Perasaan mulai aneh muncul

2.3K 3 0
                                    

Betapa membosankan hidup, jika hanya berdiam di satu tempat saja. Maka dari itu Rangga memutuskan untuk keluar hanya sekedar untuk mengisi waktu kosongnya untuk pergi ke Mall yang terdekat, segera Rangga mengganti pakaiannya dengan kemeja putih serta menutupi bagian bawah dengan jeans biru dan sepatu putih, di depan cermin Rangga tersenyum merasa paling tampan sedunia sembari memasang jam di lengannya, sehabis itu beranjak pergi menaiki kendaraan roda dua miliknya.

Di dalam sebuah Mall, Rangga berjalan menuju ke restoran hanya untuk sekedar mengisi perut kosong. Di tengah makannya seketika kedua bola mata Rangga terpikat dengan seorang wanita yang sedang duduk sendirian, wanita yang mengenakan dress berwarna putih sedikit ketat pada tubuhnya, membuat lekukan tubuhnya sedikit terlihat jelas. Selesai makanan habis, Rangga mulai membututi wanita yang membuatnya terdorong untuk mendekatinya. Dengan penuh sabar Rangga menunggu momen yang tepat.

Di depan pintu keluar Mall, Rangga yang membututi wanita yang mengenakan dress itu, kini wanita itu berdiri sedang menunggu sesuatu, Rangga mulai memberanikan diri untuk mendekati wanita tersebut. "Hai, selamat malam ... ." Sapa Rangga dengan mata yang parau, mata penuh keberanian menatap paras jelita wanita yang ada di depannya.

"Malam, juga ... ." Jawab Amira dengan wajah tak acuh.

"Oh, yah, sebelumnya namaku Rangga Ardula ... biasa di panggil Rangga, nyonya sendiri dengan siapa?" dengan lurus tangan kanan Rangga ke hadapan Amira.

"Namaku Amira Anita ... panggil saja Amira." Dengan datar Amira menyambut tangan Rangga dengan ramah.

"Aku lihat lima menit berdiri di sini, kamu sedang menunggu apa memang?"

"Hp aku mati, tidak bisa memesan kendaraan online. Jadi, terpaksa aku menunggu taxi lewat."

"Astaga, apa kamu sedang terburu-buru?"

"Yah, aku harus memberikan makan malam ini, kepada anakku, jika dia pulang nanti."

Mendengar kata 'anakku' keluar dari mulut Amira, tak sedikit, pun, membuat Rangga gentar untuk lebih dekat lagi. Dengan penuh inisiatif dan harapan tinggi Amira masih tetap menunggu kendaraan untuk pulang kerumah. Segera Rangga pergi meninggalkan Amira ditempat, tanpa berpamitan, segera Rangga mengambil kendaraan sport roda dua miliknya yang berwarna merah metallic, di halaman parkir Mall.

Kembali Rangga dengan kendaraan roda duanya, ke hadapan Amira. "Astaga, kamu belum juga mendapatkan kendaraan. Sedangkan kamu sedang terburu-buru ... bagaimana, jika aku antarkan kamu pulang, apakah kamu mau?" ajak Rangga dengan mengulurkan helm satu-satunya kepada Amira.

Dengan lekat Amira menyoroti kedua bola mata Rangga, memastikan bahwa Rangga bukanlah seorang penjahat yang hanya modus kepadanya. Dua menit hanya berdiam ditempat, memikirkan keberadaan Arlan yang dia harapkan akan pulang kerumah dengan perut kosong dan melihat bola mata Rangga yang begitu polos. Akhirnya Amira mengambil helm yang berada di tangan Rangga.

"Tak masalah bagiku, jika kamu tak merasa terbebani ... ." Ucap Amira setelah menyandarkan pinggulnya di atas jok motor tersebut.

"Tenang saja, sudah tugasku sebagai warga negara, membantu sesama warganya." Balas Rangga dengan sedikit rasa gembira.

Tersenyum kecil Amira mendengar kalimat yang barusan keluar dari mulut seorang pria yang baru ia kenal. Dalam perjalanan tak ada suara di antara mereka kedua, selain Amira menunjukkan jalan ke arah rumahnya. Lega pada akhirnya Amira, saat motor yang ditumpanginya berhenti tepat di depan pagar rumahnya.

Turun dari motor, Amira melepas helm yang dikenakannya. "Terimakasih atas helmnya ... oh, yah, wait." setelah menyerahkan helm Amira merogoh tasa mungilnya.

"Ada apa?" mengerut dahi Rangga mengarah pada Amira.

"Ini ada beberapa uang dariku, upah karena telah mengantarkanku hingga rumah." Balas Amira dengan munjulurkan selembar uang berwarna merah kepada Rangga.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang