(+21)Tak tahan untuk memulai

2.3K 3 0
                                    

Beberapa hari berlalu begitu saja, Arlan semakin nyaman tinggal dengan tantenya serta sepupuknya saat ini. Di minggu yang ketiga, Arlan memiliki rencana untuk mengajak Dinda untuk pergi jogging di taman. Setelah memastikan Diana pergi bekerja, Arlan mulai menghampiri Dinda yang berada dikamar, melihat pintu yang terbuka begitu saja, memudahkan Arlan untuk menyelinap masuk kedalam ruangan bernuansa biru tersebut.

Tak mendapatkan Dinda disekitar ruangan, Arlan yang mendengar suara percikan air pada ruangan yang ada di belakangnya, membuat Arlan penuh penasaran. Pintu berwarna pintu yang sedikit terbuka itu, membuat kedua bola mata Arlan dengan leluasa mengintip Dinda yang tengah sibuk menbersihkan dirinya dibawah shower. Melihat lekukan tubuh Dinda layaknya gitar spanyol, membuat alat kelamin Arlan seketika berdiri tegap dibalik celana. Saat Dinda mulai mematikan air shower, Arlan lekas memilih untuk pergi keluar.

Beberapa menit berdiri didepan pintu kamar, perlahan Arlan untuk mensterilkan alat kelaminnya, mengumpulkan keberanian untuk menemui Dinda di dalam sana. "Permisi ... apakah ada orang di dalam?" seru Arlan berpura-pura tak mengetahui keberadaan Dinda yang barusan dia intip.

"Kenapa Arlan?" balik Dinda bertanya dari dalam kamar yang tengah membenahi pakaian handuk kimono berwarna biru pada tubuhnya, didepan meja cermin.

Mendengar suara tersebut, Arlan mulai memberanikan diri untuk kembali melangkah masuk kedalam kamar milik Dinda, tanpa perlu ijin terlebih dahulu. Terdiam Dinda ditempat meluhat Arlan yang mulai mendekati dirinya, tampak dari balik cermin yang ditatap Dinda saat ini. Jantung Dinda berdetak dengan kuat disaat Arlan memeluk tubuhnya dari belakang dengan hangat.

"Ada yang bisa ku bantu?" suara parau Dinda, menahan lehernya yang merasakan deruhan napas dari Arlan yang begitu kuat berhirup pikuk.

Tak tahan Arlan membayangkan hal yang dilihatnya barusan serta rasa keinginannya untuk merasakan tubuh tantenya yang begitu seksi, penuh keberanian Arlan mengecup jenjang leher Dinda yang halus beraroma lavender. Hal tersebut membuat Dinda hanya bisa memejamkan kedua kelopak matanya.

"Kamu berani juga ternyata menggoda Tante kamu sendiri." Dinda mulai membalikkan tubuhnya, lebih lurus menampilkan wajahnya pada Arlan.

Sesaat mereka saling bertatapan dengan saling melempar senyum tipis. Sesaat mereka memejamkan kedua bola mata, saling menautkan hidung mancung mereka, salah satu tangan Arlan mulai meraba dagu Dinda yang memiliki belahan dua sangat indah, mengarahkan pada dagunya, Arlan terlebih dahulu menyerang bibir tebal berwarna merah milik Dinda. Merasakan gairah ciuman yang begitu dalam menggoda, sehingga membuat Dinda terpancing untuk membalas ciuman dari Arlan lebih intens lagi.

"Aku ingin awal hariku saat ini, indah bersama kamu Tante ... ." Sesaat Arlan membuka kedua kelopak matanya.

"Jika itu yang kamu inginkan, maka Tante minta kamu membelai diri Tante dengan baik."

Mendapatkan balasan dari Dinda yang menggoda, penuh semangat Arlan mulai menggendong tubuh Dinda, di saat Dinda mulai mengalungkan tangannya pada leher pria tersebut. Tak henti mereka melakukan adegan berciuman bibir, sementara Arlan yang mengangkat tubuh Dinda, mulai menempatkan Dinda pada meja rias di depan. Pinggul yang sudah tersandar pada papan meja, Dinda mulai membuka kaus hitam yang dikenakan oleh Arlan.

Disaat Arlan sedang berusaha untuk membuka kain tali berwarna biru pada pinggang Dinda, seketika Dinda menahan tangannya. "Biarkan aku terlebih dahulu merasakan tubuh indah yang membuatku tak henti membayangkannya, Sayang ... ." Bisik Dinda yang mulai menurunkan wajahnya, mengarahkan mulutnya pada dada berbentuk roti sobek tersebut.

Merasakan lumatan lidah Dinda yang lihat bergerak, Arlan hanya bisa pasrah dengan mata terpejam sembari menghirup aroma lavender pada rambut Dinda yang tepat berada dibawah wajahnya. Hingga beberapa menit berlangsung, Dinda yang kembali mengarahkan mulutnya pada mulut Arlan, kini Arlan dengan leluasa membuka pakaian handuk berwarma biru dikenakan oleh lawan mainnya saat ini.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang