"Sumpah ya, Nick. Kalau kamu marah-marah lagi kaya tadi, saya gak akan -" Belum selesai Grace bicara, tiba-tiba Nick beranjak dari sofa. Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah ketika sampai di rumah. Namun, Nick yang seolah jengah dimarahi terus oleh Grace, tiba-tiba beranjak dari duduknya.
"Kenapa? Kamu gak suka saya peringatin terus?" tanya Grace dengan nada menyindir.
"Gue mau ngerokok di luar. Kalau di sini kan ada lo."
Grace berdecak pelan, kemudian mengisyaratkan Nick untuk keluar saja. Padahal, Grace ingin bicara dengan Nick mengenai video rekaman itu.
Begitu Nick keluar, Grace beranjak menuju kamarnya untuk berganti baju. Pikirannya terus berputar tentang rekaman yang dia lihat. Apakah memang video rekaman itu ada bagian yang dipotong? Atau Grace hanya sok tahu? Lagi pula, Grace tak yakin dengan perkiraannya sendiri. Namun, apakah dia perlu mengatakan ini pada Nick?
Grace menghela napas panjang, dia membuka kembali laptopnya dan mengingat soal draft ceritanya yang dipuji oleh Cecilia.
Grace sampai lupa berterima kasih pada Nick karena sudah membantunya dan ikut andil dalam risetnya. Lantas, Grace bergegas keluar, hendak menghampiri Nick. Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti di depan pintu saat menemukan Nick yang sedang duduk di beranda rumah sambil melamun dengan rokoknya.
Memang, Grace selalu memarahi Nick setiap kali dia merokok di dalam ruangan termasuk kamarnya. Dan sekarang Grace jadi berpikir, mungkin memang Nick selalu seperti ini di kamarnya, sendirian.
Kadang, Grace bingung dengan Nick. Dia seperti laki-laki muda yang memiliki relasi luas, teman-teman yang kekinian, dan pengalaman bersenang-senang dengan mereka. Namun, di sisi lain, Nick selalu terlihat seperti sendirian dan kesepian. Entah sengaja menjauhkan diri, atau memang Nick begitu orangnya.
Grace melanjutkan langkahnya menghampiri Nick. Dan karena kedatangannya yang mendadak itu, Nick reflek mematikan rokoknya.
"Nick ..."
Nick tak langsung menyahut. Dia baru menyadari kalau ia baru saja mematikan rokoknya. Untuk apa dia melakukan itu? Toh, Grace yang menghampirinya sendiri.
"Hey! Kamu denger saya kan?"
"Kenapa sih?" balas Nick kesal.
"Saya cuma mau bilang, gak apa-apa kita gak dapet rekaman CCTV itu. Kita akan lanjutin rencana kedua," jawab Grace dengan yakin.
"Rencana kedua? Apa?"
"Kita datengin Mami mereka dan tanyain tentang PSK yang namanya Marisa," jawab Grace menatap Nick dengan serius, sampai Nick tertegun dengan pikiran yang langsung mengarah pada maksud pembicaraan Grace. Apakah hal itu berguna?
"Nick! Kok bengong?"
"I don't know ... Gue gak yakin sama ide itu."
Baru saja Grace akan kembali bicara, tiba-tiba terdengar suara dari perut Grace. Suaranya seolah lebih nyaring dari suara mereka berdua.
Grace memalingkan wajahnya ke arah lain sambil berusaha menelan salivanya, tak bisa mengelak bahwa dirinya benar-benar sangat malu atas kejadian ini. Seumur hidup, baru kali ini dia merasakan perutnya benar-benar keroncongan. Sementara itu, Nick tentu menaruh perhatiannya pada Grace sambil menahan tawanya karena respon Grace saat ini.
"Kamu belum makan dari siang, kan?" tebak Nick.
Sejujurnya, jika diingat-ingat kembali, Grace bukan hanya tak makan siang. Namun, ketika sarapan pagi pun dia tidak sarapan dengan benar karena Nick.
"Iya, lupa," jawab Grace sambil beranjak berdiri, lalu melangkahkan kakinya masuk ke rumah. Dan Nick mengikutinya dari belakang.
"Mau makan spaghetti?" Nick menawarkan sambil membuka pintu lemari bahan penyimpanan. Grace sendiri merasa kalau dia tak pernah membeli spaghetti mentah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BAD HOUSEMATE
RomanceGrace melewati malam tahun baru terparah seumur hidupnya. Dia menyerah dengan Ezra, laki-laki yang dicintai sejak 2 tahun lalu di klub malam yang pertama dan mungkin terakhir kali dia pijaki. Siapa sangka malam itu, dia juga bertemu dengan seorang l...