01. PUTUS

672 24 0
                                    

Suara musik DJ mulai terdengar begitu Grace memasuki Northbank Club. Salah satu klub malam terkenal di kota Bandung. Musik DJ memang terdengar bagus, apa lagi, bagi mereka yang menyukainya. Namun, bagi Grace, ia sama sekali tak bisa menikmati musik apapun dengan volume sekeras ini. Telinganya berdengung, kedua matanya terasa asing dengan gemerlap lampu warna-warni yang mendominasi ruang gelap tanpa cahaya putih ini. Belum lagi, orang-orang yang berdiri di sekitarnya, berjoget sesuka hati seperti mereka tenggelam dalam imajinasi masing-masing.

Yap, ini adalah kali pertama Grace datang ke klub malam. Jika saja bukan karena Ezra, dia tak akan pernah memberanikan diri datang ke tempat begini, dengan mini dress begini. Bahkan, bisa dibilang meskipun memakai mini dress, pakaian Grace mungkin yang paling ‘lebih sopan’ dari yang lainnya. Rambutnya dibiarkan digerai dengan blow yang membuat rambut tipisnya lebih tebal bergelombang.

Meski hanya memakai makeup tipis, Grace mampu membuat beberapa mata lelaki di dalam sini meliriknya. Namun, wanita yang hampir memasuki usia 30 tahun itu sama sekali tak membiarkan dirinya berkontak mata dengan siapa pun di sini. Tujuannya hanya satu, menemui Ezra.

Kedua mata kecil Grace akhirnya menangkap sosok laki-laki yang sedang mengobrol asik bersama teman-temannya di salah satu sofa pesanan mereka. Grace berhenti melangkah. Lalu, dia memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Tak ada cara lain untuk memikat hati kekasihnya sendiri dengan mengikuti apa kesukaannya, termasuk main-main ke dalam tempat ini.

“Hai, Grace!” sapa seorang perempuan. Dia salah satu teman satu profesi dengan Ezra yang mengetahui juga hubungannya dengan Ezra. Perempuan itu memanggil Grace sedikit berteriak, berusaha melawan suara dari musik DJ. Meski begitu, Grace menuruti dan duduk bersama mereka. Ezra pun memberikan tempat di sebelahnya.

“Keputusan bagus, Grace! Kita akan merayakan tahun baru yang meriah di sini.”

You look great,” bisik Ezra tersenyum manis kepada Grace.

“Makasih,” jawab Grace balas tersenyum. Hanya itu saja sudah membuatnya sangat senang, dan merasa perjuangannya untuk datang ke sini tidak akan sia-sia.

“Mau minum?” Ezra menawarkan red wine kepada Grace. Salah satu minuman mahal di tempat ini yang tak akan bisa menggoda Grace untuk mencicipinya.

“Enggak, nanti aku pesen sendiri aja,” jawab Grace menolak halus.

“Aku udah memesankan yang terbaik untuk kamu. Apa kamu gak bisa minum seteguk aja?” tanya Ezra membujuk. Grace hanya diam sambil menimbang-nimbang. Dia kembali dibuat bingung oleh Ezra. Berulang kali, Ezra menawarkan banyak hal yang bertentangan dengan prinsip dan keinginannya. Dan, Grace selalu bisa menolaknya.

“Zra, ke sana ya.”

“Jangan lupa nyusul dong, kita have fun. Ajak aja dia.”
Teman-teman Ezra mulai beranjak dari sofa setelah meminum beberapa teguk red wine ke lantai dansa. Tentu saja untuk berjoget dan menikmati penampilan DJ lebih dekat.

“Jadi, gimana? Apa kamu gak mau mencobanya sedikit, aja?” tanya Ezra terdengar begitu lembut membujuk Grace yang masih bimbang ditempatnya.

“Oke, sedikit aja,” jawab Grace pelan. Setidaknya, Grace merasa dirinya perlu menghargai apa yang sudah Ezra siapkan untuknya. Dan responnya pun bagus, karena Ezra terlihat tersenyum senang sambil menuangkan red wine ke dalam gelas kosong untuk Grace. Grace menerimanya, sementara Ezra masih memerhatikannya, seolah ingin melihat Grace menenggak minuman itu.

“Kamu pasti bisa, coba dulu,” ucap Ezra karena melihat keraguan pada raut wajah Grace yang hendak menenggak minuman tersebut.

“Okay, aku coba,” jawab Grace seolah memantapkan dirinya sendiri. Dia menenggak minuman tersebut dalam satu tegukan, dan sedikit meringis. Namun, setelahnya dia tersenyum bangga seolah sudah berhasil melakukan apa yang selama ini tak bisa dia lakukan. Begitu juga dengan Ezra yang tersenyum puas melihatnya.

MY BAD HOUSEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang