21 - Deklarasi Perang

182 20 0
                                    

Jisung, Jungwon, Yujin dan Jay telah kembali ke Korea dengan selamat. Jungwon sudah memberi kabar pada ayahnya bahwa mereka akan terbang ke Korea dalam waktu dekat ini. Dan Minho mengatakan bahwa salah satu kenalannya yang akan menjemput mereka.

"Bagaimana kita tahu siapa yang akan menjemput kita? Mengapa paman Minho tidak mengatakannya langsung pada kita?" gerutu Yujin.

"Entahlah, mungkin ayah ingin memberi kita kejuta-"

"Jungwon!"

Jungwon terkejut ketika mendengar suara familiar yang memanggil namanya. Seorang pemuda berlari ke arah mereka. Jungwon tak bisa menahan air matanya.

"Kak Taehyun!"

Keduanya berpelukan erat setelah sekian lama tak bertemu. Taehyun menatap semua orang yang berada di belakang sang adik. Tatapannya membeku pada sosok yang telah lama ia rindukan. Sosok yang selama ini menjadi misteri terbesar dalam hidupnya.

Tak hanya Tehyun, Jisung juga sama teregunnya. Ia nyaris tak berkedip ketika menatap putra sulungnya yang telah tumbuh remaja. Keduanya sama-sama terkunci dalam tatapan rindu. Jisung merentangkan tangannya, mempersilahkan Taehyun untuk masuk ke dalam pelukannya.

"Kau tidak ingin memeluk ibumu?" tanya Jisung.

Perlahan, Taehyun bergerak mendekat dan masuk ke dalam pelukan sang ibu yang memiliki tubuh kecil. Taehyun tak pernah merasakan pelukan ini. Inilah yang ia cari, pelukan hangat sosok yang telah melahirkannya.

Jungwon, Jay dan Yujin memberikan ruang pada keduanya untuk melepas rindu. Jungwon tahu, selama ini kakaknya telah mengalami banyak hal. Terlebih, kakaknya pula yang lebih mengenal sang ibu dibanding dirinya.

"Sungguh, aku senang kau masih bertahan hingga saat ini. Aku tahu kau sudah melewati banyak hal," bisik Jisung pelan.

Taehyun hanya mengangguk pelan. Meskipun air matanya tak keluar, ia benar-benar merasa senang dan terharu karena sang ibu masih memikirkannya. Selama ini, dirinyalah yang harus terus memikirkan keadaan adik-adiknya lantaran sang ayah yang sibuk bekerja. Kali ini ia merasa bahagia karena seseorang memikirkan keadaannya.

"Ibu merasakannya juga?" bisik Taehyun pelan.

Jisung mengangguk. Ia merasakan pelukan dari putranya semakin mengerat.

"Ya, aku tahu. Seseorang tengah mengawasi kita," balas Jisung.

Keduanya sadar akan hal itu. Jungwon mengusap tengkuknya dengan tak nyaman. Ia merasa sedikit gelisah sejak tadi, seolah-olah ada bahaya yang mengancam. Beberapa kali ia melirik Jay dan Yujin. Keduanya terus mengamati dan mencari apa yang seenarnya mengancam mereka.

Jay mencuri perhatian keempatnya dengan satu deheman dan dua kali batuk. Ia menggaruk tengkuknya sesaat, kemudian kembali berdehem tiga kali. Setelahnya, ia berkacak pinggang dan kembali melakukan hal yang sama, yaitu batuk, berdehem lalu batuk lagi.

Jisung dan Jungwon menyadarinya dengan cepat. Jay telah menemukan dimana musuh mereka. Dan apa yang Jay lakukan tadi adalah sebuah kode. Deheman dan batuk itu membentuk sandi morse dengan huruf D-O-R.

Itu berarti musuh mempunyai potensi untuk menembak mereka. Kemungkinan letak musuh ada di belakang, sebab Jay menyentuh tengkuknya dengan cara yang tak wajar. Dan gerakan terakhir Jay sebenarnya membuat mereka berpikir ambigu, sebab tak ada yang tahu pasti apa maksud gerakan berkacak pinggang itu.

"Sebaiknya kita segera pergi. Aku sedang dalam kondisi yang tidak sehat," kata Jay.

"Baiklah. Kita akan segera kembali ke rumah sekarang," balas Taehyun.

Taehyun segera menuntun mereka semua menjauh dari bandara. Dengan tergesa, Taehyun membawa keempatnya pergi. Minho meminta Taehyun menjemput mereka menggunakan mobil. Beruntung Taehyun pernah belajar mengendarai mobil.

Remi : RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang