Dua: Comblangin, Dong!

406 21 5
                                    

Yuhuuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuhuuu ... Hai pembaca yang Budiman, jadi nih, aku nekad bikin cerita baru karena akhir-akhir ini tetiba jadi demen banget sama makhluk yang namanya Bright.

Gak tau kenapa padahal dulu gak suka, mungkin bawaan orok kali, ya. Jadinya kalo ada yang disuka seperti biasa aku abadikan dia dalam sebuah cerita. A.k.a menistakan dengan gaya. Wkwkwkw

Moga aja setelah menulis cerita ini tergerak lagi buat lanjutin Ben Story, Mas Fajar sama Enigma. Yuk, ah, selamat membaca pembacaku yang Budiman.

--------

Radika berjalan mengendap, pijakannya dia atur dengan sangat hati-hati. Bukan apa-apa, tangga yang sedang dipijak saat ini terbuat dari papan yang selalu berderit di beberapa sisi.

Jelas sekali kalau ini tidak di rumahnya, karena di sana, tangganya berlantai marmer dengan lebar lebih dari satu meter. Besi di tepian di cat dengan cat super yang menimbulkan kesan mengkilap bahkan di tempat gelap.

Kaki telanjang lelaki itu menyentuh pijakan akhir dengan manuver sempurna. Dia berhasil melewati dua pijakan sebelumnya dan mendarat nyaris tanpa suara.

Pemandangan pertama yang dia lihat adalah rak jemuran yang terbuat dari aluminium. Ada beberapa pakaian setengah kering menggantung di sana, salah satunya celana dalam milik Magenta yang dibeli di Live tiktok.

Lalu ada mesin cuci dua tabung dan dua buah lemari jati serta meja menyerupai papan selancar di salah satu sudutnya. Ya, betul, jika ingin masuk ke kamar Magenta maka Radika harus melewati ruangan yang dipakai untuk mencuci, menjemur dan juga menyetrika baju.

"Woy!" teriak Radika.

Magenta, hanya melirik sekilas lalu kembali fokus mengancingkan kemeja yang tengah dia kenakan.

"Kaget, kek!" rutuk Radika, niat untuk mengejutkan Magenta gagal total.

"Gue tau lo datang sejak Lo injakkan kaki di anak tangga pertama."

"Heleh!"

Radika merebahkan tubuhnya pada tempat tidur Magenta. Meski kamar itu tidak semewah kamarnya, tetapi Radika selalu merasa nyaman tiduran di sini. Spreinya selalu rapi, udaranya selalu sejuk dengan wangi yang khas banget.

Di pojokan ada buku-buku fantasi koleksi Magenta, tidak banyak, sih, tapi Radika tahu betul lelaki itu harus rela tidak jajan demi beli bukunya.

"Gue mau ambil kain di Pasar Baru, Lo ngapain ke sini?" tanya Magenta, dia buka pintu menuju balkon, lalu menjemur handuk di rak mini yang ada di balkon itu.

Uncrush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang