Grace tak pernah merasa menjadi orang paling tidak berharga sejak dirinya lepas dari Ezra. Ia tahu selama ini hidupnya memang tak memiliki masa depan yang mulus lagi. Tak ada pekerjaan yang benar-benar dimilikinya, tak memiliki pasangan atau teman, bahkan tempat tinggal. Dan Nick sudah menegaskan hal itu dengan sempurna.
Dia memang hanya menumpang di rumah ini, dan memang dia menyetujui permintaan Bianca untuk mengawasi Nick adalah karena merasa hutang budi. Namun, dia sama sekali tak menyangka di mata anak itu, dia hanyalah seorang pesuruh kakaknya.
Grace sudah mengemasi barang-barangnya, meski dia tak tahu harus pergi ke mana. Dia memang memiliki uang, tetapi dia tak menjamin akan cukup jika dia gunakan untuk hidupnya nanti. Grace masih membutuhkan rumah ini.
Tidak. Grace menggelengkan kepalanya pelan, dia tak akan mengubah pikirannya sedikit pun. Dia sudah muak harus serumah dengan anak nakal itu. Ia muak dengan Nick dan segala masalah-masalah yang dibuatnya. Dia tak akan bisa terbiasa dengan kebiasaan bebas Nick.
Grace menutup kopernya dengan cepat. Dia hanya perlu mencari sebuah indekos, dan menghubungi Bianca untuk berpamitan. Namun, baru saja Grace hendak mencari-cari indekos yang murah melalui sosial media, tiba-tiba Bianca kembali meneleponnya.
Sejujurnya, Grace belum terlalu siap menghadapi Bianca sekarang. Karena pasti Bianca akan menanyakan tentang Nick. Tadinya, dia ingin duluan yang menelepon Bianca hanya untuk berpamitan saja. Ia benar-benar malas untuk membahas Nick lagi.
"Halo, Bi ..."
"Grace, gimana kondisi Nick sekarang? Gue bener-bener khawatir. Chris juga gelisah dari tadi, cuma dia itu keras kepala banget. Terlalu marah sama si Nick, padahal khawatir juga," tanya Bianca. Sementara Grace mengulum bibirnya sendiri sambil menundukkan kepala. Dalam hati, dia masih mengumpat Nick yang tak berhenti membuat semua orang kesusahan karena sikapnya.
"Nick baik-baik aja. Cuma ... dia jadi lebih sering marah-marah aja. Maaf ya, Bi. Gara-gara gue lengah ngawasin Nick, dia jadi ribut sama Chris dan sekarang keadaannya ..."
"No, Grace. It wasn't your fault. Ini bukan pertama kalinya kok mereka ribut. Mereka ribut terus karena hal yang sama. Bahkan, dulu gue juga sempet mempertimbangkan untuk menikah dengan Chris karena Nick yang selalu buat onar di sini. Tapi kemudian gue ngerti, Nick itu cuma anak yang kehilangan arah, kehilangan sandaran, apa lagi sejak dia tahu sesuatu yang paling menyakitkan dalam hidup dia, Grace."
Grace menahan napasnya, kemudian menyenderkan kepalanya ke dinding kamarnya.
"Apa kematian orang tuanya? Atau karena perempuan yang selama ini dia cari?" tanya Grace benar-benar penasaran.
"Dua-duanya, Grace. It's ... Horrible."
"Kehilangan orang tua, okay gue bisa ngerti sama sikap dia. Tapi kehilangan perempuan doang masa bikin dia sampe -"
"Perempuan itu ibu kandungnya, Grace," sergah Bianca dengan suara pelan. Meski begitu, Grace masih bisa mendengarnya, dan hal itu membuatnya tercengang hingga terduduk tegap. Jantungnya mencelos seketika setelah mendengar hal ini.
"Grace, Chris is here. Gue tutup dulu ya, tolong jaga Nick. I trust you," ucap Bianca masih dengan suara pelan. Kemudian, dia mengakhiri sambungan teleponnya.
Grace menjatuhkan ponselnya di atas tempat tidur sambil menghela napas panjang-panjang. Seluruh tubuhnya terasa merinding ketika dia mengingat kembali bagaimana dia bicara pada Nick soal perempuan itu. Siapa juga yang akan menyangka kalau selama ini Nick berlari kesana - kemari untuk mencari ibu kandungnya. Dan mulut bodoh Grace malah menegaskan kalau perempuan itu yang telah meninggalkan Nick. Meski pun kenyataannya mungkin benar, tetapi tetap saja, jika Grace tahu kenyataannya begini dia juga tak akan mungkin tega mengatakan hal itu, semarah apa pun dirinya pada Nick.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...