BAB 4

3.2K 108 0
                                    

Brak!!

Vanessa terperanjat kaget saat Markus membuka pintu rumah secara kasar, lelaki itu datang masih dengan setelan jas yang meletak ditubuh atletisnya.

"Kamu gak bisa pelan buka pintunya?" tanya Vanessa yang masih sibuk membungkus kado untuk sang Mama.

Lelaki itu menarik kasar tangan Vanessa hingga membuat gadis itu berdiri tepat didepannya, setelah itu dengan gerakan tiba-tiba Markus mencekik leher gadis itu hingga membuatnya memberontak minta dilepaskan.

"Lep-lapaskan aakuuh!!"

Ia mencoba melepaskan kedua tangan Markus dilehernya, tetapi tidak bisa. Tangan markus bagaikan lem yang tidak bisa terlepas dari leher milik Vanessa.

Hingga gadis itu hampir pingsan barulah Markus melepaskannya, Vanessa pun langsung saja meraup udara sebanyak-banyaknya mencoba untuk tetap kuat dan mempertahankan kesadarannya.

Plak!

"Kamu kenapa Markus, kenapa kamu menamparku lagi?" ucap Vanessa memegang pipinya yang terasa kebas.

Plak!

Bukannya menjawab pertanyaan Vanessa, lelaki itu malah menampar pipi sebelah kiri gadis itu hingga membuat keduanya terasa sangat kebas.

Vanessa menangis, gadis itu terjatuh dilantai sambil menangis merasa lemah karena terus-terusan mendapat perlakuan kasar dari kekasihnya.

Markus yang telah habis kesabarannya, tak menghiraukan tangisan dari Vanessa. Lelaki itu malah mengambil baju yang sudah dibungkus berbentuk kado.

"Mau kamu bawa kemana baju itu Markus, itu baju untuk hadiah ulangtahun Mamaku!!" ucap Vanessa mencoba merebut kembali kado itu dari tangan Markus.

"Mau gue bakar?!"

Lelaki itu mendorong tubuh Vanessa dan setelah itu berlalu pergi meninggalkannya yang sengaja lelaki itu kunci dari luar.

"Markus!! Jangan bakar baju itu!!"

"Markus aku mohon, itu kado untuk Mamaku Markus?!"

Brak!

Brak!

Vanessa menangis histeris didalam rumah, ketika ia melihat lelaki itu memantikkan koreknya dan lalu membakar baju yang baru ia beli barusan ditoko milik Marsel.

Markus memanglah kejam, ia tak suka kedekatan Vanessa dengan siapapun itu.

Walau yang dekat dengan Vanessa adalah wanita sekali pun, ia tak menyukainya karena ia beranggapan bahwa Vanessa adalah miliknya dan seluruh jiwa raga gadis itu hanya untuknya, dan tak boleh sedikitpun gadis itu mengabaikan perintahnya, tapi kali ini Vanessa sudah melampaui batasnya gadis itu malah terlihat asik berdua bersama rivalnya bercengkrama layaknya sahabat lama.

"Aku benci sama kamu Markus, sungguh aku benci?!" umpat kasar Vanessa didalam rumah.

Gadis itu tidak perduli jika Markus marah lagi, ia sudah cukup sabar menghadapi Markus yang selalu merasa benar dan tak pernah mau dibantah.

Setelah puas membakar baju tadi, Markus membuka pintu rumah ia lalu masuk kedalam dan mendapati wajah gadisnya sangat kacau karena sedari tadi masih menangis dan tak mau berhenti.

Lelaki itu tak perduli ia mengambil kunci rumah dan mengantonginya, lalu ia masuk kedalam kamar meninggalkan Vanessa yang masih menangis diruang tamu.

Didalam kamar, lelaki itu melepas jas miliknya dan kemeja putih yang sedari siang membungkus tubuh atletisnya itu.

Ia membasuh wajahnya untuk meredakan emosi yang sebenarnya masih membuncah, setelah sedikit reda lelaki itu mengambil baju kaosnya dan mengenakannya.

Malam ini ia akan kembali menginap, untuk berjaga-jaga supaya kekasihnya itu tidak melakukan hal-hal diluar nalar.

ROMANCE VANESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang