Hal lazim baru diketahui

237 1 0
                                    

Usai merapikan tempat tidur, bergerak kedua kaki Arlan yang akan pergi ke dapur. Di tengah perjalanan, dirinya terhenti di depan dinding kaca, matanya terbuka lebar melihat melihat bagian belakang Dinda yang hanya dilapisi dengan tanktop berwarna merah serta celana pendek yang begitu ketat. Lintas dibenak Arlan untuk mendekati Dinda untuk lebih detail melihat bagian tubuh Dinda yang membuatnya penasaran, mengingat dirinya hanya menumpang membuat Arlan menahan diri agar tak membuat hal yang aneh.

Menarik napas dengan kuat melalui lubang hidung saat menegakan paha serta lutut, serta menghembuskannya kembali sembari menekuk lutut sedikit, hal tersebut dilakukan oleh Dinda yang sedang mencengkram sebuah barbel yang panjang di pundaknya. Merasa puas dengan olahraga angkat beban yang dilakukan, Dinda segera menyanggah burbel yang diangkatnya pada kedua disisi kanan-kiri tubuhnya. Membalikkan badannya, terkesima Dinda dengan kedua mata memandang lurus ke arah Arlan yang tengah berdiri di depan dindin kaca.

Perlahan Dinda menghampiri Arlan yang terlihat memperhatikannya sedari tadi yang terlihat tanpa berkedip sedikitpun. "Apakah ada yang bisa Tante bantu padamu?" mencuat kedua alis Dinda menawarkan diri.

Terkejut mendengar suara, terhembus napas Arlan yang terdengar begitu berat. "Aku hanya ingin join saja, sudah lama aku tidak menangkat beban. Yah, sekalian mengisi waktu kosongku di pagi ini." mengkerut dahi Arlan merasa sedikit gelisah melihat wajah Dinda yang penuh keringat begitu menggoda.

"Tentu saja boleh, mari ... ."

Bersamaan mereka memasuki ruang gym, sebagai seorang yang lebih tua Dinda terlebih dahulu mempragakan gerakan mengangkat beban di hadapan Arlan. Sebelum mempragakan gerakan, Arlan membuka terlebih dahulu kaus yang dikenakannya tersebut, hal yang membuat Dinda seketika terasa dirinya mengeluarkan keringat dingin, menggigit sendiri bibir bagian bawahnya. Memperhatikan Arlan yang begitu sangat keberatan untuk mengangkat barbel yang ada diatas dadanya, berinisiatif Dinda untuk membantunya dari atas.

"Push ... ." Sorai Dinda menguatkan Arlan yang tengah mencoba untuk menurunkan serta menaikkan kembali barbel yang digenggamannya.

"Uhhff ... ternyata Tante kuat juga, yah, sebagai seorang wanita mampu melakukan benchpress dengan beban dua puluh kilo."

Mendengar pujian yang terlontar dari mulut Arlan, membuat Dinda tersenyum riang. "Ah, itu biasa bagiku yang sudah latihan mengangkat barang tersebut." Balas Dinda dengan pipi yang mulai memerah.

"Oh, yah, sudah berapa lama Tante nge-gym?"

"Tante sendiri, sih, baru saja tiga bulan. Sebelumnya kamu udah pernah nge-gym, yah?"

"Sudah, kok, Tan. Sewaktu SMA saya nge-gym, lalu sempat terhenti tiga tahun, semenjak ujian akhir sekolah. Btw, kok, Tante bisa tau kalau aku sempat pergi gym?"

"Yah, kelihatan aja dari lekuk tubuh kamu serta perut kamu yang sixpack."

"Makasih, yah, Tan ... ."

"Makasih apa?" mengkerut dahi Dinda merasa bingung.

"Makasih karena telah menperhatikan tubuhku dengan baik."

Keduanya saling melempar senyum, terlebih Dinda yang merasa dirinya ketahuan oleh Arlan, bahwa dia dengan detail sedari tadi memperhatikan tubuh pria dihadapannya tersebut. Melirik ke arah jam di dinding, perut yang merasa mulai lapar, membuat Dinda lekas mengambil kunciran yang ada di salah satu tiang alat gym, berniat untuk memasak suatu hidangan untuk mengisi perutnya yang terasa kosong.

"Tante tinggal dulu, yah, ingin masak sesuatu untuk mengisi perut kita yang ada dirumah ini ... silahkan kamu lanjut latihannya." Pamit Dinda yang segera berjalan perlahan menuju dapur.

Menyesal Arlan tak dapat menjalankan perencanaannya yang ingin menyentuh tubuh tantenya tersebut. Dengan wajah lesu, Arlan duduk di salah satu kursi di ruangan gym, sesaat menenangkan alat tempurnya yang sedang tegang dibalik celana. Mulai mengumpulkan pikiran positif dalam kepala, Arlan mulai menegakkan kembali lututnya. Sebelum menjumpai Dinda di dapur, beberapa menit Arlan memilih untuk mencoba beberapa alat olahraga diruangan tersebut.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang