BAB 23

1.6K 59 3
                                    

"Menjadi wanita bahagia bukan tentang memiliki segalanya, tapi tentang menemukan kebahagiaan dalam setiap hal kecil."
.
.
.
.

Happy Reading!

Tok! Tok!

suara ketukan pintu tidak mampu membuat Camelia beranjak dari tempat tidurnya, wanita itu malah membenamkan wajahnya ke dalam selimut.

"Came, buka pintunya sayang," panggil Liliana di depan kamar Camelia.

"Kau lihat sendirian Mark, Camelia tidak mau membukakan pintu kamarnya. Sebenarnya ada apa dengan kalian?" tanya Liliana pada Markus yang sedari tadi berdiri di sampingnya.

Markus terdiam, seperti enggan untuk menjawab. Dia merasa hubungannya dan Camelia telah berakhir dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan lagi. Liliana melihat ke dalam mata Markus dan mengerti bahwa dia tidak ingin membicarakan masalah ini lagi.

Meski demikian, Liliana tidak bisa menahan rasa penasaran dan ingin membantu cucunya. "Mark, aku tahu ini sulit, tapi kamu harus bicara dengan Camelia. Kalian berdua harus menyelesaikan masalah ini," kata Liliana mencoba memberi solusi.

"Intinya aku tidak mencintai Camelia, enam bulan hubungan kami adalah omong kosong dan aku harus mengakhiri semuanya," ucap Markus menatap wajah Liliana.

Liliana merasa terkejut dengan pernyataan Markus barusan. Dia tidak pernah menduga bahwa selama ini Markus tidak mencintai Camelia. 

PLAK! 

Tamparan keras mengenai pipi kanan Markus, pria itu memegang pipinya yang terasa kebas karena Liliana menamparnya.

"Kenapa kau tega menyakiti cucuku Mark, kenapa?" tanya Liliana sambil menangis, tidak menyangka.

"Aku tidak menyakiti dia, malah aku menyelamatkannya dari keegoisan anda dan Naura. Sudahlah, mari kita lupakan tentang perjodohan ini. Aku tidak mau menikah dengan cucumu itu," ucap Markus dengan tegas.

"Siapa yang berani membatalkan perjodohan kalian? Kau dan Camelia akan tetap melanjutkan perjodohan ini, dan dalam waktu dekat akan menikah!" seru Naura, yang tiba-tiba datang menghampiri Markus dan Liliana.

Markus menatap tidak percaya wanita tua di depannya. "Sial!" umpatnya kesal.

"Lo gak bisa ngatur-ngatur gue! Gue udah dewasa dan bisa nentuin jalan hidup apa yang akan gue ambil," balas Markus pada neneknya.

"Dasar anak tidak tahu diri, apa kurangnya Camelia? Dia cantik, baik, pintar dan ramah pada semua orang," puji Naura membanggakan Camelia.

Markus memutar mata malas, pria itu muak melihat tingkah neneknya.

"Kurangnya gue gak sayang sama dia!"

"Sayang? Bullshit! Semua akan sayang pada waktunya, Mark. Sekarang kau menolak, tapi nanti kau akan jatuh hati pada Camelia," ujar Naura dengan yakin.

Markus menggeleng tidak percaya, pria itu memilih beranjak pergi dari kediaman Liliana. Kepalanya sudah mulai merasakan pening, karena masalahnya bertambah lagi.

"Mark, kau mau kemana?" Teriak Naura.

Markus tidak menggubris, ia tidak ingin terlalu lama berdekatan dengan kedua manusia kolot didepannya.

Setelah Markus pergi, Naura langsung memeluk tubuh sahabatnya.

"Tenanglah, tidak apa-apa. Maafkan cucuku Liliana. Markus dan Camelia akan tetap berjodoh, percayalah." ujar Naura dengan lembut.

"Tapi Mark menolak Came, Naura. Aku hanya ingin saat aku tiada nanti, Camelia akan mendapatkan pelindung yang bisa menyayanginya sepenuh hati. Tapi kurasa Mark tidak ingin," ungkap Liliana dengan sedih.

ROMANCE VANESSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang