"Anak Bunda, selamat ya, Nak. Bunda akan selalu mendoakan buat kebahagiaan kamu." Bunda Selen memeluk anak sulungnya. Sesekali dia kembali melihat Magenta yang mengenakan setelan resmi.
"Kak, selamat, Kak. Sukses selalu yaaaa, jangan lupa sering pulang biar Bunda gak ngomel sama gue aja." Kastara melepas pelukannya, kini giliran Sena yang memberikan ucapan selamat kepada Magenta. Buket bunga dia terima dari laki-laki yang dicintai oleh adiknya itu.
"Makasih, Sena. Ayo makan dulu, Kas, ajak Sena makan sana." Magenta mempersilakan semuanya untuk menikmati hidangan yang disediakan untuk pembukaan cafe barunya.
Pembukaan cafe baru dimeriahkan oleh banyak orang termasuk keluarganya. Keluarga ayahnya Yuki dan tentu saja keluarga Radika. Sarah dan Joseph bahkan datang sejak pagi bersamaan dengan Bunda Selen.
Deretan karangan bunga berjejer di sepanjang jalan menuju rumah gaya lama yang disulap jadi cafe. Pada akhirnya cabang baru ini menjadi cafe yang tidak hanya menyediakan eskrim dan desert buah-buahan saja.
Live music menampilkan penyanyi yang juga selebgram terkenal. Semua larut dalam kemeriahan perayaan itu, kecuali Radika. Secara bersamaan projects di perusahaan Joseph yang dipegang Radika goal dan investor dari Australia tidak bisa menunda pertemuan.
Hampir seharian kemarin Radika misuh-misuh, dia seharusnya jadi orang pertama yang hadir di acara penting kekasihnya.
Sherina dan Yuki yang sengaja datang dari Jepang menyambut tamu-tamu penting yang datang lantaran mereka undang.
"Thanks Bro. Tanpa lo, sampai saat ini mungkin gue masih jadi orang menyedihkan." Magenta merangkul Yuki, tidak percaya dengan pencapaian yang dia buat.
Yuki memang menggelontorkan banyak dana untuk pembangunan cafe. Bahkan rumah yang dijadikan cafe itu pun masih atas nama Yuki, dibeli dengan uang hasil kerja Yuki. Namun, modal usaha, ide, gagasan serta semua sistem yang dijalankan di cafe itu pure Magenta yang mengerjakan.
Magenta mengerahkan semua uang tabungannya untuk membiayai pembukaan cafe. Bahkan untuk tempat pun dia bersedia bayar sewa kepada Yuki, tetapi keburu ditolak. Yuki hanya minta pembagian hasil sekian persen dari cafe yang dibuka ini.
"Bukan karena gue kali, Ge. Lo aja yang gigih perjuangkan semuanya. Intinya sih, kalau gak ada kejadian kemarin mungkin Lo masih di perusahaan itu, masih pendam cinta sama si Anak tetangga juga."
"Radika, Ki. Masih aja susah nyebut nama dia." Magenta memutar bola matanya. Yuki emang masih belum bisa menerima Radika sebagai orang terpenting dalam hidup Magenta. Waktu diberitahu kalau Magenta sudah jadian, berkali-kali Yuki nelpon dari Jepang. Bukan apa-apa, dia hanya minta Magenta buat memastikan kalau keputusannya tidak salah.
"Oh iya, ini, habis acara Lo bisa samperin pacar Lo," Magenta menangkap kunci mobil Sherina yang dilempar Yuki.
"Masa baru buka udah gue tinggalin ini cafe?"
Tawarannya menarik, tapi ya masa iya ditinggalkan. Magenta bukan orang yang tidak tahu diri meski sebenarnya tawaran buat nyamperin Radika cukup membuatnya tergoda.
"Ditinggal sehari gak bakalan bikin cafe rugi. Ada Sherina di sini, ada gue juga, nanti pacar gue mau ke sini abis itu kami jadi berangkat ke India."
"Lo mau tinggal di sana?"
"Bosen gue jawab pertanyaan lo. Gue tetep di Jepang, gue nganter doang sambil liburan sebulanan di India."
Magenta mengangguk, dia mengedarkan pandangan. Cafe makin sore makin ramai, dia merasa pencapaiannya ini adalah imbalan dari kesusahan yang dia alami tahun tahun sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncrush [END]
RomanceNamanya Radika, usianya hanya terpaut satu bulan saja. Di mana Radika berada maka Magenta selalu jadi bayangannya. Begitu pun sebaliknya. Satu perbedaan mereka, Magenta lahir dari keluarga biasa-biasa saja, sedangkan Radika lahir dari keluarga kaya...