"Ayah, cepedaa" kata Daehan sambil menggoyang-goyang lengan ayahnya yang tengah duduk di sofa. Soora hanya melirik adiknya sambil memakan es krimnya.
"Daehan mau belajar naik sepedanya sekarang?" tanya Kyungsoo. Anak bungsunya itu mengangguk. Dua pria Do itu pun segera menuju halaman depan rumah yang luas. Soora mengekori mereka sambil tetap memakan es krimnya. Soora duduk di kursi, sementara ayah dan adiknya sedang sibuk membuka plastik-plastik yang membungkus sepeda baru milik Daehan itu. Tak lama, Jihan juga datang sambil membawa es krim. Wanita itu langsung duduk di samping Soora. Kedua perempuan itu asyik memakan es krim sambil menonton Kyungsoo dan Daehan yang tampak ribet sendiri.
"Membuka plastik saja nggak selesai-selesai. Kapan main sepedanya kalau begitu? Keburu matahari terbenam" komentar Jihan sinis.
Soora tertawa mendengarnya. "Mungkin nanti baru bisa main sepeda setelah gelap" candanya. Kedua perempuan itu tertawa, dan diam-diam Kyungsoo tersenyum menatap kedua wanitanya.
Eh, memangnya Jihan masih wanitanya Kyungsoo?
Seharusnya sih sudah tidak lagi, tapi biarlah Kyungsoo merasa Jihan masih miliknya.
Belum sampai tiga puluh menit, Daehan sudah berlari ke arah ibunya. "Daehan! Ayah kok ditinggal?" ayahnya protes dari jauh.
"Ayah lama!" balas Daehan.
"Dasar nggak setia kawan!" cibir Kyungsoo, lalu lanjut membuka plastik. Jihan, Soora, dan Daehan tertawa sambil menonton Kyungsoo yang masih belum selesai membuka plastik.
Beberapa menit kemudian, Kyungsoo akhirnya selesai membuka plastik-plastik itu dari sepeda baru Daehan. "Daehan, sini!" panggilnya. Anak laki-laki itu pun langsung berlari ke arah ayahnya.
Kyungsoo membantunya naik ke sepeda roda empat itu, lalu meletakkan kaki Daehan diatas pedal. "Ini namanya pedal. Harus dikayuh supaya sepedanya bisa jalan. Caranya begini," katanya sambil menggerakkan kaki Daehan untuk mengayuh pedal.
"Nah, kayak begitu. Sekarang kamu coba sendiri" kata Kyungsoo sambil menegakkan posisi berdirinya. Tangannya berkacak pinggang, memantau anak bungsunya yang berusaha mengayuh sepeda, namun sepeda itu hanya bergerak pelan.
"Pakai tenaga dong, Daehan!" serunya. Ia menghampiri Daehan dan kembali memegang kedua kaki kecil Daehan. "Mengayuhnya yang kuat! Supaya laju sepedanya lebih cepat"
Daehan pun mencoba lagi tanpa bantuan Kyungsoo. Kali ini, dia malah sudah bisa ngebut.
"HEEEY JANGAN NGEBUT JUGA DONG!" teriak Kyungsoo sambil berlarian mengejar Daehan. Anak itu hanya tertawa terpingkal-pingkal mendengar teriakan ayahnya.
Dengan nafas tersenggal, Kyungsoo berhasil menghentikan laju sepeda Daehan. "Ayah bilang yang kuat bukan berarti ngebut juga, nak. Nanti kamu jatuh" omelnya. Dadanya naik turun karena nafasnya tak teratur. Di pinggir sana, Soora dan Jihan juga tertawa terpingkal-pingkal melihatnya. Sesekali Jihan menoleh, diam-diam menatap wajah anak sulungnya dari samping.
Kini Soora yang menoleh ke arah ibunya. "Seru ya bu kalau ayah dan ibu sama-sama di rumah. Soora suka"
Jihan tersenyum kecil, lalu membelai rambut tebal anaknya. "Maaf ya, belum bisa sering-sering"
"Nggak apa-apa" Soora tersenyum.
"Soora memangnya nggak penasaran kenapa sekarang ibu dan ayah baik-baik saja?"
"Nggak" Soora menggeleng. Jauh dalam hatinya, sejujurnya dia juga penasaran. Banyak pertanyaan di kepalanya. Apakah ayah dan ibunya akan kembali bersama? Apakah mereka sudah saling memaafkan? Kenapa mereka sekarang sudah biasa saja menghabiskan waktu bersama? Tidak seperti dulu yang bertemu pun bahkan hampir tidak pernah. Tapi Soora menyimpan seluruh pertanyaan itu rapat-rapat. "Urusan orang dewasa" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side of Father: dks
أدب الهواةKumpulan cerita pendek tentang keseharian anak-anak Ayah Kyungsoo. Cerita ini masih satu universe dengan universe Father: dks dan tiap chapternya ditulis dengan timeline acak. Baca Father: dks terlebih dahulu supaya lebih paham cerita disini ya! #1...