Dua Puluh Satu: Bicara Empat Mata

186 21 2
                                    

Setelah mengunjungi area wisata milik keluarga Yuki, mereka juga mengunjungi tempat wisata terkenal di Jepang seperti Disneyland Tokyo dan juga DisneySea Tokyo. Jika bukan karena permintaan Kastara, Magenta ogah sekali ikut. Dia lebih suka diam di kebun atau di kamar sekalian biar gak kelihatan Radika.

Namun, setidaknya Magenta terlihat begitu lega, Radika sadar diri dan dia berusaha menjaga jarak dari Magenta. Jika Magenta sama Yuki, Radika akan membawa Bunda. Sebaliknya jika Magenta bersama Bunda, Radika ngerusuh Kastara dan sukses bikin si Adek yang selfie di mana-mana uring-uringan.

Saat ini, Magenta dan Yuki berjalan bersisian. Sesekali istirahat karena Magenta belum sepenuhnya sembuh.

"Ada hidden gem yang wajib kita kunjungi di sini," ujar Yuki.

"Hmm?"

"Ayo!" Yuki meraih tangan Magenta. Pegangan erat itu disaksikan oleh Radika dari kejauhan. Yuki melirik sekilas, tersenyum ke arah Radika dan mengeratkan pegangan tangannya. Seperti mengumumkan kepemilikan.

Magenta berjalan paling pelan di antara puluhan pejalan kaki di sana. Sesekali dia berhenti dan mengusap perutnya yang gatal. Manakala tangannya terlepas dari Yuki, buru-buru lelaki itu meraihnya kembali.

Magenta melihat sosok di depannya, punggungnya lebar, dari keremangan malam itu sosoknya begitu bercahaya dibalut dengan Hoodie putih kesukaannya.

Magenta melihat sosok di depannya, punggungnya lebar, dari keremangan malam itu sosoknya begitu bercahaya dibalut dengan Hoodie putih kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Magenta merogoh kantong celananya dan mengambil ponsel. Sayang sekali jika momen ini tidak diabadikan. Beberapa kali dia memotret punggung tegap itu, menyimpannya dengan rapi sebagai salah satu kenangan indah dalam hidupnya.

Yuki adalah sosok yang menawan. Sesekali kadang Magenta terpana karena dia muncul seperti bidadari. Bibirnya tipis dan merah alami. Matanya indah, senyumnya luar biasa, Yuki bisa juga terlihat galak saat ngambek atau keinginannya tidak dituruti.

"Gue cape, Ki, masih jauh?" tanya Magenta.

"Ini nyampe," ujar Yuki berdiri di depan gedung berlantai 3. Diapit dua gedung tinggi yang terlihat kokoh dan gagah. Bangunan yang Yuki dan Magenta tuju justru terlihat menawan dan memesona.

Dinding bagian depan merupakan kaca yang menampilkan berbagai tanaman hias dalam pot kecil. Lonceng berdentang kala Yuki membuka pintu.

Ah ternyata restoran.

Namun, bukan sembarang restoran, aroma masakan yang menguar di udara membawa Magenta ke tanah air sana. Tempat di mana dia dibesarkan dan tumbuh dengan berjuta cinta.

Magenta menatap Yuki, lelaki itu senyum saat tahu binar bahagia terpancar dari Magenta.

"Malam Tante, Yuki bawa temen, nih."

Uncrush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang