge
Fanfiction[Sequel REMI] Seharusnya, kisah ini telah berakhir sejak kematian Ace. Semua masalah seharusnya selesai jika sumbernya telah hilang. Namun, bagaimana jika orang-orang terdekat Ace berniat untuk membalaskan dendamnya pada mereka yang terlibat dalam p...