(+21) Hubungan inces semakin intens

1.2K 5 0
                                    

Semakin dalam dan semakin kuat di hisap benda pusaka milik Arlan tenggelam. Rasanya benda pusaka Arlan ingin cepat-cepat mengeluarkan cairan kental dari dalam sana. Tak kuat terhempit disela rongga-ronga dalam mulut yang penuh liur membuat bergerak leluasa, terasa begitu sangat licin. Seketika Amira menghentikan aktivitasnya mengulum benda pusaka milik Arlan yang hampir tiba pada puncaknya. Hal tersebut membuat Arlan harus merasa nyeri yang begitu dalam, merasa permainan yang begitu nanggung.

"Sekarang, biar aku kasih tau kepadamu, Sayang. Bahwa aku hebat dalam urusan ranjang." Tersenyum Amira, lalu memposisikan dirinya tengkurap diatas Arlan. Sala satu tangan Amira mulai memposisikan benda pusaka milik Arlan untuk memasuki lubang mahkota yang sudah lama dirinya jaga.

"Ihshsh ... ." Desis keduanya saat merasakan bagian bawah mereka bersentuhan dengan kulit lawan. Merasakan bulu-bulu kemaluan mereka yang lebat saling bersentuhan.

"Aku hargai hal itu, Sayang ... ." Merekah senyum di pipi Arlan melihat Amira berada di atasnya saat ini tengah mengambil posisi untuk memompa pinggulnya.

Perlahan pinggul Amira bergerak kiri-kanan. "Sayang kamu mengingkan anak laki-laki atau perempuan dari rahimku nanti, jika aku dapat hamil?" tanya Amira yang mulai menaik-turunkan pinggulnya.

"Apapun dia, aku akan menjaga serta merawatnya. Aku akan bertanggung jawab sebagai seorang ayah."

Senang Amira mendengar pernyataan Arlan yang begitu ingin menjadi sosok ayah dari dalam rahimnya nanti. Hal tersebut membuat Amira mulai menggerakkan pinggul dengan cepat, hingga tiga menit berlangsung, seketika Amira merasakan kedutan di dalam lubang mahkota bagian tubuhnya. Serta Amira merasakan basah dalam liang lubang mahkotanya. Tersungkal napas Amira seketika masih belum menyangka dengan apa yang barusan dirasakannya.

"Mom, maaf jika ada yang salah ... ." Wajah penuh bersalah mulai tampak pada Arlan yang merasakan lendir dalam tubuh bagian bawah miliknya keluar di dalam lubang mahkota milik ibunya sendiri.

Punggung Amira mulai menegak, kedua kakinya mulai menekuk kedepan. "Ushht, sekarang ku jelaskan padamu lagi, bahwa aku bukan Mommy kamu lagi ... melainkan aku isteri kamu mulai saat ini. Jadi, jangan panggil aku Mommy lagi." Ketus Amira yang membuat Arlan terdiam ditempat.

Terkekeh Amira melihat reaksi Arlan yang tampak bersalah dan pasrah kena marah. "Katanya tadi siap punya anak, kok, sekarang baru keluar sekali udah merasa bersalah ... ." Ledek Amira dengan raut bergurau, kembali perlahan menggerakkan pinggulnya.

"Hey, siapa bilang aku gak siap ... sekarang aku ingin ganti posisi. Sekarang biar aku mengontrol kamu."

Mendengar kalimat tersebut Amira mulai bangkit berdiri.

"Kamu mau kemana?" mengerut dahi Arlan, melihat Amira yang menjauh darinya.

"Jika kamu ingin mengontrol posisi, sekarang ku minta kamu tangkap aku dulu." Tukas Amira dengan wajah penuh canda.

"Ouwh, awas saja kalau tertangkap, yah ... ." Lekas Arlan menegakkan kedua lututnya, menapakkan kedua telapak kakinya di atas lantai.

Kedua kaki Arlan mulai berjalan, tak kalah cepat dengan laju kaki Amira. Tak ada jalan lagi untuk kaki bergerak di sudut dinding, terkekeh Amira yang penuh pasrah merasa tak dapat lagi menghindari pelukan dari Arlan. Dengan tersenyum buas, Arlan mulai meluruskan lengannnya untuk menyandarkan kedua telapak tangan pada dinding belakang kepala Amira.

"Sesuai janjiku, sekarang lakukanlah yang ingin engkau inginkan .. ." Goda Amira dengan nada suara yang menggelitik, di telinga kanan Arlan.

Dengan rakus Arlan menjulurkan lidah pada permukaan tengkuk leher Amira, tangan kiri Arlan dengan berani bergerak mengelus permukaan lubang mahkota bagian bawah tubuh Amira, sedangkan tangan kanannya pada kepala  sisi kanan, mengelus-ngelus rambut Amira yang agak pirang serta sedikit berbentuk gelombang.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang