8. KLUB MALAM (LAGI)

190 10 0
                                    


“Saya tunggu kabar baiknya ya, Grace,” ujar Cecilia sambil menjabat tangan Grace dengan senyum di wajahnya. Mendengar hal itu, Grace mengangguk antusias. Untuk saat ini, dia optimis bisa membuat apa yang Cecilia butuhkan.

Grace melangkahkan kakinya keluar dari ruangan setelah berpamitan. Otaknya masih dipenuhi bayang-bayang tentang ide apa yang akan dia tulis untuk diajukan kepada Cecilia? Semakin cepat dia mengajukan sinopsis, semakin banyak juga waktu untuk revisi nantinya.

Ketika Grace selesai memesan ojek online melalui ponselnya, ia baru ingat belum mengabari Bianca mengenai kabar adiknya. Grace menggigit bibirnya pelan. Dia benar-benar melupakan Bianca karena semua kekacauan ini. Dan apa yang harus dia katakan kepada Bianca mengenai adiknya, sementara Nick sudah memperingatinya untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.

Grace benar-benar tak suka ada di posisi ini. Dia harus mengatakan yang sebenarnya, karena Bianca adalah sahabatnya. Namun, di sisi lain, Nick juga agak menyeramkan. Jujur saja, meskipun laki-laki itu sekilas terlihat manis dan imut, tatapan mata Nick tadi pagi benar-benar membuat Grace membeku sampai tak bisa berkata apa-apa. Tentu saja Grace takut, Nick akan melakukan hal berbahaya padanya.

Rasanya tak mungkin jika Grace terus menghindar dari pertanyaan Bianca, apa lagi dia sudah ‘dititipkan’ untuk mengawas Nick. Alhasil, Grace pun menekan nomor ponsel Bianca untuk meneleponnya. Sayangnya, Bianca tak mengangkat panggilan teleponnya. Grace beralih untuk mengirim pesan pada ibu muda satu anak itu.

Bi, sorry gue baru ngabarin. Nick baik-baik aja, kok. Semalem dia emang pergi keluar sama temen-temennya, tapi sekarang dia lagi di rumah. Ini juga gue baru pulang setelah wawancara sama Cecilia. Telepon gue nanti ya.

Setelah mengirimkan pesan itu, Grace mengedarkan pandangannya keluar gedung kantor, karena ia mendapat notifikasi yang mengatakan ojek online pesanannya sudah sampai. Lalu, sebuah motor berhenti di depan, dan Grace berjalan cepat menghampirinya karena si pengemudi mengenak jaket khusus ojek online. Dan setelah mengonfirmasi nama pemesan, akhirnya Grace menaiki motor tersebut dengan hati-hati karena lututnya masih terasa perih. Ia benar-benar berharap Bianca tidak marah padanya karena baru membalas pesannya.

Sekitar 15 menit kemudian, akhirnya Grace sampai di depan rumah. Ia melepaskan helm milik si pengemudi dan bergegas masuk setelah mengucapkan terima kasih. Sejujurnya, perut Grace sudah keroncongan karena dia tak sempat sarapan tadi pagi.

Baru saja kaki Grace melangkah masuk ke dalam rumah, dia sudah dikejutkan dengan Nick dan seorang wanita yang tak dikenalnya berada di ruang tengah. Mereka berdua berdiri, sang wanita berpamitan pada Nick sambil mencium pipinya. Lalu, dia berjalan keluar, melewati Grace begitu saja tanpa menyapa atau sekadar tersenyum.

Setelah tertegun selama beberapa detik, Grace kembali menaruh perhatiannya kepada Nick sambil menahan napas.

“Nick, lain kali jangan bawa perempuan sembarangan ke dalem rumah. Apa lagi kalian cuma berdua,” tegur Grace sambil melepaskan sepatunya.

“Apa hal sekecil ini pun akan jadi masalah buat lo?” tanya Nick ketus.

“Bukan buat saya. Tapi semua orang. Kalau warga sampe lihat kamu berduaan aja di rumah sama perempuan yang bukan pasangan kamu, mereka bisa panggil RT dan kalian digrebek, di sangka mau berbuat tindakan asusila, tahu?”

And … how about us?

Grace berdecak pelan, anak ini benar-benar keras kepala. Dia hampir saja menyahuti Nick lagi, tetapi tampaknya Grace pun baru menyadari sesuatu. Pertanyaan Nick ada benarnya juga.

“Oh … ya. Saya hampir lupa belum laporin kamu ke Pak RT,” gumam Grace baru mengingat hal ini.

“Laporin? Kenapa lo mau laporin gue?”

MY BAD HOUSEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang