"APA RUMAH INI TIDAK NYAMAN LAGI UNTUK MENJADI TEMPAT PERSINGGAHANMU,"
.
.
.
.
Happy Reading!
Sudah seminggu Anabella berada di London. Wanita itu terkurung di apartemen ini, apartemen di mana dia dan Markus pernah tinggal bersama.
"Bagaimana kabar Antonio?" gumam wanita itu, merasakan rindu pada suaminya.
Anabella menitikkan air mata setiap hari, mengingat bagaimana dia meninggalkan Antonio dalam keadaan yang mengenaskan.
"Maafkan aku, Sayang. Karena aku, kamu dalam kondisi yang berbahaya," gumamnya sambil menangis di kamar.
Anabella tidak pernah melupakan kejadian waktu itu, ketika Markus dan suaminya bertengkar hebat dan menyebabkan Antonio terkapar tak berdaya di rumah mereka.
Klik!
Suara pintu kamar terbuka terdengar. Anabella langsung berpura-pura tidur agar tidak berinteraksi dengan orang yang dia yakini adalah Markus.
Suara derap langkah terdengar mendekati tempat Anabella berbaring, diikuti oleh gerakan tempat tidur seolah ada yang mendudukinya.
"Bangunlah, Vanessa. Aku membawakan sesuatu untukmu," bisik Markus yang terdengar jelas di telinga Anabella.
Anabella tidak menggubrisnya, dia tetap memejamkan matanya dan berpura-pura tidur.
"Aku tahu kamu pasti sedang berpura-pura tidur," bisik Markus kembali.
Sentuhan pada bibirnya membuat Anabella terperanjat dari tidur kepura-puraannya. Wanita itu segera menjauhkan tubuhnya dari Markus.
"Kenapa bereaksi seperti itu?" tanya Markus dengan nada tidak suka.
"Menjauhlah dariku, Mark!" pinta Anabella sambil menangis.
Markus terkekeh melihat wajah ketakutan Anabella. Bukannya menuruti permintaan wanita itu, Markus malah menarik paksa tangan Anabella dan membawanya mendekat.
"Lepaskan aku, Mark! Kamu tidak bisa seperti ini padaku!" teriak wanita itu memohon.
Markus mencengkram kedua pipi Anabella dengan begitu kuat hingga kuku-kuku jari pria itu menancap dan memberi rasa nyeri pada pipi pucat Anabella.
"AKU SUDAH BERSIKAP BAIK PADAMU, VANESSA. JADI JANGAN PERNAH MEMBUATKU MARAH LAGI!" ucap Markus dengan nada tajam.
Anabella menatap wajah Markus dengan pandangan kosong, dan air mata mulai menetes dari matanya.
"Jangan panggil aku Vanessa, Mark, karena aku bukan Vanessa yang dulu! Namaku Anabella," ucapnya sambil terisak.
"Cih! Persetan!" ucap Markus dengan nada mendecih dan marah.
Anabella tidak suka jika ada seseorang memanggilnya dengan namanya yang dulu, karena bagi dia, Vanessa sudah tidak ada. Nama itu sudah lama mati dan terkubur dalam-dalam bersama dengan kenangan-kenangan menyakitkannya.
Markus melepaskan cengkraman tangannya di pipi Anabella, kemudian dia membawa wanita itu untuk ikut dengannya ke ruang makan, dia ingin wanitanya menyantap makanan kesukaannya bersama-sama.
Tapi Anabella mencoba menolak, dia tidak ingin makan dan tidak berselera memakan sesuatu dari kediaman Markus.
"Lepaskan aku Mark, aku mohon aku tidak lapar." pinta Anabella memohon.
Tapi lagi-lagi Markus tidak perduli, pria itu tetap mendudukan Anabella dengan paksa. Kemudian dia mengambil semua makanan yang tersedia dan meletakannya di atas piring milik Anabella.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE VANESSA
RomanceWARNING!! DI DALAM CERITA INI ADA BEBERAPA UNSUR ADEGAN 21 TAHUN KEATAS, JADI YANG MERASA UMURNYA MASIH BOCIL DIMOHON UNTUK TIDAK MEMBACANYA. Vanessa, seorang gadis bertubuh oversize yang menjadi kekasih rahasia dari seorang Badboy bernama Markus Ga...