Grace sudah membereskan barang-barangnya dari kamar Nick ketika laki-laki itu sudah tertidur. Dan ponselnya berdering ketika Grace berniat untuk mengambil minum di dapur. Begitu melihat nama Bianca yang muncul di layar ponselnya, seketika Grace berbalik dari dapur menuju kamarnya, mengurungkan niatnya untuk mengambil minum.
"Grace, sorry ya telepon lo gak keangkat. Kenapa, Grace? Apa ada yang terjadi lagi sama Nick?" tanya Bianca.
"Enggak, kok. Nick baik-baik aja, Bi."
"Syukurlah. Soalnya terakhir kali dia ngehubungin gue, dia bilang lagi sakit. Tapi katanya dia udah cek ke klinik sama lo," ucap Bianca seketika membuat Grace mengeriyitkan keningnya heran. Mengapa Nick mengatakan ini? Sudah jelas-jelas kalau Nick berangkat sendiri ke klinik.
"Makasih banyak ya, Grace. Lo udah ngerawat Nick setiap dia sakit. Tapi, Chris bilang Nick sempet telepon dia. Dan dia janji akan pulang ke London, kalau sampai akhir bulan ini dia gak ketemu Marisa."
"Bi, justru ini yang pengen gue obrolin sama lo ..." Grace menggantungkan kalimatnya, dia menggigit bibirnya merasa masih ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa, Grace?"
"Tadi sore, ada seorang perempuan yang datang ke rumah. Dia bilang, kalau dia itu Marisa."
"Apa? Marisa ... Dia dateng? Kok bisa dia ..."
Grace pun menceritakan apa yang dikatakan oleh perempuan bernama Marisa itu kepada Bianca dari awal mereka bertemu sampai akhirnya Grace mengembalikan uang yang diberikan oleh Marisa sebelumnya.
"Gue belum bilang apa-apa sama Nick, Bi. Jujur aja, gue sendiri masih gak percaya kata-kata itu terucap dari ibu kandung dia sendiri," ujar Grace setelah menceritakan semuanya kepada Bianca. Namun, tetap saja Bianca belum juga merespon Grace.
"Bi?"
"Iya, Grace. Gue dengerin lo, kok. Gue cuma ... lagi mikir aja. Sebenernya hal kaya begini udah pernah Chris prediksi, Grace."
"Maksud lo, soal penolakan Marisa ini?" tanya Grace memastikan.
"Iya. Chris tahu betul kalau ... Marisa emang bener-bener gak menginginkan anaknya. Itu juga alasannya kenapa Chris menentang banget niat Nick untuk nyari ibunya, Grace."
"Ya, kalau kalian tahu, kenapa kalian gak kasih tahu Nick aja sih dari awal? Bi, Sebenernya selama ini tuh Nick bener-bener nyari Marisa sampe babak belur banget. Dia pergi tanpa punya petunjuk, sampe berkali-kali kena masalah dan sakit, cuma untuk ketemu ibunya yang gak menginginkan dia, Bi ..."
"Gue gak tahu, Grace. Tapi intinya, Chris khawatir Nick ngerasa semakin down, Grace."
Grace menghela napas panjang, dia tahu Bianca dan Chris pasti berada di situasi yang sulit dan serba salah. Namun, bagaimana dengan Nick?
**
Alunan musik Jazz terdengar memenuhi kafe tempat Ezra menghabiskan malamnya kali ini setelah dia menyelesaikan pemotretan terakhir. Meski berada di keramaian, Ezra masih merasa gelisah dan penasaran. Karena Grace tak membalas pesan darinya lagi.
"Gak usah nunggu balesan dari dia kali, Zra. Lo tuh kaya anak SMA aja, cemen amat sih?" ledek Putra, manager Ezra yang sedang merapikan sisa jadwal Ezra minggu ini di iPad nya.
"Grace bukan tipe cewek yang suka ditelepon. Apa lagi setelah apa yang terjadi diantara kita, makin bikin jarak aja."
"Lagian, lo kenapa sih tiba-tiba deketin Grace lagi? Kayanya selama ini lo udah lupa sama dia," tanya Putra dengan pandangan yang masih lurus ke arah layar iPad nya.
Ezra tak ingin menjawab itu, karena dia sendiri merasa kesulitan menjelaskannya tanpa membuat Putra meledeknya. Pasalnya, semua ini bukan muncul tiba-tiba. Selama ini Nick memang bisa menjalani hidupnya seperti biasa saja setelah hubungannya dengan Grace berakhir. Namun, Ezra juga tak bisa menampik kalau terkadang dia mengingat Grace. Entah kenangan bersama wanita itu atau hanya mengingat kebiasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...