BAB 26

1.6K 52 1
                                    

WARNING!!
BAB INI TERDAPAT UNSUR 21+, BAGI PARA BOCIL DAN ANTI DENGAN ADEGAN INTIM, TIDAK DI SARANKAN UNTUK MEMBACANYA.



"Rasanya sungguh sangat menyakitkan, ketika kamu melihatku sebagai orang lain."
.

.

.

.

Happy Reading!

Dengan langkah gontai, Markus memasuki kediamannya. Dia baru pulang tepat pukul tiga subuh setelah menghabiskan waktu di salah satu klub malam milik temannya.

Suasana rumah masih sangat sepi, hal yang sangat dia syukuri.

Dengan mata yang berat dan tubuh yang kurang seimbang, dia memasuki ruang kerja yang juga berfungsi sebagai kamarnya.

Brak!

Dia pun terjatuh di atas tempat tidur, dan segera terlelap, masih dengan pakaian kantornya yang melekat di tubuh.

Alarm jam Markus berbunyi, membangunkannya dari tidur yang baru saja dimulai. Dengan mata yang masih berat, dia bangun dan berjalan menuju meja kerja.

Hari ini, dia memilih tidak pergi ke kantor. Dia merasa kurang fit dan memutuskan untuk bekerja dari rumah saja dan mengecek dokumen-dokumen yang akan dikirim oleh Rival.

Saat Markus sedang membuka komputernya, Camelia masuk ke ruangannya.

"Mau apa lo di sini?" tanya Markus tegas.

"Aku membuatkanmu teh hangat, Mark. Aku tahu kamu sepertinya tidak enak badan," jawab Camelia dengan senyum.

"Tidak perlu, bawa balik sana!" tolak Markus.

"Tapi Mark, aku hanya menjalankan tugas sebagai istri. Biarkan aku merawatmu," ujar Camelia, wajahnya tampak menahan tangis.

Markus hanya memutar matanya, "Taruh di sana, lalu pergi dari kamar gue!"

Camelia menuruti, meletakkan teh di meja, lalu pergi. Dalam hati, dia berharap rencananya berhasil. "Semoga obatnya bekerja," gumamnya.

Camelia mencampurkan obat perangsang ke dalam teh yang akan diminum oleh Markus. Dia melakukan hal tersebut karena merasa putus asa, sebab Markus tidak kunjung melakukan hubungan intim layaknya suami istri dengannya.

Sambil menunggu obat itu bekerja, Camelia memutuskan untuk kembali ke dapur dan membuat sarapan untuk mereka berdua. Meskipun Markus tidak pernah memakan masakannya, Camelia selalu menyediakan makanan untuk suaminya.

Markus tiba-tiba merasa kehausan dan dia pun merasa malas ke dapur, karena dia yakin Camelia ada di sana.

Dia mengambil teh yang diletakkan Camelia, lalu meminumnya hingga habis. Setelah itu, dia melanjutkan pekerjaannya kembali, dan berharap lekas selesai agar bisa segera beristirahat.

Saat sedang bekerja, Markus merasa tubuhnya panas, nafasnya memburu, dan keringat membasahi dahinya.

"Ada apa dengan tubuhku ini?" gumamnya heran.

ROMANCE VANESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang