Ezra dan Nick masih saling melemparkan pandangan ketika Grace melangkahkan kakinya pergi dari hadapan mereka setelah menarik paksa tangannya. Detik berikutnya, ketika keduanya sama-sama memalingkan wajah, Ezra melangkahkan kakinya hendak menyusul Grace, tetapi Nick menahan laki-laki itu, meskipun dia sendiri tak yakin untuk apa dia melakukan hal ini.
“Kalau lo bukan siapa-siapanya Grace, seharusnya gak perlu ikut campur,” ujar Ezra berusaha untuk tetap tenang menghadapi anak muda ini. Namun, Nick sama sekali tak gentar menatap tajam Ezra.
“Bukan kaya begini seharusnya lo memperlakukan cewek. Apa lagi setelah lo sia-siakan,” jawab Nick menegaskan pada laki-laki yang secara usia memang lebih tua darinya.
“Apa yang lo tahu? Grace cerita semuanya sama lo?” tanya Ezra tak percaya, laki-laki muda asing yang seolah-olah tahu banyak hal mengenai hubungannya dan juga Grace. Namun sayangnya, kali ini Nick tak menjawab. Dia hanya tersenyum miring, lalu melangkahkan kakinya ke arah yang sama dengan Grace.
Ezra tertegun di tempatnya sambil memerhatikan mereka berdua dari belakang. Siapa sebenarnya laki-laki itu? Dan apakah dirinya perlu sejauh ini mengejar Grace saat ini? Ezra sama sekali tak tahu bahwa takdir membawanya bertemu lagi dengan Grace, padahal dia sama sekali tak tahu kalau Grace berada di kota Jakarta. Apa lagi, mereka bertemu di tempat yang ia tahu paling Grace benci. Apa gadis itu sudah merubah pikirannya?
**
“Mau pulang naik apa, lo?” tanya Nick yang masih mengikuti langkah Grace dari belakang. Wanita ini kelihatan benar-benar kesal sampai tak menoleh sedikit pun padanya yang jelas-jelas berjalan di belakangnya.
“Apa aja, banyak kendaraan,” jawab Grace.
“Ya udah kenapa gak pulang sekarang? Kenapa malah jalan-jalan begini?”
“Ini saya mau pulang.”
“Gue aja yang nganter,” ucap Nick tak ingin basa-basi lagi.
“Gak usah, saya bisa sendiri kok,” jawab Grace ketus.
“Ini udah malem, Grace. Setahu gue, Jakarta gak aman untuk pejalan kaki perempuan. Ayo gue anter pulang,” bujuk Nick. Namun, Grace sama sekali tak menyahutinya. Sampai, tiba-tiba Nick menghentikan langkahnya saat dirinya sadar mengapa sekarang posisinya seperti sedang membujuk kekasihnya yang marah?
“Bukannya alasan lo ke klub itu untuk nyari gue?” tanya Nick.
Grace masih tak menjawab. Dia menghembuskan napas panjang, terlihat masih kesal karena dirinya nekat menyusul Nick malam ini ke klub, dia harus kembali bertemu dengan Ezra.
“Bukannya lo harus ngasih laporan ke Kak Bianca, soal gue?”
Kali ini Grace reflek menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Nick yang berdiri beberapa meter di belakangnya.
“Iya, emang. Gue harus memastikan lo gak buat masalah di luar, gak ketangkep polisi, atau sekarat karena mabuk dan berantem sama orang. Gara-gara lo, gue harus ke sini dan -” Grace menahan napasnya setelah mengoceh marah tak jelas kepada Nick yang kini menatapnya dengan tatapan tenang. Hal yang terasa janggal untuk Grace saat ini. Mengapa Nick bisa setenang ini, ketika menghadapi ocehannya ini?
Saat Grace masih diam, Nick sudah lebih dulu melangkahkan kakinya menghampiri Grace. Dia meraih pergelangan tangan gadis itu dengan hati-hati dengan pandangan lurus menatap Grace.
“Gue anterin pulang, ya?” tanya Nick sekali lagi. Sementara Grace tertegun begitu mendengar suara berat Nick dengan aksen bahasa Inggris nya yang tiba-tiba terdengar agak menyentuhnya.
“Mau jalan sendirian terus diganggu sama cowok-cowok yang nongkrong? Waktu di dalem klub aja lo keliatan gak nyaman. Gimana kalau didatengin sama cowok-cowok itu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...