Vanessa memandang dirinya didepan pantulan cermin, gadis itu dengan pakaian sederhananya akan berangkat kekediaman Selina Paramitha yang merupakan Ibu Kandungnya untuk memberikan kejutan ulangtahun.
Gadis itu senang karena sudah mendapat izin dari Markus untuk pergi kesana, dibalik senyum lebarnya ternyata sedari tadi Vanessa merasa gugup dan takut jika Selina tidak menerimanya lagi seperti yang kemarin-kemarin.
"Aku harap Mama mau menerima kado ini,"
Vanessa membawa sebuah kado yang baru saja ia beli tadi siang setelah pulang dari sekolah, kado itu ia beli ditempat berbeda agar Markus tidak kembali marah seperti waktu itu.
"Lo udah mau berangkat?" tanya Markus yang sedang bermain playstation dikamar.
"Aku pamit," ucap Vanessa.
Vanessa mengecup singkat kedua pipi Markus dan begitupun sebaliknya, mereka sering melakukan itu jika salah satu ada yang ingin pergi.
Awalnya Vanessa tak suka, tapi lama-lama sudah jadi biasa baginya.
Gadis itu pergi dengan menggunakan angkutan umum, ia tak pernah menuntut Markus untuk mengantarnya karena ia harus sadar diri posisinya selama ini hanyalah pacar rahasia dari seorang anak orang kaya raya.
45 menit perjalanan akhirnya sampai juga dikediaman Selina, yang telihat megah dari rumah-rumah disekelilingnya.
Gadis itu berjalan mendekati pos jaga yang ada, dan bertanya apakah sang Mama berada dirumah hari ini.
"Selamat sore Pak Maman apa ada Ibu Selina didalam?" tanya Vanessa sopan.
Pak Maman yang bertugas menghampiri Vanessa, dengan senyum mengembangnya Pak Maman menjawab.
"Ibu ada didalam Non Ines tapi maaf Ibu bilang dia tak menerima tamu hari ini, karena beliau bilang ingin quality time bersama suami dan anaknya saja." ucap Pak Maman sedikit tidak enak.
"Benarkah? apa Vanessa gak bisa gabung Pak kan aku juga anak Mama." ucap gadis itu murung.
"Maafkan saya Non, tapi saya hanya menjalankan perintah dari Ibu."
Gadis itu ingin menangis tapi berusaha ia tahan, Vanessa tak boleh cengeng ia harus kuat.
"Kalau begitu saya titip kado saja ya Pak untuk Mama, tolong disampaikan."
"Baik Non, akan segera saya berikan pada Ibu,"
Dengan berat hati Vanessa memberikan bungkus kado yang ia bawa pada Pak Maman, sebenarnya ia ingin sekali memberikan kado ini langsung pada Selina tapi lagi-lagi wanita itu tak mau bertemu dengannya.
"Terimakasih Pak, kalau begitu saya pamit pergi dulu."
Vanessa berlalu pergi meninggalkan rumah Selina, ia berjalan dengan lesu menuju taman untuk meredakan kesedihannya.
Ditaman gadis itu duduk melamun meratapi nasibnya yang tak pernah dianggap oleh siapapun, bahkan sedari umur belia ia sudah dititipkan oleh kedua orangtuanya dipanti asuhan alasannya adalah agar mereka berdua tidak repot harus mengurus dirinya yang tidak sama sekali diinginkan oleh keduanya.
Vanessa menghela napas panjang, ia mengambil handphone miliknya dan membuka sosial media milik Selina. Gadis itu merasa iri saat melihat Selina nampak bahagia berfoto dengan suami dan juga anaknya yang merupakan adik tiri Vanessa.
"Aku kapan ya bisa kumpul sama mereka, pengen banget jadi bagian dari mereka." ucapnya dengan tatapan sendu.
Setelah puas melihat sosial media milik Selina, gadis itu beralih melihat sosial media milik Papanya. Lelaki itu bernama Bayu Herlangga, pria yang sukses didunia bisnis kuliner itu adalah Papa kandung Vanessa dan sekarang pria itu sudah menikah dan mempunyai dua anak yang cantik dan tampan.
Sama seperti Selina, Bayu tak pernah mau menganggap Vanessa darah dagingnya karena menurutnya Selina telah memfitnah pria itu dan berkata bahwa ialah ayah biologis Vanessa, padahal menurutnya ia tak pernah sama sekali melakukan hal seperti itu dengan Selina.
Tidak jauh berbeda dari Selina, Bayu juga sering membagikan moment bersama keluarganya dari berlibur keluar kota sampai keberbagai macam negara.
"Mereka ternyata jauh lebih bahagia tanpa aku, kalo mereka sudah bahagia harusnya kamu juga bahagia Ines?" ucap dirinya menghela napas panjang.
Vanessa melakukan screenshot kesalah satu foto keluarga Papanya dan juga foto keluarga sang Mama, setalah itu ia mengedit kedua foto itu dengan menambahkan dirinya disamping keluarga kecil mereka yang tengah berbahagia.
"Lucu juga editan kamu Ines," kekehnya melihat hasil editannya sendiri.
Vanessa menjadikan kedua photo itu menjadi satu, lalu ia memakainya untuk menjadi wallpaper handphone miliknya yang baru saja dibelikan oleh Markus tadi pagi.
Drt! Drt!
Markus menelpon Vanessa hingga membuat gadis itu buru-buru mengangkatnya.
"Ada apa Mark?" tanya gadis itu.
"Lo udah selesaikan sama urusan lo yang gak penting itu?"
"Udah Mark,"
"kalo gitu cepat pulang dan gak usah mampir-mampir lagi?!" ucap lelaki itu.
Tut! Tut!
Vanessa geleng-geleng kepala dengan tingkah Markus barusan, ia baru saja ingin menjawab tetapi lelaki itu lebih dulu memutus sambungan telepon mereka.
"Kapan sih aku bisa jalan dengan nyaman tanpa harus diganggu sama dia," keluh Vanessa sembari menghela nafas panjang.
Dan dengan terpaksa Vanessa pun memutuskan pulang kerumah, karena ia tak ingin mencari ribut dengan Markus hari ini.
Tiba dirumah gadis itu sudah disuguhkan dengan pakaian Markus yang berserakan ditempat tidur, ia lalu melihat lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan masih melilitkan handuk dipinggangnya.
"Tolong cariin baju yang pas untuk gue ya, soalnya gue bakal dinner sama Tamara malam ini!" ucap Markus tanpa memperdulikan perasaan gadis oversize didepannya.
"Iya Mark," ucapnya.
Vanessa mencarikan baju yang pas untuk Markus kenakan malam ini, kalau boleh jujur gadis itu sangat iri pada Tamara karena ia sangat diratukan oleh Markus tidak sepertinya yang sering mendapatkan perlakuan kasar dari lelaki itu, bahkan karena masalah sepele saja bisa membuat tubuhnya memar.
"Mana bajunya?"
Vanessa menyerahkan baju yang ia pegang pada lelaki itu, setelah itu Markus mengenakannya.
Malam ini Markus akan berkencan dengan kekasihnya, ia akan mengajak Tamara Dinner untuk merayakan ulangtahun kekasihnya yang jatuh tepat pada hari ini.
"Udah keren belum gue?" tanya Markus yang baru saja selesai menyisir rambutnya.
"Udah kok," jawab Vanessa seadanya.
Markus tersenyum lebar saat Vanessa memujinya, sebelum berangkat pergi lelaki itu mengecup singkat bibir gadisnya.
"Gue pergi dulu, lo jangan kemana-mana lagi!!"
Vanessa hanya mengangguk pelan, gadis tak henti melihat bagaimana bahagianya Markus yang ingin berkencan dengan kekasihnya.
"Bahkan aku saja tak pernah merasakan dinner dengan lelaki itu, jika makan berdua pun kita hanya fokus pada diri sendiri," gumam Vanessa melihat mobil Markus meninggalkan halaman
rumah.Hari ini hatinya benar-benar terluka, dari penolakan sang Mama sampai melihat betapa semangatnya Markus berkencan dengan kekasihnya.
Tidak ingin berlarut-larut bersedih gadis itu pun pergi mengambil beberapa snack dan membawanya kekamar, ia ingin menghabiskan sisa hari ini dengan menonton beberapa film disalah satu aplikasi untuk sedikit mengobati rasa sedih dan kecewanya.
~Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE VANESSA
RomanceWARNING!! DI DALAM CERITA INI ADA BEBERAPA UNSUR ADEGAN 21 TAHUN KEATAS, JADI YANG MERASA UMURNYA MASIH BOCIL DIMOHON UNTUK TIDAK MEMBACANYA. Vanessa, seorang gadis bertubuh oversize yang menjadi kekasih rahasia dari seorang Badboy bernama Markus Ga...