(+21) Inces terjadi antara ibu dan anak

1.2K 3 0
                                    

Mengingat akan perecanaan saat akan bertemu dengan anaknya pertama kali, kini Amira memilih untuk singgah kesebuah apartemen yang telah dia sewa sebelum menjemput anaknya ditempat. Hal tersebut membuat Arlan merasa kebingungan saat melihat depan kaca mobil, dimana kendaraan tersebut mulai memasuki sebuah gedung yang begitu tinggi. Sesampainya di parkiran mobil, Arlan tak banyak bicara dia hanya mengikuti ibunya berjalan menuju suatu ruangan, tak lupa dengan barang yang telah dibawahnya.

Memasuki sebuah ruangan, Amira mulai melepas jaketnya serta membuka ikatan pada rambutnya, sekilas menata cermin untuk menggerai rambutnya. kemudian Amira menata segala pakaian yang ada di dalam sebuah tas yang dibawah oleh Arlan. Sedangkan Arlan tak sabar rasanya untuk memberikan sebuah hadiah kepada ibunya tersebut, serta menyatakan perasaan yang kian lama dia pendam. Ditepi ranjang Arlan menatap ibunya yang begitu sibuk sembari menunggun momen yang tepat.

Mendekat Arlan, beberapa senti berada di punggung Amira. "Mommy, aku punya hadiah untukmu ... ." Dengan hangat Arlan memeluk tubuh Amira dari belakang. Hal tersebut membuat jantung Amira berdetak dua kali lebih cepat, namun rasanya begitu nyaman merasakan kehangatan yang kian lama belum pernah dirinya rasakan.

Sedikit menoleh wajah Amira ke arah Arlan. "Hadiah, apa memang?" mengkerut dahi Amira penuh penasaran.

"Jika Mommy menginginkannya, ku mohon Mommy untuk memejamkan mata sebentar saja."

Tersenyum Amira mendengar Arlan yang ingin sekali memberikan kejutan berupa hadiah kepadanya. Kini Amira menuruti permintaan Arlan, sementara Amira memejamkan kedua bola matanya. Lekas Arlan mengambil sebuah kalung emas dari saku celananya, perlahan Arlan mulai mengikat kalung tersebut pada leher Amira, dari belakang. Setelah semuanya usai, Arlan kembali memeluk Amira dengan penuh kehangatan.

"Sekarang Mommy sudah boleh buka mata, kok ... ." Kata Arlan yang mulai memejamkan kedua matanya, memangku dagu pada bahu kiri Amira. "Bagaimana apakah Mommy senang dengan hadiah yang kuberikan."

Tersenyum haru Amira melihat anaknya yang penuh antusias, melebar pupil Amira melihat permukaan lehernya mengenakan sebuah kalung emas. "Makasih banyak, yah, Nak. Mommy tak melihat nilai yang kamu beri, tapi niat hatimu kepada Mommy yang begitu besar." Ujar Amira dengan wajah penuh apresiasi.

Perlahan Amira menenangkan jantungnya yang berdegup dengan cepat, ingin menatap intens mata Arlan, Amira mulai memposisikan dirinya untuk berdiri ke arah Arlan. Kini, jantung Amira bergerak makin tak karuan saat memandang lurus anaknya dengan jarak beberapa senti saja, begitu juga dengan Arlan, keduanya hanya bisa saling menatap. Disaat merasakan telapak tangan Arlan mulai menggawai kedua sisi pinggulnya, napas Amira rasanya mulai tak terkontrol. Sebagai orang yang tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata indah mengenai isi hati, Arlan memberanikan diri untuk merekarkan bibir tipis keringnya pada bibir tebal berwarna merah yang ada di depannya.

Keduanya saling memejamkan mata untuk lebih merasakan sensasi yang penuh gairah mengundang hasrat. Disaat Amira mulai mengalungkan tangan pada leher Arlan, kini Arlan dengan berani mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut kedua sisi pipi Amira ditengah saling beradu bibir. Beberapa menit berangsur, kini Amira penuh penasaran dengan maksud anaknya yang telah berani mencium bibir tebalnya.

Menjauh bibir Amira dari bibir tipis lawannya, terlihat keduanya sedang mengatur napas mereka yang terasa memburu. "Kedua kalinya kamu berani mencium bibir Mommy kamu sendiri ... ." Amira mulai membelakangi kembali Arlan, merasa tak sanggup bicara saat menatap Arlan, memilih untuk melihat wajah Arlan di balik cermin.

Kini Arlan hanya terdiam saja, mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Amira, membuatnya tersadar akan dirinya sebagai seorang anak kandung dari Amira yang begitu durhaka.

"Apa maksud kamu, melakukan semua itu?" datar Amira melontarkan pertanyaan kepada Arlan.

Mendengar ibunya yang begitu ingin mengetahui jawaban sesungguhnya, membuat Arlan terpaksa membuka mulutnya untuk mengangkat suara. "Sebenarnya semenjak Mommy menahan aku yang ingin membunuh Rangga di rumah, aku mulai memiliki perasaan lebih kepada Mommy."

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang