“Paling itu cuma chat bohongan, Nick.” ujar Grace mengembalikan lagi ponsel Nick setelah laki-laki itu menunjukkan isi pesan yang diterimanya tadi.
Nick terbalalak tak percaya dengan tanggapan Grace barusan. Grace berjalan begitu saja melewatinya masuk ke rumah.
“Bohong? Dari mana lo tahu ini bohong, Grace? Bahkan lo sendiri gak tahu siapa orang ini, kan? Dan mereka tahu soal Marisa!”
“Mereka pasti orang-orang yang ribut sama kamu di Colonel Night Club, Nick. Jelas mereka tahu kalau kamu lagi sibuk nyari-nyari perempuan yang namanya Marisa,” jawab Grace mengarang. Dia masih berusaha menghindari tatapan mata Nick yang seolah terus mencecarnya.
“Terus, lo pikir kenapa mereka ngirim ini? Bercanda?”
“Ya biar kamu dateng lagi ke sana dan mereka bales dendam sama kamu, apa lagi?” balas Grace tanpa sadar meninggikan suaranya demi menutupi kegugupannya yang terpaksa harus membohongi Nick.
“Lo pikir ini dunia imajinasi novel lo? Gak semua orang punya waktu cuma buar bales dendam doang,Grace! I don’t are if you not believe it. Gue akan tetap ke sana nanti malam!” tukas Nick, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar.
“Saya gak bisa, saya ada deadline tulisan,” tolak Grace seketika menghentikan Nick di depan pintu kamarnya.
“Well, apa yang bisa gue harapkan dari lo, Grace? You didn’t mean when you say that you’ll help me,” sahut Nick tanpa menoleh pada Grace sedikit pun, lalu dia melanjutkan langkahnya ke kamar.
Grace menghela napas berat sambil memanggil keningnya frustrasi. Usahanya untuk menahan Nick pergi, malah membuatnya terlihat sangat jahat bagi Nick. Bagaimana bisa dia mengatakan yang sebenarnya pada Nick soal Marisa? Kenapa juga tiba-tiba ada orang yang mengatakan pada Nick bahwa dia akan mempertemukan Nick dengan Marisa? Ini benar-benar janggal bagi Grace. Dan sekarang, Nick kembali marah padanya karena berpikir kalau dirinya benar-benar tak ingin membantunya dalam mencari Marisa.
***
Apa yang bisa gue harapkan dari lo, Grace? You didn’t mean when you say that you’ll help me.
Kata-kata itu selalu terbayang di benak Grace sejak tadi pagi. Dia hampir kehilangan fokusnya. Bahkan, Grace tak bisa membiarkan dirinya diam sebentar saja, karena kalimat-kalimat Nick itu akan kembali teringat di benaknya.
Bahkan, ketika Grace menatap ke layar laptopnya, dia terus teringat Nick. Pasalnya, sudah banyak catatan yang dituliskan oleh Nick pada tulisannya.
Ponselnya berdering ketika Grace masih duduk termenung dengan pikirannya yang semrawut. Dan ketika melihat yang menelepon ternyata Cecilia, Grace buru-buru menegakkan tubuhnya dan berusaha untuk membetulkan suasana hatinya agar bisa terdengar senang menerima telepon dari klien emasnya ini.
"Halo, iya Bu?"
"Grace, maaf telepon kamu mendadak begini. Apa kamu lagi sibuk sekarang?" tanya Cecilia.
"Sekarang ... Saya lagi nulis proyek kita, Bu."
"Oke, tahan dulu. Sekarang, kamu temui saya di Kopi Sejiwa. Saya mau bahas beberapa hal sama kamu soal proyek kita," ujar Cecilia.
"Boleh, bisa Bu. Kalau gitu ... Saya ke sana sekarang. Kira-kira setengah jam ya, Bu."
"Okay, saya tunggu ya, Grace ..."
Panggilan telepon berakhir. Grace bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Seperti biasa, Grace tak pernah memerlukan waktu lama untuk keluar. Dia hanya memakai polesan makeup tipis. Hanya untuk membuat wajahnya lebih fresh. Lalu, dia meraih tas slempang dan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...