"Grace, kamu serius dengan konsep cerita ini?"
Sebuah pertanyaan sederhana itu sukses membuat Grace tiba-tiba merasa ragu dengan konsepnya sendiri. Apa lagi, ketika dirinya berada di ruangan dingin ini lagi, duduk di hadapan Cecilia dan mereka mulai membicarakan hal yang serius terkait kerja sama mereka.
Grace menekan kedua tangannya di atas paha. Sejujurnya, dia merasa agak kurang yakin dengan konsep ceritanya kali ini, entah apa alasannya. Padahal, selama ini Grace selalu percaya diri dengan apa pun yang sudah ia tuliskan di konsep. Mungkin, alasan yang paling logis adalah karena karya ini menyangkut penulis besar seperti Cecilia, ditambah lagi, pengaruh mentalnya setelah pertemuannya dengan Ezra yang cukup emosional tadi malam.
"Apa ada yang salah, Bu?" tanya Grace akhirnya mengeluarkan suaranya yang terdengar sangat pelan.
Mendengar pertanyaan Grace, dan gelagat gadis itu, Cecilia menutup map yang sejak tadi dibacanya sambil menghembuskan napas panjang.
"Dari gelagat kamu saja, saya sudah tahu kalau kamu memang gak percaya diri dengan konsep cerita kamu ini," ujar Cecilia sambil tersenyum tipis. Sementara itu, Grace tertegun sambil menundukkan kepala dengan gugup. Pernyataan dari Cecilia barusan sudah cukup membuat kegugupan Grace semakin bertambah.
"Grace, saya ingin jujur. Kamu itu memiliki potensi, dan saya suka ide-ide cerita kamu yang kamu berikan ke para klien kamu. Dan, saya juga berharap kamu memberikan cerita-cerita yang segar tentang percintaan anak muda," ucap Cecilia menjelaskan kembali tentang maksudnya.
"Saya punya beberapa opsi ide cerita lagi. Mungkin Anda menyukainya. Sebentar ..." Grace bergegas membuka tasnya, lalu dia meraih sebuah buku catatan kecil yang memang selalu dibawanya kemana-mana.
"Saya punya ide cerita tentang ... seorang mahasiswi yang bertemu dengan cinta pertamanya semasa SMA, dan mereka terlibat cinta lokasi ..."
"Itu sudah terlalu sering. Coba yang lain," ujar Cecilia.
"Seorang perempuan yang ditinggal menikah oleh pacarnya -"
"Membosankan, coba cari yang lain." Cecilia sampai membuka kacamatanya sambil menyenderkan punggungnya ke kursi karena ide-ide cerita yang diberikan oleh Grace. Bahkan, Grace sendiri terlihat mulai panik karena respon Cecilia. Ia membalik lagi setiap halaman buku catatannya untuk mengatakan ide-ide lainnya.
"Seorang wanita yang dikhianati suaminya dan balas dendam ..."
Cecilia mengibaskan tangannya, tanda menolak ide Grace yang itu. Dan sekali lagi, Cecilia menarik napas panjang. Jika sudah begini, Grace merasa dirinya mungkin memang harus mengeluarkan satu lagi ide yang menurutnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Namun, setidaknya ia masih memiliki harapan kalau ini akan diterima oleh Cecilia.
"Bu, apa Anda pernah mendengar tentang open relationship?" tanya Grace dengan hati.
"Apa?"
"Open relationship. Saya belum menulis ide itu, tapi saya berpikir mungkin Bu Cecilia ... Tertarik," jawab Grace dengan cepat, karena ia pikir Cecilia kaget dengan objek bahasannya saat ini. Ini terdengar gila, bila ternyata Cecilia pun sudah tahu mengenai open relationship.
"Saya belum pernah mendengar itu. Apa itu semacam hubungan yang dilakukan orang-orang jaman sekarang?" tanya Cecilia terlihat penasaran. Dan, Grace agak lega mengetahui ternyata Cecilia belum mengetahuinya. Namun, di sisi lain Grace semakin ragu. Apakah dia harus mengatakan hal semacam ini? Apa dia akan ditolak mentah-mentah setelahnya?
"Ya, intinya open relationship itu hubungan yang cukup rumit, Bu. Sepasang kekasih, atau bahkan menikah, yang mereka sama-sama memperbolehkan pasangannya untuk bercinta dengan lawan jenis lain. Dan ... Hubungan seperti itu sudah dilakukan oleh beberapa pasangan jaman sekarang," ucap Grace dengan nada suara pelan dan terdengar cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...