[Sequel REMI]
Seharusnya, kisah ini telah berakhir sejak kematian Ace. Semua masalah seharusnya selesai jika sumbernya telah hilang.
Namun, bagaimana jika orang-orang terdekat Ace berniat untuk membalaskan dendamnya pada mereka yang terlibat dalam p...
Sosok pemuda pemilik nama Lee Taehyun itu bersiap dengan cepat mendengar panggilan dari ayahnya. Ia membereskan bukunya yang masih berserakan di meja belajar dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah siap, ia turun menuju meja makan, dimana dua adiknya sudah menunggu bersama sang ayah.
"Selamat pagi," sapa Taehyun dengan senyum tipis.
"Selamat pagi,"
"Selamat pagi, kak,"
Ayah dan adik Taehyun menyapa balik secara bersamaan. Taehyun menatap kursi kosong yang seharusnya diduduki oleh adik pertamanya.
"Haewon masih belum siap?" tanya Taehyun.
Sang ayah menghela nafas.
"Yah, seperti biasa. Dia pasti yang bangun paling akhir,"
Taehyun hanya mengangguk maklum dengan tingkah adiknya yang satu itu. Ia agak heran, mengapa hanya satu adiknya yang memiliki kebiasaan seperti itu. Padahal, dua adiknya yang lain tidak seperti itu meskipun keduanya menyebalkan.
Lee Haewon, adik pertama Taehyun sekaligus anak kedua keluarga Lee. Haewon ini memiliki tingkah yang cukup ajaib sebenarnya. Dia bisa menjadi sangat berisik dan menyebalkan ketika menggoda Taehyun. Dia juga sangat sulit untuk bangun pagi. Yang jelas, sikapnya itu jauh sekali dari sosok gadis anggun. Meski begitu, Haewon cukup cerdas dan memiliki insting yang kuat. Sehingga, dia akan sangat berguna di saat-saat mendesak.
Lee Jungwon, adik kedua Taehyun dan anak ketiga keluarga Lee. Meskipun bukan yang termuda, tapi dia cenderung memiliki sikap yang lebih kekanak-kanakan dibanging adiknya. Dia memiliki daya ingat yang kuat dan logika yang tajam. Kecerdasannya jauh di atas rata-rata. Meskipun begitu, dia bisa saja menjelma seperti Haewon jika sedang dalam mood yang baik.
Lee Sullyoon, merupakan yang paling muda di antara yang lain, atau bisa dikatakan dia adalah anak bungsu keluarga Lee. Dibandingkan kedua kakaknya, dia bisa menjadi jauh lebih dewasa. Dia cenderung tidak banyak bicara dan lebih suka mendengarkan orang lain. Sikapnya itu membuatnya tampak seperti seorang bangsawan. Sayangnya, ia memiliki tubuh yang lebih lemah dari saudara-saudaranya yang lain. Sehingga, semua kakaknya pun harus bekerja keras untuk menjaganya.
"Kalian makan dulu saja. Ayah akan memanggil Haewon terlebih dahulu,"
Tentu saja, Lee Minho sebagai sosok ayah pun turut hadir di antara empat bersaudara itu. Minho memang sering pulang larut dan berangkat pagi. Namun, ia sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk keempat anak tersayangnya itu.
Taehyun menatap punggung sang ayah yang mulai menjauh. Tanpa berikir panjang lagi, ia segera menyantap sarapannya. Suasana meja makan cukup hening untuk sesaat, sampai Jungwon membuka suara.
"Kak Taehyun, apa kakak tahu pekerjaan ayah sebenarnya? Ayah tak pernah mengatakannya pada kita. Mungkin ayah mengatakannya pada kakak?" tanya Jungwon pelan.
Taehyun terdiam sejenak mendengar pertanyaan adiknya. Sebenarnya, sang ayah pun juga tak pernah mengatakan apapun padanya. Meskipun penasaran, Taehyun cukup tahu diri untuk tidak menanyakannya lebih jauh.
"Ayah juga tidak mengatakan apapun pada kakak,"
Jawaban tak memuaskan dari Taehyun itu membuat pundak Jungwon kembali merosot. Sullyoon melirik sang kakak sekilas.
"Kakak sebaiknya tidak perlu terlalu penasaran. Rasa penasaran itu kadang bisa menghancurkan diri kita sendiri," ujar Sullyoon.
Jungwon mendengus pelan ketika Sullyoon menasehati dirinya.
"Iya, iya. Aku tahu," balas Jungwon acuh.
Sullyoon hanya mengangkat bahu cuek dan kembali melanjutkan sarapannya. Jungwon juga kembali fokus pada makanannya. Sedangkan Taehyun mulai memikirkannya setelah Jungwon bertanya tadi.
Memangnya apa pekerjaan ayahnya hingga harus dirahasiakan dari anak-anaknya? Apakah itu seorang mata-mata? Atau mungkin seorang mafia yang keberadaannya tak boleh diketahui? Entahlah, mungkin Taehyun akan mencari tahunya nanti.
"Haewon datang! Yak, jangan-aduh!"
Haewon berlari heboh menuju meja makan. Tapi karena berisik, Jungwon langsung menginjak kaki kakak perempuannya itu dengan keras.
"Dasar adik kurang ajar!" umpat Haewon sambil duduk di kursinya.
"Kakak saja yang berisik. Sudah terlambat bangun, membuat kegaduhan pula!" balas Jungwon sambil menjulurkan lidahnya.
"Aku bukan terlambat bangun! Tadi aku hanya mencari bukuku yang terselip entah dimana!" sanggah Haewon tidak terima.
"Cih, alasa-"
"Kalian ini jangan membuat ayah semakin pusing dengan kelakuan kalian!"
Minho yang baru menyusul kembali pun segera menyela perdebatan tak berguna dari kedua anak tengahnya itu. Dua-duanya itu sebenarnya sama saja, nakal dan jahil. Tapi itulah yang membuat suasana keluarga mereka lebih berwarna. Minho tak bisa membayangkan jika hanya ada dia, Taehyun dan juga Sullyoon di rumah ini. Suasananya pasti sangat dingin.
Sementara itu Taehyun hanya tersenyum tipis melihatnya. Memang benar, sikap jahil Haewon dan Jungwon sangat membantu mereka menghangatkan suasana. Taehyun ini benar-benar cetakan Minho, dingin dan jarang tersenyum. Beruntung Sullyoon masih bisa menyesuaikan suasana, meskipun dia cenderung cukup dingin pada orang lain.
Setelah menyelesaikan sarapannya, mereka segera berangkat ke sekolah bersama. Inilah kisah mereka. kisah para keturunan Lee yang akan bekerja sama untuk melindungi satu sama lain.
♥️
Remember Cast
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lee Minho
- Taehyun's father -
Halo guys! Aku balik dengan sequel nih! Buat jadwal update kali ini aku alih ke hari Jumat ya, soalnya aku ada rencana buat nulis beberapa cerita, hehehe. Semoga gak keteteran deh. Oke guys, see you!