Dua

3.8K 393 27
                                    

Jadi, tidur 7 jam itu tidak lagi menjadi prioritasnya lagi untuk saat ini, lewat teropong yang Ia beli di salah satu market place, membuatnya leluasa untuk mengamati objeknya.

Yang sudah Ia dapatkan adalah wajah bangun tidur yang sangat menggemaskan, Ia tidak tau Tuhan menciptakan dokter Freen itu dari tepung apa, tapi jujur Ia sempurna.

"Selamat pagi Beczy.. "

"Yaaaa ya ya, aw. "

Gadis itu tersungkur jatuh dari ketinggian tempatnya berdiri pertama kali, suara cempreng Irin benar-benar membuatnya terkejut.

Ini masih terlalu pagi untuk berisik, tapi bukan Irin namanya kalau tidak melakukan perbuatan tercela.

"Kenapa Lo?"

"Bisa gak sih kalau masuk gak usah kayak lagi orkestra? Lo berisik asli. "

"Dih, biasanya juga Gue gitu, ada apa gerangan Lo baru protes sekarang?"

"Tsk, lagian ngapain sih ke rumah Gue lagi banget, kayak gak punya rumah. "

"Hello, ini hari senin ya mohon maaf, sudah sepatutnya Gue ke sini untuk menebeng ke kampus nan jauh di sana, "

"Maks... huh? Senin?"

"Lah iya, Kita ada ujian block juga kalau Lo lupa. "

"Rin? Mati Gue. "

Memang tidak berubah, Becky yang teledor, walaupun otaknya pintar, tapi tetap saja, gadis itu benar-benar tidak bisa dibiarkan sendiri tanpa pengawasan.

"Lo mau ngapain?"

"Ya mandi lah. "

"Pa maksud? Lo belum mandi, ini jam 7 lo belum mandi?"

"Berisik Rin. "

"Cuci muka gosok gigi aja, Lo mau Kita telat?"

"Berisik. "

"Tsk, berisik berisik berisik, Lo kira Gue speaker kondangan, awas Lo ya kalau lama. "

Sepertinya untuk peduli dengan semuanya, karena yang ada Ia tertarik dengan wangi masakan yang menyeruak pada indera penciumannya, yang otomatis menariknya untuk turun kembali.

Namun langkah kakinya terhenti saat ada seseorang yang cukup asing untuknya duduk manis dengan satu kotak donut yang Ia tau persis mereknya apa itu, wajahnya cantik, asia yang kental, bibirnya lembut, kakinya panjang, dan rambut yang sehat.

"Loh Becky nya mana?"

"Di atas Tan, baru juga mandi?"

"Anak perawan bener-bener, ya udah Kamu makan dulu, "

"Siapa Tan?"

"Ini namanya dokter Freen, tetangga baru, bawa donat madu kesukaan Kalian ni, cepet ambil nanti Becky tantrum kalau Dia gak kebagian. "

Irin menurut, ini pemandangan pertama untuk Freen, keluarga Becky yang blak-blakan, ditambah orang yang mungkin saja merupakan sahabat gadis itu yang tidak kenal rasa malu, seakan Mereka sudah sangat lama kenal.

"Mama, Aku gak mandi cuma gosok gigi aj... woooo, awww...

"Yah kebiasaan nyungsep, maklum ya Nak Freen, Becky itu teledor banget, suka banget jatuh di segala tempat, dari kecil sistem keseimbangannya emang bermasalah. "

Freen mendengarnya, Ia tersenyum dan reflek menolong Becky dengan tangannya yang lembut, tubuh yang tadinya menikmati berbagai macam rasa sakit mendadak beku tak bergerak sedikitpun.

"Emang boleh seromantis itu?"

"Huuh, beku banget, itu salting apa es balok. "

Tersadar, Becky berdiri dan mendorong Freen tanpa sadar, namun sepertinya Becky memakai keberuntungan sekali seumur hidupnya hari ini, Freen terjatuh tepat di atasnya.

"Menang banyak. "

Seperti keadaan yang membuatnya bingung, semua mendadak panas untuknya, entah sial atau beruntung, Freen tidak mengerti, yang harus Dia lakukan adalah bangun dan bersikap biasa kembali.

"Maaf, tadi Saya mau bantu rencananya eh malah Saya ikutan jatuh. "

"Ah iya. "

Ia mengutuk rasa salah tingkah yang membuat kinerja jantungnya berdetak dengan cepat, dan darah yang mengalir brutal membuat seluruh tubuhnya memerah karena malu.

"Bec, merah amat tu telinga apa udang rebus?"

"Bisa diem gak sih Kalian. " omelnya kesal.

Freen terbahak, ternyata Becky lucu juga kalau dilihat-lihat, perwatakan yang apa adanya, layaknya remaja labil yang penuh tanda tanya.

"Makan dulu sini, salting kan butuh tenaga. " mata jahil Sarah seakan mengejeknya, membuat Becky jengah bukan main.

Namun belum melangkah jauh, gadis berambut pendek itu meringis kesakitan, Freen seakan menjadi si paling siaga untuk segala keadaan yang terjadi.

"Keseleo ini, duduk di sana, sini Saya papah. "

Tidak peduli godaan menyebalkan yang Mama dan sahabatnya lontarkan, ini lebih urgen dari semua hal yang penting di muka bumi ini.

"Tan, Aku boleh minta handuk kecil buat kompres sama air es?"

"Sebentar ya Nak Freen. "

Benar saja, sekeliling pergelangan kakinya memerah, dan pastinya sakit terasa, jika tidak diobati bisa saja membengkak.

"Sabar sebentar ya Bec. "

Suaranya lembut, mendadak rasa sakit yang tadi terasa menjadi sembuh seketika, tanpa diperintah tatapannya sudah sepenuhnya mengarah kepada Freen, dan senyuman itu mampu membuatnya merasa baik-baik saja.

"Ini kalau gak diobatin, bisa bengkak, maaf ya agak Saya tekan sedikit, biar Saya tau apa ada bagian serius yang kena, kalau ada Kita langsung ke dokter ahlinya. "

Senyum jahil kedua wanita beda usia itu mengembang seketika, benar-benar ingin merobek mulutnya.

"Aduh kayaknya enak ya Rin punya mantu dokter. "

"Huuh Tan, sakit dikit ada yang ngobatin. "

Namun bukannya marah, pandangan keduanya terkunci entah untuk apa dan kenapa, Freen nyaman dengan bola ata coklat itu, begitupun sebaliknya.

"Okeh, sebentar lagi jam 8, Gue gak mau telat ya Bec, ayo buruan sarapan, Tan Aku bantuin deh. "

Suara itu terlalu keras membuat Freen dan Becky terkejut hingga membenturkan kepala satu sama lain, Irin tidak pernah mengizinkan untuk Mereka benar-benar dalam damai.

"Temen Kamu kayaknya telen toa mesjid ya Bec. "

"Kayaknya. " keduanya tertawa, dan tenggelam dalam tatapan masing-masing.

"Indah banget, Kamu. " batinnya.

🔻🔺🔻
.
.
.
.
.

Ayo siapa yang ngebatin, coba tebak?

Ayo siapa yang ngebatin, coba tebak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After met you 2, Last chapter  (Freenbecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang