Delapan Belas: Radika Ikut!

194 19 4
                                    

Jangan tanya bagaimana bimbangnya Radika setelah bicara empat mata dengan Bunda. Dia juga bertanya pada hatinya tentang perasaan yang menggebu. Rasa yang hadir kala Magenta pergi itu sulit sekali dia terjemahkan. Baginya, mungkin itu sekumpulan rasa bersalah dan rasa kehilangan yang menyiksa. Tidak lebih.

Karenanya demi meyakinkan semuanya, Radika kembali memulai hidupnya seperti biasa. Proses hukum Maudy sedang berlanjut, pengacara keluarganya memastikan Radika akan mendapatkan keadilan.

Di sinilah Radika berada, menunggu seseorang keluar dari gedung perkantoran. Dulu, dia sering menjemput Magenta di sini, sekarang dia menjemput Agatha.

Tidak lama gadis kecil berambut ikal keluar dari gedung itu. Dress broken white sebatas lutut memeluk tubuh rampingnya dengan sempurna.

"Aaah, pacaaaaar. Sumpah ih kangen banget. Susahnya menghubungi pacar sendiri, udah kayak komunikasi sama pejabat."

Radika menggosok puncak kepala Agatha, tak lama dia protes karena tatanan rambutnya rusak.

"Banyak yang terjadi, Hon. Trus ini juga baru sembuh, ayo, kita ke mana?"

Senyum Agatha begitu cerah, barusan gigi berderet rapi dibingkai bibir merah merona. Di sudut bibir, terdapat lekukan lesung pipi yang kecil namun cukup dalam.

"Nonton?"

"Ayo." Radika menyodorkan tangannya, mereka jalan bergandengan menuju tempat parkir.

Sebelum mobil meninggalkan tempat itu, Agatha sempat dadah dadah sama Robin dan Andi yang keluar dari gedung bersamaan.

"Oh iya, Genta pindah ke mana? Banyak gosip yang beredar di kantor. Ada yang bilang ikut CPNS, ada yang bilang kerja sama kamu."

"Genta pindah ke Jepang," tandas Radika. Sebenarnya dia ingin masalah ini jangan diungkit, karena dengan begitu sudut hatinya terasa nyeri lagi.

"Jepang?" tanya Agatha tergagap.

"Jujur aku ngerasa bersalah, Hon. Tapi kamu jangan khawatir, dia memulai hidup lebih baik di sana. Sama orang yang dia cintai." Suara Radika melemah, tatapannya pun begitu kosong. Agatha sadar ada pukulan berat yang tak kasat mata yang sedang dipikul oleh kekasihnya itu.

Agatha pun sama, pertemanan selama empat tahun lebih sejak memulai bekerja di perusahaan itu harus kandas karena dirinya. Magenta bahkan hanya pamit sama Andi saat Resign. Jika bisa mengulang waktu Agatha ingin mundur beberapa waktu di mana dia tidak marah-marah saat insiden kopi di Pantry terjadi.

"Magenta dimusuhi hampir seluruh orang kantor gara-gara aku."

Tubuh kecil Agatha tersentak ke depan, kepalanya hampir membentur dashboard. Radika ngerem mendadak setelah dengar penuturan Agatha.

"Gimana bisa?"

"Honey, kamu marah?"

"Ya gimana bisa?"

"Waktu itu kan aku cerita sama kamu, kamu bilang, kamu mau ngomong sama Magenta. Nah kejadian itu bikin orang-orang marah sama dia."

Radika menatap Agatha, membuat perempuan itu sedikit ciut.

"Ceritakan apa yang terjadi?" tanya Radika. Sudah tidak ada senyum di bibirnya.

"Sama seperti yang aku ceritakan di telepon waktu itu loh. Wajar kan aku negur Magenta karena dia gak ngasih tau kalau ternyata kamu kena musibah. Dia malah marah trus nyiram aku pake kopi. Harusnya saat itu aku diem aja gak usah teriak kali ya, dengan begitu orang-orang gak akan benci sama dia," ucapnya, suaranya terlihat penuh penyesalan. Dalam hatinya dia takut untuk jujur karena Radika pasti marah pada dirinya.

Uncrush [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang