"Mencintaimu adalah sesuatu yang aku kira akan membahagiakan, namun ternyata sebaliknya. Mencintaimu sungguh sangat menyakitkan. Setiap kali aku melihatmu, hatiku terasa teriris-iris. Aku mencintaimu dengan begitu dalam, tapi sayangnya, cinta ini hanya menyisakan luka dan kepedihan. Tapi meski cinta ini menyakitkan, aku tidak bisa berhenti mencintaimu."
.
.
.
.
Happy Reading!
Satu Tahun kemudian.
Markus dan Camelia sudah resmi menjadi suami istri.
Camelia berpikir bahwa menjadi istri Markus akan lebih menyenangkan, seakan mendapatkan pria itu sepenuhnya. Namun, kenyataannya jauh dari harapannya. Camelia tidak pernah disentuh sama sekali oleh Markus. Lebih jauh lagi, Markus lebih memilih untuk tidur di ruang kerjanya daripada berbagi kamar dan tidur bersamanya.
"Dari mana kamu, Mark? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya Camelia, berusaha menahan air matanya.
Markus, yang tengah melepas jas kantornya, menoleh dan memandang istrinya dengan tatapan dingin.
"Kamu tidak buta, kan? Kamu bisa melihat aku pulang dengan pakaian kantor. Jadi, bisa ditebak aku baru pulang dari mana!" sergah Markus di hadapan Camelia.
"Tapi kenapa baru pulang sekarang, Mark? Seharusnya kamu pulang sore tadi, bukan jam 2 subuh," ucap Camelia dengan air mata mengalir di pipinya.
Markus mendekati Camelia, tangannya mencengkram wajah Camelia dengan kuat.
"Berhenti campuri urusan hidup gue! Lo itu seharusnya tidak banyak menuntut!" bentak Mark dengan nada marah.
"Kamu sangat tega, Mark," ucapnya sambil menangis.
Markus menghempas tangannya, membuat wajah Camelia berbalik ke samping.
Pria itu meninggalkan Camelia yang masih menangis di ruang tamu.
Camelia menatap dengan penuh kesedihan saat suaminya pergi. Dia bertekad untuk terus berupaya agar Markus bisa mencintainya. Camelia tahu dia tidak boleh menyerah, dia harus menjadi wanita yang tangguh. Dia harus bisa merubah sikap Markus dan membuatnya jatuh cinta padanya.
"Aku tidak akan menyerah, Mark. Suatu saat nanti, kamu pasti akan luluh padaku," ucapnya sambil mengelap air mata yang membasahi pipinya.
Di ruang kerjanya, Markus membaringkan diri di atas tempat tidur. Sudah setahun ini pria itu menjadikan ruang kerjanya sebagai kamar tidurnya.
Dia menatap ke atas dengan pandangan kosong. Hanya ada dua hal dalam pikirannya saat ini yaitu pekerjaan dan juga Vanessa.
Ya, selama setahun ini, Markus sangat merindukan Vanessa. Sangat sulit baginya untuk menemukan keberadaan wanita itu.
"Lo pergi kemana sih? Kenapa susah banget cari lo, Apa sekarang lo sudah bahagia dengan si pecundang itu?" gumamnya pelan.
Markus mengambil handphone Vanessa, yang selalu dia bawa ke mana-mana.
Dia selalu membuka galeri foto di handphone Vanessa, dan selalu menemukan foto yang sama, foto editan Vanessa bersama kedua orangtua yang tidak mencintai dan menganggapnya ada.
"Gue tersiksa, hari-hari gue kosong tanpa lo, Vanessa," ucapnya, tak mampu menahan rasa rindunya.
Markus terbangun dari tidurnya saat alarm di handphone miliknya berbunyi. Pria itu segera melihat jam dan memutuskan untuk segera bangun dari tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE VANESSA
RomanceWARNING!! DI DALAM CERITA INI ADA BEBERAPA UNSUR ADEGAN 21 TAHUN KEATAS, JADI YANG MERASA UMURNYA MASIH BOCIL DIMOHON UNTUK TIDAK MEMBACANYA. Vanessa, seorang gadis bertubuh oversize yang menjadi kekasih rahasia dari seorang Badboy bernama Markus Ga...