Sulit ditahan

390 4 0
                                    

Satu pekan berakhir, tanpa adanya keberadaan Arlan lagi dirumah, membuat Diana merasa menyesal dengan dirinya sendiri yang telah mengusir Arlan dari tempat. Kini Diana sadar, bahwa yang telah diperbuatnya kepada Arlan suatu itu yang hanya ingin membuat Arlan sadar mengenai tindakan yang dilakukan bersama dengan Dinda adalah salah. Serta Diana sewaktu itu berharap dengan Arlan yang akan mengerti perasaannya saat ini.

Untuk mencaritahu keberadaan Arlan saat ini, Diana mencoba untuk stalking media sosial milik Arlan mulai dari aplikasi berwarma merah hingga aplikasi berhuruf F berwarna biru. Akhirnya Diana mendapatkan status terbaru dari Arlan, mengenai keberadaan Arlan saat ini. Usai mengetahui posisi Arlan saat ini, Diana mulai beranjak keluar menuju ruang makan. Di ruang makan, Diana berjumpa dengan Dinda dengan wajah yang begitu ramah menyambutnya.

"Good morning my daughter ... ." Sapa Dinda yang tengah sibuk mengatur beberapa peralatan makanan yang berada di atas meja.

"Pagi, Mam ... ." Denga senyum yang lebar Diana membalas.

Melihat wajah Diana yang kini berseri, begitu legah rasanya Dinda untuk duduk di sampingnya saat ini. "Tumben terlihat cerah sekali pagi ini ... oh, yah, Mama sekali lagi ingin meminta maaf pada kamu mengenai kejadian sewaktu itu mama dengan Arlan, yah." Tampak raut Dinda penuh bersalah, mengingat kejadian yang tak senonoh dilakukannya.

"Iya, Mam, aku maafkan. Asal Mama jangan mengulanginya lagi, yah ... ."

Bangkit berdiri Dinda, dari arah belakang Dinda memeluk Diana dengan erat. "Makasih, yah ... Mama janji tidak akan mengulanginya lagi. Oh, yah, Mama boleh minta tolong sama kamu." Ucap Diana yang perlahan melepas pelukannya, kemudian kembali untuk menyandarkan tubuh pada kursi dekat meja makan.

"Apa, mam?"

"Tolong carikan Arlan, ajak dia pulang kemari. Soalnya Mama takut nanti Mommynya dia yang akan datang kemari, dia tidak ada di sini. Mama juga sekalian ingin minta maaf pada dia, karena Mama telah menjadi tante yang salah buatnya." Ujar Dinda dengan wajah yang menekuk.

"Iya, Mam ... kebetulan aku juga ingin meminta maaf dengannya."

"Kamu ada masalah apa memang dengan dia, sampai ingin minta maaf?"

"Sewaktu itu aku telah menamparnya dengan keras serta dengan nada tinggi aku mengusirnya."

"Pantas saja dia tidak pulang seminggu ini ... ." Wajah sedikit kesal tampak pada Dinda. Seketika teringat suasana yang mulai membaik antara dirinya dengan anaknya, Dinda lekas menutup wajah kesalnya dengan tersenyum. "Oh, yah, sarapan dulu, yuk ... Mama udah bikin nasi goreng spesial untuk kita."

Kedua orang yang ada di dekat meja makan tersebut, masing-masing mulai mengambil piring serta hidangan yang sudah tersajikan di atas meja. Tiada lagi suara yang keluar diantara mereka untuk di bicarakan, kini mereka mulai menyibukkan diri untuk mengunyah hidangan yang masuk kedalam mulut mereka. Tak ingin membuang waktu, ingin rasanya segera menemui Arlan di suatu tempat, kali ini Diana mengunyah makanannya sedikit lebih cepat dari biasanya.

Sedari tadi Dinda yang memperhatikan Diana menyantap hidangan tak seperti biasanya, membuatnya penasaran. "Makannya buru-buru banget, ada apa?" sekilas Dinda menoleh ke arah Diana yang tengah mengunyah makananya.

Setelah mengunyah habis makanan yang dimulutnya, Diana mulai membalas tatapan dari wanita yang ada di sampingnya. "Hehehe, ada deadline kantor yang harus ku kejar hari ini, Mam." Tercengir Diana dengan memalsukan jawaban. Tak ingin Diana jika Dinda mengetahui yang sebenarnya, Dinda akan menghancurkan suasana dirinya yang ingin berbicara empat mata dengan Arlan nanti.

"Oh, yasudah, tapi makannya tetap pelan-pelan aja, nanti tersedak, lho."

"Ok, Mam ... ." Balas Diana yang tetap memilih menyantap hidangan dengan cepat.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang