"Weh Sugar Papi kok di rumah, tumben amat?" Radika keluar dari kamarnya, membawa tumbler kosong untuk diisi kembali. Lelaki itu masih terpincang-pincang, luka pengeroyokan kemarin masih belum sepenuhnya pulih.
"Magenta mau pergi jauh masa papi gak ketemu dulu buat perpisahan."
Radika belum nyadar dengan ucapan papinya, dia ngeloyor ke dapur ngisi tumbler kembaran sama Magenta yang kini dipakai Agatha.
Sarah dan Joseph saling pandang, mereka sadar ada yang aneh antara Radika dan Magenta. Sebelum lelaki itu masuk kamar lagi, Sarah buru-buru meraih tangannya dan membawa si anak kesayangan duduk di antara dirinya dan suaminya.
"Apaan sih Mi," ketus Radika.
"Makanya telinganya jangan disumpel mulu, Magenta gedor-gedor kamar sampai gak kedengaran."
"Alah, palingan juga mau ngebacot," sarkas Radika. Tak lama dia memegang bibirnya yang otomatis kena sentil sama Joseph.
"Kaya gak pernah disekolahin aja. Adabnya dipake apalagi lagi sama orangtua."
"Tuh, denger," sambung Sarah.
"Habisnya Mami seenaknya seret Dika, masih sakit ini, Mi. Lagian apaan sih?"
Sarah menghela napas kesal. Dugaannya benar, Radika tidak tahu menahu tentang kepergian Magenta.
"Tadi Genta ke sini, mau pamit, udah gedor-gedor kamar kamu tapi gak kamu buka."
Radika menoleh, pergi ya pergi aja, gak ada keharusan pamit sama dirinya. Memang nih, Magenta nyari-nyari celah biar mereka baikan.
"Kamu gak tau?" tanya Sarah saat liat Radika diam tak merespon.
"Hah? Apa?"
"Radika, denger mami baik-baik. Magenta pergi kamu gak tau? Gak ada cerita sama kamu? Kok tumben ya?"
Radika menggelengkan kepalanya, di sini hatinya rada-rada gak enak. Melihat kedua orangtuanya begitu serius. Namun, mana berani Magenta pergi, apalagi pergi jauh. Radika sadar betul dia dan Magenta saling bergantung. Soal marahan kemarin dengan penuh percaya diri Radika menebak bahwa Magenta akan segera datang dan minta maaf lagi.
"Alah, Mi, nanti paling balik lagi. Kemarin sempat ada ribut sama Dika."
Radika membebaskan diri dari kedua orangtuanya. Dia masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang ditinggalkan karena dia sakit beberapa hari ini. Namun, belum sempat dia meninggalkan ruangan itu Sarah kembali berkata.
"Kamu gak akan liat dia setidaknya empat atau lima tahun ke depan Dika. Mami gak tau kamu ada ribut apa sama Magenta, tapi mami yakin Magenta gak salah. Mami tahu kalian sejak bayi sampe Segede ini."
Empat atau lima tahun ke depan?
"Emang dia ke mana, Mi?"
"Percuma mami kasih tau, dari awal kayaknya kamu emang gak peduli."
Gue cuma bakalan ngomong sekali dan gak bakalan ngomong lagi. Tolong dengarkan karena setelah ini mungkin Lo gak bakalan denger gue ngomong apa-apa lagi.
Kepala Radika mendadak nyeri, padahal jahitan yang membuat Radika harus kehilangan sebagian rambutnya itu sudah tak terasa nyeri dari kemarin. Tapi, kok, tiba-tiba berdenyut kala ingat apa yang dikatakan Magenta terakhir kali dia datang ke kamarnya.
Bagaimana jika benar Magenta pergi dan tidak kembali untuk waktu yang lama?
Bagaimana jika Magenta benar-benar menghilang membawa sekelumit masalah yang belum sempat mereka uraikan bersama?
Radika masih percaya diri, Magenta tidak akan pergi jauh dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncrush [END]
RomanceNamanya Radika, usianya hanya terpaut satu bulan saja. Di mana Radika berada maka Magenta selalu jadi bayangannya. Begitu pun sebaliknya. Satu perbedaan mereka, Magenta lahir dari keluarga biasa-biasa saja, sedangkan Radika lahir dari keluarga kaya...