Yukio Yudhistira biasa dipanggil Yuki, seorang lelaki yang memiliki kehidupan sempurna kecuali masalah asmara. Berumur sama dengan Magenta satu angkatan di SMK dan juga satu kelas. Sayangnya mereka harus berpisah karena kuliah di universitas berbeda.
Yuki yang lahir dari ibu berkebangsaan Jepang memilih melanjutkan kuliah di negeri Sakura sana bersama Ibu dan kedua adik tirinya. Meninggalkan Indonesia karena kedua orangtuanya yakin jika Yuki berada di tempat yang tepat maka kesuksesan akan diraihnya dengan mudah.
Terbukti, Yuki sekarang bekerja di perusahaan besar milik papa tirinya. Meski bukan anak kandung, Yuki tetap dipercaya untuk memegang kendali salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang pertanian.
Pada suatu hari, ketika Yuki berkunjung ke Indonesia untuk menemui ayah kandungnya, dia bertemu dengan Magenta. Jujur saja, Yuki suka sama sosok tinggi berwajah sedikit bule itu sejak lama. Ya, sekadar suka, belum meningkat pada perasaan lebih tinggi alias cinta.
"Genta!" panggil Yuki, tampak percaya diri menyapa lelaki yang tengah berjalan bersama 3 temannya. Salah satu teman perempuan yang berjalan bersama Magenta terpana. Mulutnya menganga kala melihat Yuki memanggil dan melambaikan tangan. Mungkin karena tampan, cantik juga dan berkulit cerah.
"Gila! Yukiii, njir Lo beda banget!" Magenta terpana, dia memindai Yuki dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ya jelas, sebelum meninggalkan Indonesia Yuki dan Magenta sama buluknya. Bayangkan saja anak umur 18 tahun, baru lulus SMA yang sedang dalam proses pencarian jati diri. Sama sama kumel dengan style yang nge-trend saat itu.
Magenta meminta teman-temannya untuk melanjutkan tujuan mereka. Magenta merasa kesempatan bertemu Yuki tidak datang dua kali. Dua lelaki itu akhirnya mojok di salah satu cafe di Braga.
"Lo udah sukses kayaknya, tampilannya udah kayak sugar Daddy begini," seloroh Magenta.
Yuki tertawa, tawa lepas seperti saat mereka masih sekolah. Pengunjung lain sampai menoleh saking penasaran dengan asiknya Magenta dan Yuki.
"Sugar Daddy di kepala gue, perut buncit, botak, jari jemarinya gemuk-gemuk."
"Liar banget, Njir, imajinasi Lo."
Tawa kembali berderai. Waktu satu jam untuk menghabiskan jam makan siang itu rasanya masih belum cukup. Sayangnya Yuki harus segera berangkat, dan Jam istirahat Magenta pun hampir habis.
"Genta, ayo ke Jepang, Lo bisa kerja di perusahaan Bapak tiri gue. Gue bisa bantu urus semuanya."
Yuki tahu seluk beluk keluarga Magenta, bagaimana Genta harus kerja paruh waktu sejak duduk di bangku sekolah. Juga, bagaimana dia harus menguatkan Bundanya yang ditinggal sendiri oleh suaminya.
Magenta tidak merespon, dia hanya menatap Yuki. Tampak seperti berpikir keras.
"Gue tau, Lo mau banget mengubah nasib keluarga, di Jepang sana, impian Lo mungkin bakalan terwujud. Lo juga bisa sambil lanjutin S2 Lo."
"Makasih, Bro, gue pikir-pikir dulu. Tawaran Lo menarik banget, sayangnya banyak hal yang harus gue tinggalkan kalau gue ikut Lo. Gue harus ninggalin Bunda dan juga-"
"Si anak tetangga yang Lo sukai sejak lama, bukan?" potong Yuki. Memang, untuk hal ini, Magenta selalu terbuka pada Yuki, termasuk saat Magenta mengaku kalau dia tidak suka cewek, lebih tepatnya Magenta hanya suka sama Radika.
Magenta mengangguk.
"Gue tunggu sampai Lo berubah pikiran. Ini nomor gue, simpan dan hubungi kapan pun Lo butuh. Thanks udah nemenin makan siang, gue pergi, ya."
"Sama-sama, Bro. Hati-hati di jalan. O iya, gue bakalan hubungi Lo kalau gue sudah nyerah sama perasaan gue."
"Hahaha kayak beneran bakalan nyerah aja, tapi, semangat Genta!"
Yuki memeluk Magenta dengan cepat. Pelukan antar lelaki yang lama tidak berjumpa. Magenta mengantarkan Yuki sampai depan cafe, di sana sebuah mobil sudah menunggu untuk mengantarkan Yuki ke tempat yang dia tuju.
Beberapa tahun kemudian Yuki tengah sibuk survey beberapa area untuk perluasan Yukio Fruit Orchard. Lelaki itu sangat menikmati pekerjaannya. Perkebunan ini memiliki berbagai macam buah-buahan dengan kualitas premium termasuk persik, apel, anggur, ceri, pir, kesemek, dan plum.
Buah-buahan yang dihasilkan sangat berbeda dengan buah-buahan yang dia temukan di negara beriklim tropis. Perkebunan ini memiliki konsep wisata keluarga. Pengunjung diberikan kebebasan memetik buah dengan harga petik buah masuk akal.
Yuki tengah berbincang dengan salah satu pegawainya saat telpon masuk, dia tersenyum saat melihat siapa yang menghubunginya.
"Yuki, tawaran Lo waktu itu masih berlaku, kan?"
Yuki sampai menjauhkan telepon dari telinganya. Dia mendengar ada emosi dan penekanan dari setiap kata yang diucapkan oleh Magenta.
"Wah-wah kayaknya ada yang udah nyerah sama perasaannya," ledek Yuki.
"Ayolah, Ki. Gue nyerah, bawa gue ke tempat Lo."
"Oke, Bro, tunggu gue beresin kerjaan dulu, ya."
"Plis, bawa gue cepet-cepet. Gue udah gak kuat. Tunjukin aja gimana caranya gue bisa ke sana, nanti ketemu di sana."
Yuki menghela napas, orang pantang menyerah seperti Magenta bisa memohon seperti itu pasti keadaannya sudah tidak biasa. Terlebih kata demi kata yang Magenta ucapkan menyiratkan nada keputusan asaan.
"Genta, Lo beresin apa yang harus Lo beresin di sana. Kerjaan Lo, izin Lo sama bunda. Pastikan semua dokumen keberangkatan ke luar negeri masih bisa digunakan. Gue jemput Lo dua hari dari sekarang," janji Yuki.
Jangan tanya apa yang Yuki rasakan saat ini, dia bahagia.
"Tolong tunda dulu penyelesaian proyek ini sampai saya kembali." Perintah Yuki dalam bahasa Jepang yang fasih.
Tanpa membuang-buang waktu, Yuki mengurus kepulangannya ke Indonesia. Selain ayah kandungnya yang meminta Yuki untuk pulang sejak dua bulan lalu, Yuki juga harus menjemput seseorang yang penting dalam hidupnya.
Selamat Siang Minna San. Huyuu udah tahu, kan visualnya Yuki.
Maaf pendek, karena ini hanya perkenalan saja. Mungkin ada dua atau tiga bab yang fokus buat Yuki. Sisanya mari bergalau ria sama dua makhluk yang sama-sama cinta tapi terlalu ruwet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncrush [END]
Roman d'amourNamanya Radika, usianya hanya terpaut satu bulan saja. Di mana Radika berada maka Magenta selalu jadi bayangannya. Begitu pun sebaliknya. Satu perbedaan mereka, Magenta lahir dari keluarga biasa-biasa saja, sedangkan Radika lahir dari keluarga kaya...