BAB 9

2.4K 78 0
                                    

Markus sudah berada didepan kediaman Tamara sepuluh menit yang lalu, ia merasa bosan saat melihat kekasihnya belum kunjung keluar dari rumah.

"Cewek kalo udah dandan lama banget sialan?!" umpatnya kesal.

"Coba tau kaya gini, mending gue gak usah buru-buru pergi jalan!" lanjutnya.

Markus tidak henti-hentinya mengomel didalam mobil, ia sudah menghubungi Tamara bahwa ia sudah tiba tapi gadis itu bilang bahwa lima menit lagi ia akan turun kebawah, tapi nyatanya sudah sepuluh menit Tamara tidak kelihatan batang hidungnya.

Ting!

Satu pesan singkat masuk kedalam handphone miliknya, lelaki itu segera melihat dan mendapati orang suruhannya mengirim isi pesan singkat tersebut dan disertai dengan beberapa video.

Sambil menunggu Tamara tiba, Markus lalu membuka satu persatu video yang dikirim barusan, ia lalu merasa geram dengan fakta yang baru ia lihat.

Ibu Jasmine, Anya dan Pak Yusuf mereka bertiga bersekongkol merencanakan hal busuk hingga membuat Vanessa-nya, menangis histeris beberapa hari yang lalu.

"Keparat!! Bajingan mereka semua?!" umpatnya marah.

Markus tidak habis pikir melihat betapa liciknya Anya mempengaruhi Ibu Jasmine yang terkenal berhati malaikat, dan Pak Yusuf yang terkenal dengan ketegasannya dengan mudahnya mau mengikuti semua yang gadis jalang sialan itu perintahkan.

"Lo bertiga harus kena ganjarannya!! lo bertiga harus menderita?!" ucapnya geram.

Tok! Tok!

Markus segera memasukan handphone miliknya disaku celana, setelah itu ia membuka pintu mobil dan Tamara pun masuk kedalam.

"Maaf ya sayang kamu jadi lama nunggu," ucap Tamara menyesal.

"Gak apa," jawab Markus dengan senyum palsunya.

Lelaki itu semakin tidak mood untuk jalan malam ini, tapi jika ia membatalkan yang ada gadis disampingnya akan berubah menjadi tambah cerewet dan menyebalkan.

Disepanjang jalan, tidak henti-hentinya Markus memikirkan tentang hal barusan ia sudah menduga pasti ada seseorang dibalik permasalahan Vanessa. Gadisnya itu memang tidak terlalu pintar seperti yang lain, tapi ia bisa memastikan bahwa Vanessa tidak sebodoh apa yang diungkapkan oleh Pak Yusuf dan Ibu Jasmine pada saat itu.

"Kamu kenapa sayang kok diam aja sih?" tanya Tamara yang merasa heran pada kekasihnya.

"Gak apa-apa," jawab Markus sambil tersenyum simpul.

"Kamu marah sama aku?"

Markus menggeleng, ia sungguh tidak ingin berbicara sekarang.

Didalam mobil tidak ada pembicaraan apapun lagi, semua terasa hening dan mereka terlihat sibuk dengan pikiran masing-masing.

Terlebih Markus, ia berusaha mengendalikan emosinya dan ingin segera berakhir perjalanan ia mengantar Tamara ke Mall.

Tiba di Mall, Tamara berjalan lebih dulu masuk kepusat perbelanjaan itu. Ia sangat tidak sabar membeli salah satu koleksi terbaru dari brand terkenal.

Markus menyusul dibelakang, tiba didepan toko itu Markus tercengang melihat banyaknya kaum wanita memperebutkan baju yang ia inginkan, sedangkan para pria hanya dapat berdiri didepan toko menunggu pasangannya selesai berbelanja.

"Tidak usah heran, wanita memang seperti itu. Suka berbelanja dan menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mahal," ucap pria yang berdiri tepat disamping Markus.

Markus menoleh kearah pria itu, lalu sang pria mengulurkan tangannya.

"Saya Josh, kalo kamu?" tanya pria itu seusai memperkenalkan diri.

ROMANCE VANESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang