Dua puluh lima

3.1K 382 54
                                    

Coba tebak siapa yang ada di lobby siang ini, dengan kotak ubi, berbagai macam, dari puding, ubi gorengnya, ubi rebusnya, kolak ubinya, dan juga minuman ubinya, sepertinya gadis itu tidak pernah main-main dengan apa yang Ia katakan.

Freen berjalan takut menuju istrinya, percayalah senyuman ala malaikat maut Becky merubah atmosfir seketika.

Nam dan Kath mendorong Freen supaya lebih dekat, karena sebelum ini, dokter itu memegang tangan seorang gadis yang Mereka bahkan tidak mengenalinya, Kalian pasti tau kan reflek seseorang kalau ada yang mungkin saja jatuh di hadapan Kita?, nah seperti itu.

Tapi siapa yang bisa menebak isi kepala Becky, selain Tuhan dan dia sendiri.

"Tadi enak banget tangannya?"

"Huh?"

"Itu yang di pegang. "

"Hah?"

"Huh hah huh hah, Kamu pikir Aku keong? duduk sana, makan. "

"Sayang, ini rumah sakit, di ruangan Aku. "

"Duduk. "

Freen merengut, namun Ia menuruti apa yang Becky inginkan, Ia duduk dengan tertib, tegap, tangan di paha, kaki rapi, pandangan memelas.

"Buka mulutnya. "

"Makan nasi ya Ba...

"Ubi. "

Udah dua hari, bahkan di rumah pun Freen juga disuapi ubi, jadi kentutnya jauh lebih bau dari biasanya, Ia tidak suka.

"Gasnya banyak, Aku kentut terus. "

"Ngebantah?"

"Enggak. "

Ia menghentakkan kakinya, namun kembali ke mode awal saat mata Becky melotot kepadanya, Ia merengut lagi.

"Sayang, Kamu cantik pakai bando...

"Kayak siapa? kayak dokter ubi Kamu itu?"

"Suapin lagi aja Babe. "

Mode cemburu Becky ternyata jauh lebih menyeramkan dari mimpi di kejar ular, Freen merinding sebadan-badan.

"Hay dokter Freen, tumben makan siang di lobby. "

Becky mengerutkan keningnya, melihat perwatakan dokter yang bule seperti dirinya, cantik, rambut panjang hitam, mata hijau, Becky curiga jika itu orang jelmaan kucing.

"Ini siapa dok? Adiknya ya?"

Kali ini mata itu melotot sempurna, Kath dan Nam siap siaga, menarik Pin menjauh dari sana, sejauh mungkin, kalau bisa Ia akan menendang dokter itu sampai uranus.

Kali ini tatapan kesal itu sepenuhnya milik Freen, wanita itu bahkan menjadi tidak bersemangat untuk mengunyah makanannya, Ia menelan ubi itu dengan susah payah, menyiapkan drama yang harus Ia mainkan.

"Apa boleh se adik itu?" Ucapnya dingin.

Freen mengangkat tangannya ke udara, Ia menggeleng, karena itu bukan Dia yang mengatakan, jadi bukan salahnya.

"Bukan Aku, lagian Kamu kecil banget, kayak kuaci belum mateng. "

"Ngomong lagi. "

"Gede kok, tt nya. "

"Hok mesum. "

"Tiktoknya, kan followersnya banyak, Kamu suujon sama istri sendiri loh, dosa. "

Becky memaksakan ubi sebesar itu masuk ke dalam mulut Freen sepenuhnya, mau tersedakpun Freen tidak berani.

"Siapa namanya?"

Hanya gelengan kepala yang Freen berikan, Ia menunjuk mulutnya yang penuh, tapi tantrumnya seorang Becky tidak bisa menunggu.

"Siapa?"

Susah payah dokter cantik itu menelan ubi yang ke tujuh itu masuk ke dalam perutnya, tatapan Becky tidak pernah bersahabat jika masalah perempuan lain yang melakukan kontak apapun kepadanya.

"Pin, Dia dokter umum, dokter temennya Nam. "

"Boong. "

"Tanya aja. "

"Oke. "

Freen mengambil gawainya, saat Becky juga sibuk dengan gawainya menghubugi orang yang sama dengan isi pesan yang berbeda.

Suara getaran di gawainya tidak akan Becky tau, karena walaupun gadis itu pecemburu akut, jika menyanggut barang pribadi dan privasi, Becky tidak akan mengganggunya.

"Oh iya, kata dokter Nam, Dia temenan, pantesan tadi di seret menjauh. "

Sementara balasan yang Freen dapatkan dari Nam adalah, salah satu nama panggilan alat kelamin laki-laki, tidak ada manis-manisnya.

"Sayang, hukuman ubinya udahan ya, Aku eneq banget makan ubi, mendingan makan Kamu, eh makan bolu, iya itu. "

"Ya udah, tapi ketemuin Aku sama dokter ubi itu dulu. "

Oke?, bagaimana?, sudah tau mau dikubur di mana?.

"Huh? lagi di luar kota, iy..

Saat hidung itu gatal, itu adalah pertanda dari sebuah kebohongan besar yang Freen lakukan, namun sial, dokter cantik itu tersadar, karena Becky tidak segampang itu untuk percaya.

"Jangan ya Babe, nanti kalau berantem kan Aku yang ditegur. "

"Tenang aja, Aku kan anaknya kalem, gak bakal berantem. "

"Selain janji Kamu besok mulai diet gak makan bakso sama mie instan lagi, ucapan Kamu barusan juga gak bisa Aku percaya deh Sayang. "

Freen menyipitkan matanya, karena ucapan "Aku kalem" itu adalah seperti kebohongan besar yang tidak akan pernah sesuai dengan kejadian.

"Aku penasaran sama dokter ubi itu, kalau Kamu kenalin Aku sama Dia, Aku gak bakal larang Kamu buat beli printilan sincan lagi. "

"Yang gak pakai kolor boleh?"

"Freen. "

"Tuh kan, "

Ia merajuk, tapi kenapa harus itu permintaannya?, Becky benar-benar aneh dengan kesukaan Freen yang satu itu.

"Dokter Freen, "

Wanita yang tadi, Becky menatap dengan santai gadis yang ada di hadapannya ini, namun kegiatan yang setelahnya terjadi membuat Becky melotot tidak percaya.

"Ini ubi keju kesukaan dokter, ah iya, buat adik dokter Freen juga gak apa, banyak kok Aku bikinnya, semoga suka ya Becbec? Permisi dulu ya, "

Masih sama, Ia bahkan tidak memejamkan matanya masih sebesar buah anggur terlihat karena saking terkejutnya, bahkan saat tubuh molek itu sudah jauh dari Mereka Becky masih sama, hanya ditambah dengan amarah saja.

"Adek? Becbec? Oh Kamu ngenalin Aku sebagai Adek Kamu ke orang-orang?"

"Ampun Sayang, ampun. "

"Sini, sini Kamu, jangan lari, Freenky, durhaka Kamu ya jadi istri, Aku sumpahin sebulan eek Kamu bulet-bulet kayak kambing. "

 "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After met you 2, Last chapter  (Freenbecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang