41. HERE FOR YOU

321 7 0
                                    


“Saat itu, saya masih terlalu muda. Saya gak menyangka kalau saya akan hamil.”

Nick menatap wanita yang saat ini masih memakai seragam tahanan duduk di hadapannya, bicara dengan kedua tangan yang diborgol karena harus menemui Nick yang mengunjunginya di penjara.

“Kamu gak menyangka akan hamil dengan pekerjaan kamu sebagai …” Nick menahan kalimatnya. Entah mengapa dia sendiri tak tega mengatakan kalau wanita yang merupakan ibu kandungnya ini sebagai PSK. Dan, meskipun Nick tak menyebutkan kata itu, tentu Marisa mengerti ke arah mana Nick akan bicara.

“Kamu boleh berpikir saya orang yang kejam. Karena kenyataannya, saya memang hampir membunuh kamu dalam kandungan saya. Saya memang perempuan muda yang naif, tapi saat itu saya berpikir gak seharusnya kamu lahir dan tumbuh di tengah-tengah lingkungan saya yang hancur. Kalau kamu terlahir perempuan, mungkin kamu akan berakhir seperti saya, dan kamu terlahir sebagai laki-laki … kamu akan menjadi preman atau bahkan pengedar seperti kemarin. Saya gak mau melahirkan penerus para bajingan itu,” jawab Marisa terdengar tegar dengan kedua tatapannya yang lurus ke depan tanpa berkedip.

Mendengar pengakuan itu, Nick merasa pikirannya mulai berkecamuk. Mungkin, memang seharusnya dia tak lahir ke dunia ini. Namun, keluarga angkatnya telah menyelamatkan hidupnya sejak kecil. Namun, masih pantaskah dirinya membenci wanita yang telah melahirkannya ini ditengah situasi sulitnya saat itu?

“Perempuan itu, Grace namanya. Dia sering menceritakan tentang kamu setiap kali datang ke sini. Katanya, walaupun kamu orang yang emosional, sering membuat keributan dan masalah, kamu adalah anak yang baik. Itu membuat saya lega, karena begitu melihat kamu bertengkar di klub malam waktu itu, saya sangat marah dan berpikir kalau kamu mungkin tumbuh menjadi anak berandal karena darah bajingan dari saya dan laki-laki yang sudah menghamili saya,” ucap Marisa.

“Siapa orangnya, Ayah kandung saya?” tanya Nick dengan raut wajah datar seperti sejak pertama dia datang sepuluh menit yang lalu.

“Kamu gak perlu tahu, Nick.”

Nick tak kecewa karena tak mendapat jawaban itu. Dia hanya penasaran, dan tak peduli siapa laki-laki bajingan yang menjadi ayah kandungnya.

“Seharusnya, masa tahanan kamu sudah selesai satu tahun lalu. Tapi saya dengar kamu menyerang petugas kepolisian dan mendapat perpanjangan masa tahanan. Kenapa?” tanya Nick. Ia juga hanya penasaran mengapa perempuan ini malah menyerang petugas sampai hampir mati padahal dia tahu pasti hal itu akan mempengaruhi masa tahanannya.

“Saya lebih aman di dalam sini, dibanding di luar,” jawab Marisa dengan tenang. Dan Nick tahu maksudnya. Jika keluar dari penjara, mungkin komplotan Juno akan mencarinya dan memaksanya kembali pada bisnis haram mereka. Sementara, Marisa juga tak memiliki keluarga yang akan menerimanya apalagi memberikan perlindungan.

“Boleh saya tanya sesuatu sama kamu?” tanya Marisa. Nick menganggukkan kepalanya.

“Apa alasan kamu mencari-cari saya selama ini?” tanya Marisa.

Nick terdiam sejenak, dia sedang memantapkan dirinya akan sesuatu yang berada di pikirannya sejak tadi.

“Orang-orang berpikir, saya mungkin ingin menuntut jawaban dari kamu mengapa membuang saya dulu. Tapi enggak sama sekali, saya hanya ingin melakukan balas dendam pada kamu. Membuat kamu mendekam dipenjara, saya pikir sudah cukup membalaskan dendam saya …” Nick menggantungkan kalimatnya begitu melihat Marisa menelan salivanya penuh getir.

“ … Tapi saya gak menemukan kepuasan sama sekali atas hal ini. Meski saya gak menyesal telah membuat kamu ditahan saat itu, saya minta maaf. Dan … saya memaafkan kamu,” imbuh Nick hingga akhirnya Marisa mengedipkan matanya sambil menoleh ke arah Nick dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

“Maaf, waktu kunjungan telah habis,” ujar salah satu petugas penjaga menghampiri mereka berdua, lalu membantu Marisa untuk berdiri dari kursinya.

“Hidup dengan baik, Nick.” Hanya itu yang dikatakan Marisa ketika dirinya beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya pergi bersama sang petugas.

“Marisa,” panggil Nick seketika menghentikan langkah Marisa dan petugas tadi.

“Setelah masa tahanan kamu selesai, datanglah ke rumah saya. Walaupun saya belum bisa menganggap kamu sebagai ibu saya, setidaknya saya akan menerima kamu sebagai tamu saya nanti atau mungkin … tinggal sementara di sana.”

Senyum kecil seketika merekah di wajah kurus Marisa. Ia menganggukkan kepalanya, lalu berbalik. Marisa menghela napas panjang sambil kembali berjalan mengikuti si petugas kepolisian.

Nick beranjak dari duduknya juga. Dia merasa perasaannya jauh lebih baik sekarang. Ternyata benar apa kata Grace, memaafkan seseorang tak akan membuat kita merendahkan diri sendiri, tetapi justru akan membuat ketenangan diri yang selama ini tak benar-benar dirasakan Nick selain berada di dekat Grace.

“Gimana, udah selesai ngobrolnya?” tanya Grace begitu melihat Nick keluar dari kantor kepolisian.

Nick menghela napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan.

I choose to forgive us.”

Us?”

Me and her. Gue mau maafin dia yang udah meninggalkan gue waktu kecil, dan maafin diri gue sendiri yang selama ini jadi pendendam sama ibu kandung gue sendiri,” jawab Nick menundukkan kepalanya malu dengan semua kelakuannya dulu. Membuang-buang waktu hanya untuk menemukan Marisa dan balas dendam.

Grace tersenyum, “Itu bagus, Nick. Kamu udah ambil keputusan yang tepat,” ujar Grace sambil meraih wajah Nick dan mengelus pipinya dengan lembut hingga Nick memejamkan matanya sambil memegangi tangan Grace yang ada di pipinya.

“Gak perlu menyesali yang udah terjadi, Nick. Kalau ini semua gak terjadi, mungkin kamu gak akan tahu kebenarannya tentang ibu kandung kamu. Dan … mungkin kita gak akan pernah bertemu.”

How lucky I am,” bisik Nick sambil memeluk Grace erat-erat. Sementara Grace tersenyum lebar sambil membalas pelukan Nick. Dia ikut merasa lega karena kebencian Nick dengan masa lalunya telah usai. Ia juga tak pernah menyangka bahwa laki-laki yang lebih muda darinya ini bisa bersikap dewasa melebihi laki-laki seumuran Grace.

Grace ingat betul, dirinya pernah mengatakan kalau ia tak akan mungkin memiliki hubungan dengan laki-laki yang lebih muda darinya. Namun, baginya Nick adalah pengecualian. Nick mampu membuktikan bahwa usia hanyalah angka, kedewasaan yang sesungguhnya bisa dilihat melalui jalan pikiran dan sikapnya.

“Jadi kapan kita nikah?” tanya Nick seketika membuat Grace tertawa.

“Nanti, ke rumah orang tua saya dulu dong. Berani gak bilang ke mereka?”

“Udah jalan sejauh ini buat lo, masa gak berani ngadepin orang tua lo doang,” jawab Nick tersenyum penuh percaya diri sambil memberikan helm untuk Grace.

“Kepedean banget. Kaya bakal langsung diterima aja.”

“Pasti diterima, nanti gue bawa martabak spesial telur bebeknya 6 biji,” jawab Nick sontak segera mendapat pukulan pelan di lengannya dari Grace yang tertawa terbahak-bahak.

- E N D -

MY BAD HOUSEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang