Nick akan kembali ke London lusa nanti. Grace memang menginginkan hal itu sejak awal Nick datang ke Indonesia. Namun, dia tak pernah membayangkan bagaimana kesehariannya tanpa Nick. Tanpa ada orang yang mengganggunya, membuatkan makanan, memaksanya untuk pergi keluar karena Nick selalu terlibat masalah.
Grace selalu kesulitan menyelesaikan masalahnya sendiri, tetapi dia bertemu dengan Nick dan berulang kali membantunya menyelesaikan masalah. Grace tak pernah ada di dalam sebuah misi atau melakukan kegiatan yang begitu memicu adrenalin sebelum Nick datang ke dalam hidupnya. Bagaimana dia tahu dunia malam, hubungan aneh yang dilakukan teman-teman Nick, membuat rencana bersama untuk mencari Marisa, rasanya sudah banyak yang dia lalui bersama Nick selama ini.
“Grace? Grace? Hey …” Cecilia menjentikkan jarinya beberapa kali di hadapan wajah Grace untuk memastikan apakah Grace memerhatikannya atau benar sedang melamun saja. Namun, melihat reaksi Grace yang terkejut, sudah jelas bagi Cecilia bahwa perempuan ini sedang melamun.
“Maaf, maaf … Tadi gimana, Bu?”
“Kamu tuh kenapa sih? Saya sudah jelasin panjang lebar mengenai usul saya soal bagian ini,” protes Cecilia, lalu meraih cangkir tehnya. Grace yang ditegur begitu, otomatis merasa tak enak pada Cecilia. Penulis senior ini sudah meluangkan waktunya untuk mengobrol dengan Grace perihal perkembangan tulisannya. Namun, Grace malah kehilangan konsentrasinya.
“Maaf, Bu. Saya … agak kurang tidur semalem. Maaf …”
“Kamu kurang tidur karena tulisan ini atau memang lagi ada masalah, Grace?” tanya Cecilia memerhatikan Grace yang tiba-tiba terlihat kikuk.
“Keliatan kok dari wajah kamu.”
Grace menggigit bibirnya, dia meraih air mineral pesanannya di meja kafe untuk mengembalikan lagi fokusnya.
“Bu, maaf saya bener-bener gak bermaksud untuk bawa-bawa masalah pribadi saya -”
“Selama masalah itu kamu pendam sendiri, dan kamu gak melakukan apa-apa, selama itu juga kamu gak akan fokus, Grace. Dan, biasanya hal itu akan berdampak dengan tulisan yang sedang kamu kerjakan,” sergah Cecilia menasehati. Dan tentu saja hal itu semakin membuat Grace benar-benar merasa bersalah.
“Grace, sebenernya ada apa? Kamu bisa cerita sama saya. Saya yakin masalah yang kamu hadapi ini menyangkut orang-orang terdekat kamu sampai kamu gak bisa menceritakannya sama mereka. Nah, karena saya gak kenal mereka, kamu bisa ceritakan itu sama saya, Grace.”
Grace kembali meminum air mineralnya. Tenggorokkannya agak kering saat menyadari semua yang dikatakan Cecilia adalah benar. Kepada siapa dia harus bercerita keresahannya? Selama ini hanya Bianca yang menjadi teman mengobrolnya. Namun, tentu saja Grace tak bisa menceritakan tentang kegundahan perasaannya kepada Bianca, karena ini menyangkut adik iparnya. Di sisi lain, Grace juga memang ingin sekali membagi keluh kesahnya ini dan meminta pendapat seseorang, setidaknya untuk menyadarkan dirinya agar melupakan perasaan konyol ini.
“Kalau kamu gak mau cerita, it’s okay, Grace. Mungkin kita bisa bicara lain kali lagi tentang kelanjutan tulisan ini.”
“Sebenernya ini … tentang masalah percintaan saya yang agak konyol, Bu. Belakangan ini saya … memikirkan banyak hal tentang ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...