"Apa salahnya jika aku ingin memiliki hidup seperti manusia lainnya? Apa aku salah hanya karena ingin memiliki teman?"
.
.
.
.Happy Reading!
Vanessa memasuki area kampus dengan tergesa-gesa, ia pun tak lupa sambil merutuki dirinya yang terlambat kekampus pada hari ini.
"Mark sialan, gara-gara dia aku terlambat!!" gerutu Vanessa saat sudah tiba didepan kelasnya.
Vanessa segera masuk dan mendapati hanya beberapa temannya saja yang ada disana, selebihnya ia tidak tau ada dimana yang lainnya.
"Apa dosennya sudah datang?" tanya Vanessa pada salah satu temannya.
"Belum tiba, mungkin sebentar lagi." jawab wanita berkacamata itu.
"Baiklah, terimakasih!" ucap Vanessa dan setelah itu ia berlalu pergi dan mencari tempat duduk yang berada dibarisan belakang.
Wanita itu meletakan buku dan alat tulis miliknya diatas meja, sambil menunggu Dosen masuk ia memilih menghabiskan waktunya untuk berselancar didunia maya.
Setiap hari Vanessa selalu membuka akun sosial media milik kedua orangtuanya, ia selalu merasa rindu pada Papa dan juga Sang Mama yang lebih memilih hidup tanpa ia.
Wanita itu menghela nafas berat, saat melihat salah satu photo yang menampilkan wajah penuh bangga Papanya menyaksikan putrinya lulus SMA.
"Aku iri sama kamu Dek, kamu bisa dengan mudahnya berphoto bersama Papa dan sedangkan aku, harus pasrah lulus tanpa dihadiri oleh siapapun," ucapnya dalam hati sembari tersenyum getir.
Walaupun ia tidak diinginkan, tapi ia selalu berharap suatu saat nanti Bayu maupun Selina bisa melihat dan merasakan kehadirannya.
"Good morning everyone, sorry if I'm a little late on this very sunny morning." sapa Dosen pria yang baru saja tiba.
Vanessa pun segera memasukan lagi handphone miliknya didalam tas, dan ia pun melihat kearah depan. Wanita itu tanpa sadar tercengang melihat sosok Dosen yang berdiri didepan sana.
"Marsel? Kok dia sini, bukannya dia mahasiswa juga?" ucapnya didalam hati.
Marsel tersenyum kearah dirinya, dan Vanessa pun membalas senyuman dari teman pertamanya itu.
"Baiklah, sebelum memulai pelajaran, izinkan saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya adalah Marsel Johannes, dan kalian bisa memanggil saya Marsel. Saya akan menjadi pengganti dari dosen kalian sebelumnya, yaitu Mr. Yoseph, yang telah mengundurkan diri beberapa hari yang lalu. Saya berharap kalian akan menikmati pelajaran yang saya sampaikan dan saya ucapkan terima kasih." ucap Marsel memperkenalkan dirinya.
"Jadi Marsel pengganti Mr.Yoseph," gumamnya.
Vanessa sangat terkejut dengan kehadiran Marsel di hadapannya. Awalnya, ia mengira bahwa Marsel adalah salah satu mahasiswa yang menuntut ilmu dikampus yang sama dengannya, namun ternyata Marsel adalah dosen yang menggantikan Mr. Yoseph.
Setelah perkenalan, Marsel mulai menyampaikan materi kuliahnya. Ia terlihat sangat fokus dan antusias dalam menjelaskan materi-materi yang ada.
Setelah dua jam berlalu, Marsel mengakhiri pembelajarannya. "Baiklah, semuanya. Materi kita sampai di sini dulu. Saya berharap kalian telah memahami dan mengerti isi dari materi yang saya sampaikan," ujarnya.
Satu per satu, para mahasiswa dan mahasiswi meninggalkan kelas. Vanessa pun mendekati Marsel yang sedang memasukkan beberapa buku dan peralatan lainnya ke dalam tasnya.
"Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu akan menjadi dosen pengganti?" tanya wanita itu pada Marsel.
Marsel tersenyum pada Vanessa. "Gue ingin memberikan kejutan, dan sepertinya gue berhasil membuat lo terkejut," ujarnya sambil tertawa.
"Ya, kamu berhasil membuatku terkejut, Marsel," jawab Vanessa.
Marsel terkekeh mendengar jawaban Vanessa, ia merasa senang bisa bersama dengan wanita gemuk yang ada didepannya sekarang, ia merasa tidak sia-sia mendaftar menjadi dosen pengganti Mr.Yoseph yang mengundurkan diri beberapa hari lalu.
Marsel dan Vanessa keluar dari kelas bersama-sama, tetapi ketika mereka sampai di depan pintu, Vanessa terkejut melihat Markus yang tiba-tiba muncul berdiri tepat di samping pintu kelasnya.
"Mark," ucap Vanessa dengan terkejut melihat Markus yang tiba-tiba muncul di depannya.
"Kamu juga kuliah di sini, Mark?" tanya Marsel sambil memandang Markus yang berdiri tegap di depannya.
"Vanessa. Lo disuruh pulang sama nyokap lo!" ucap Markus dengan tatapan menusuknya.
Setalah itu, Markus pergi meninggalkan Vanessa dan Marsel yang masih berdiri didepan pintu kelas.
"Lo kenal dekat sama dia?" tanya Marsel.
"Tidak, Mark dan aku hanya bertetangga di sini. Kebetulan apartemenku dan apartemennya Mark bersebelahan, jadi kami saling mengenal," jelas Vanessa.
"Oh, begitu ya," ucap Marsel.
Ting!
Tiba-tiba, handphone Vanessa berbunyi menandakan pesan masuk baru. Setelah dilihat, Vanessa menemukan bahwa Markus telah mengirim pesan padanya lagi.
"Siapa, dari Mama lo ya?"
Vanessa mengangguk pelan, lalu memasukkan kembali handphone-nya ke dalam tas.
"Marsel, aku harus pulang sekarang. Mama memintaku untuk segera menemuinya," ucap Vanessa pamit pada Marsel.
"Baiklah, hati-hati dijalan ya, Ness!" ucap Marsel sambil melemparkan senyum pada Vanessa.
Vanessa pun pergi dengan tergesa-gesa menuju ke parkiran kampus, di mana Markus sudah menunggunya.
Setelah sampai di parkiran, Vanessa melihat Markus sudah menunggunya di dalam mobil. Ketika Vanessa membuka pintu mobil, Markus menatapnya dengan tatapan yang tajam dan serius.
Markus tidak berbicara, sehingga suasana di dalam mobil menjadi sangat hening. Sepuluh menit berlalu dan suasana di dalam mobil tetap begitu hening. Vanessa menunduk, merasa takut jika tiba-tiba Markus berbuat kasar padanya.
Vanessa melirik sebentar ke arah Markus yang masih tidak menjalankan mobil. Ia melihat Markus memegang erat setir mobil, hingga buku-buku tangannya memerah. Vanessa merasa bahwa Markus sedang menahan amarah.
Drt! Drt! Drt!
Prang!
Tiba-tiba, Markus melempar handphone miliknya yang berbunyi ke arah sembarang. Vanessa terkejut melihatnya.
Vanessa merasa takut dan beringsut mundur, ketika melihat ekspresi Markus yang marahnya tidak dapat terkontrol lagi.
Markus menarik kerah baju Vanessa, hingga wanita itu mendekat kearahnya. Dan tanpa pikir panjang Markus yang marah melayangkan tamparannya kearah pipi kanan dan juga pipi kiri wanita malang itu.
Vanessa yang takut pun akhirnya menangis, ia tidak dapat menahan rasa kebas bercampur nyeri diarea kedua pipinya.
"Kenapa sih, Vanessa? Setiap kali gue menyuruh lo untuk menjauh dari dia, tapi lo justru semakin mendekat sama si sialan itu! Ada apa dengan lo, ha? Ada apa dengan lo, Vanessa?!" ucap Markus dengan nada yang meninggi.
Dengan tubuh yang bergetar, Vanessa menjawab pernyataan Markus tadi. "Aku hanya ingin memiliki teman, Markus. Selama ini aku tidak pernah mempunya teman. Aku hanya ingin hidupku lebih berwarna seperti wanita-wanita seusiaku. Apa itu salah?" ucap Vanessa dengan suara yang gemetar.
"SANGAT SALAH?! Bukankah sudah sering gue katakan sama lo? Lo adalah milik gue dan tidak boleh ada seorang pun yang mendekati lo, Vanessa. Sampai matipun lo tidak boleh dekat dengan siapapun selain gue," ucap Markus dengan suara yang semakin meninggi.
Vanessa menggeleng tidak percaya. Ia merasa lelah berhadapan dengan pria di depannya.
"Kamu egois Mark, aku capek sama semua tingkah laku kamu!" ucap Vanessa dengan wajah penuh kecewa.
Markus tidak peduli dengan kekecewaan Vanessa dan memilih untuk menjalankan mobilnya. Vanessa menangis di dalam mobil saat Markus membawanya pulang. Vanessa merasa takut Markus akan menghukumnya.
~Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE VANESSA
RomanceWARNING!! DI DALAM CERITA INI ADA BEBERAPA UNSUR ADEGAN 21 TAHUN KEATAS, JADI YANG MERASA UMURNYA MASIH BOCIL DIMOHON UNTUK TIDAK MEMBACANYA. Vanessa, seorang gadis bertubuh oversize yang menjadi kekasih rahasia dari seorang Badboy bernama Markus Ga...