Sudah seharian ini Daehan rewel dan tidak mau makan. Anak itu juga tidak mau bicara. Goeun—pengasuhnya—kebingungan dibuatnya. Mau tidak mau, Goeun menelpon Jihan dan mengabari keadaan si bungsu. Namun, ternyata wanita yang tengah hamil muda itu sedang sibuk.
"Coba telpon ayahnya, Goeun. Aku sedang ada rapat, tapi sebentar lagi selesai. Kalau ayahnya tidak bisa datang, kabari ya, supaya aku segera pulang" begitulah balasan Jihan.
Oleh karena itu, Goeun pun beralih menelpon Kyungsoo yang seharusnya ada jadwal rekaman hari ini. Untungnya, ketika ditelpon, pria itu sudah selesai rekaman, jadi dia bisa langsung datang ke rumah Jihan.
Sekitar satu jam kemudian, Kyungsoo sampai di rumah Jihan setelah menembus macetnya Kota Seoul. Pria itu langsung naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Daehan. Goeun yang tadinya sedang duduk di tepi kasur segera berdiri lalu membungkuk sopan.
"Daehan rewel sejak kapan, Goeun-ssi?" tanya Kyungsoo.
"Sejak pagi tadi, Tuan. Daehan belum makan apapun, dia hanya minum susu tadi pagi" jelasnya.
Kyungsoo mengecek arlojinya. Sudah pukul satu siang. Seharusnya Daehan sudah makan siang sekarang, tapi dia bahkan belum makan pagi.
"Ibunya sudah dikabari?" tanya Kyungsoo lagi.
"Sudah Tuan, tapi sejam yang lalu katanya masih rapat"
"Tidak apa-apa, yang penting sudah dikabari. Terima kasih Goeun-ssi, kamu boleh keluar"
Goeun kembali membungkuk sopan, kemudian keluar dari kamar bersamaan dengan ponselnya yang berdering. Ia menutup pintu kamar sembari mengangkat telpon.
"Daehannya bagaimana, Goeun?" Jihan yang menelpon Goeun.
"Sudah sama ayahnya, Nyonya. Tuan Kyungsoo baru saja datang" jelas Goeun sambil menuruni tangga.
"Baiklah kalau begitu, nanti aku telpon ayahnya. Terima kasih banyak ya, Goeun"
Sementara itu, di dalam kamar, Kyungsoo duduk di tepi kasur. Ia mengusap lengan Daehan yang sedang berbaring. "Daehan kenapa nak?" tanyanya lembut.
Daehan menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. "Atit..." ujarnya lemas.
Dahi Kyungsoo berkerut. "Yang mana yang sakit, nak? Kenapa nggak bilang sama Goeun nuna?"
Tangan mungilnya memegang pipi kirinya. Kyungsoo terkejut. "Pipi...? Gigi? Gigi Daehan sakit?" tanyanya menebak-nebak.
Daehan langsung mengangguk. "Atit tekayi... hiks" rengeknya. Air matanya mulai meleleh.
"Sakitnya seperti apa?" tanya Kyungsoo lagi. Tapi Daehan diam tak menjawab. Anak itu bahkan belum lancar berbicara, kosa katanya masih sangat terbatas. Tentu saja dia kesulitan menjelaskan rasa sakit yang dirasakannya.
"Kenapa Daehan nggak bilang sama Goeun nuna? Kata Goeun nuna Daehan nggak mau bicara" Kyungsoo mengulangi pertanyaannya yang sebelumnya tidak dijawab Daehan. "Sini, bangun. Kita ke dokter yuk"
Daehan langsung bangun dan memeluk leher ayahnya. "Daehan mau tama ayah" ujarnya.
"Iya, tapi kan kalau Daehan bilang dari tadi pada Goeun nuna pasti ayah bisa datang lebih cepat" ujar Kyungsoo sambil menggendong Daehan. Kini ia berdiri dan mengambil pakaian dari lemari. Dengan cepat ia mengganti pakaian Daehan. Setelah selesai, ia segera turun ke lantai satu.
Di bawah, ia menghampiri Song Imo di dapur. "Imo, Daehan sakit gigi. Aku bawa dia ke klinik dulu, ya" pamitnya.
"Aigoo pantaslah dia tidak mau makan dari pagi!" ujar Song Imo. Ia segera membuka lemari dan mengambil sekotak susu melon. "Bawalah ini, dia pasti lapar karena belum makan" ucapnya sambil memberikan susu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Side of Father: dks
FanfictionKumpulan cerita pendek tentang keseharian anak-anak Ayah Kyungsoo. Cerita ini masih satu universe dengan universe Father: dks dan tiap chapternya ditulis dengan timeline acak. Baca Father: dks terlebih dahulu supaya lebih paham cerita disini ya! #1...