Jake menatap jendela kamarnya. Ia merasa kepalanya hampir pecah. Ia baru saja diserang oleh seseorang, kemudian mendapat penjelasan mengejutkan, dan akhirnya harus ikut turun tangan menyelesaikan semua ini. Ia belum bertemu Sunghoon lagi setelah pertemuan rahasia mereka yang ternyata disaksikan oleh dua orang.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah ini? Aku tahu keberadaan Haewon tapi tidak bisa memberitahu Sunghoon. Bukankah ini semua malah merugikanku?" gumam Jake pelan.
Ia kembali menatap malam hari melalui jendela kamarnya. Namun, matanya tak sengaja menangkap sebuah bayangan mendekat. Kewaspadaannya mulai meningkat. Ia dengan gesit berusaha menutup jendela kamarnya. Sayangnya, penyusup itu lebih cepat. Dia menahan tangan Jake yang hampir berhasil menutup jendela.
"Sialan! Siapa kau?!"
Orang tua Jake tidak ada di rumah. Keadaan yang semakin tak terkendali membuat mereka semakin sibuk dengan organisasi masing-masing. Jake berusaha keras untuk melawan dan melepaskan tangan penyusup itu. Namun, sepertinya tenaga Jake kalah kuat.
Bugh!
Satu pukulan berhasil melayang tepat ke arah Jake. Tanpa pikir panjang, Jake segera berlari meninggalkan kamarnya. Ia harus pergi keluar dan mencari bantuan. Penyusup tadi langsung bergerak mengikuti targetnya. Jake keluar melalui pintu belakang. Tanpa menggunakan alas kaki, Jake berlari tanpa arah. Ia merasakan perih di telapak kakinya. Namun, hasrat untuk kabur dari si penyusup lebih besar dibanding rasa sakitnya.
Jake melihat siluet seorang pemuda tak jauh darinya. Ia tak bisa mengetahui siapa orang itu. Namun, ia hanya berlari kencang ke arahnya. Tak peduli dengan siapa yang akan ditemuinya, ia harus menghampiri orang itu.
"Sunghoon!"
Sepertinya Jake benar-benar beruntung kali ini. Pemuda yang ia lihat siluetnya tadi adalah Sunghoon. Si pemilik nama terkejut ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ia lebih terkejut lagi ketika tahu bahwa yang memanggilnya adalah Jake. Terlebih, kondisi Jake sangat tidak baik-baik saja.
"Astaga, Jake!"
Sunghoon menatap khawatir pada Jake, kemudian beralih menatap segerombolan orang yang mulai mendekat. Ia membawa Jake ke dalam gendongannya. Tangan kirinya mengeluarkan sebuah pistol. Jake melingkarkan tangannya pada leher Sunghoon. Kakinya pun melilit erat pinggang Sunghoon.
"Apapun yang terjadi, jangan pernah membuka matamu,"
Sunghoon berbisik pelan pada Jake. Jake hanya mengangguk dan memejamkan matanya dengan erat. Sungguh, tubuhnya kembali terasa sakit, terlebih kakinya. Namun, ia takut jika terjatuh dari gendongan Sunghoon. Karena itu ia mengabaikan rasa sakitnya sebentar sampai Sunghoon selesai mengurus semuanya.
♠️
"Uhuk—ugh!"
Taehyun bersandar pasrah pada dinding ruangan tempat dia berada. Tubuhnya benar-benar terasa sakit. Leo memberinya beberapa pukulan dan kekerasan fisik lainnya. Jika bisa, Taehyun ingin pingsan sekarang juga.
Tiba-tiba, Taehyun mendengar suara langkah mendekat. Ia hanya bisa menghela nafas pasrah untuk saat ini. Jika yang datang itu Leo, maka habislah dia. Namun, sepertinya prediksi Taehyun sedikit meleset.
"Hei!"
Taehyun mendongak dan terkejut melihat seorang pemuda masuk dan membantunya berdiri. Pemuda itu tampak mengawasi keadaan sekitar beberapa kali. Setelah yakin tidak ada yang melihat, pemuda itu memapah Taehyun keluar dari tempat itu.
"Tunggu—"
"Tidak ada waktu untuk bertanya! Simpan semuanya sampai kita berhasil menemukan tempat aman!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remi : Revenge
Fiksi Penggemar[Sequel REMI] Seharusnya, kisah ini telah berakhir sejak kematian Ace. Semua masalah seharusnya selesai jika sumbernya telah hilang. Namun, bagaimana jika orang-orang terdekat Ace berniat untuk membalaskan dendamnya pada mereka yang terlibat dalam p...