Ceria kembali muncul

312 3 0
                                    

Kedua bola mata yang memerah perlahan mulai pudar, saat lima menit kelopak mata terbuka. Mengingat sebelum dirinya memejamkan mata dengan erat serta lama, seharusnya saat ini dirinya bersama dengan Dinda di atas ranjang. Sadar orang yang tidur disampingnya tiada, Arlan mulai menegakkan kedua lututnya yang masih terasa sedikit kaku. Sebelum beranjak pergi mencari Dinda di sekeliling rumah, terlebih dahulu Arlan merenggangkan tubuhnya.

Beberapa menit kedua kaki Arlan bergerak diatas beberapa ubin rumah, setiap ruangan dia jumpai. Terhenti seketika Arlan, dari anak tangga melihat Dinda tengah sibuk dengan ponselnya. Berencana untuk mengejutkan Dinda, mengendap Arlan berjalan menghampirinya dari belakang. Dengan pipi membentuk senyum Arlan memulai rencananya tersebut.

"Dor!" Kedua tangan Arlan menepuk pelan kedua bahu Dinda dari belakang.

"Hay! Uhhfff ... ." Dengan ekspresi terkejut, Dinda menengok ke arah belakang. "Astaga hampir copot jantung Tante atas kelakuanmu itu."

"Hahaha ... untung saja Tanteku tidak punya riwayat jantung atau ada?" Terkekeh Arlan mulai memposisikan dirinya untuk duduk di samping Dinda, di atas sofa berwarna putih.

"Tidak ada, sih ... ada apa, kelihatan ceria sekali sore ini?"

"Syukurlah kalau begitu, aku jadi tak perlu cemas memikirkan keadaan Tante yang habis aku jahili ... Oh, yah, makasih banyak, Yah, Tan." Ucap Arlan dengan lurus kedua bola matanya menatap wanita yang berada disamping bahu kirinya.

"Makasih apaan?" Mengernyit dahi Dinda yang bingung mendengar kalimat Arlan.

"Makasih telah menemaniku memakai barang terlarang ... jujur, ini pertama kalinya aku menggunakan barang terlarang dengan sensasi yang begitu nikmat bersama seorang wanita di siang hari. Kapan-kapan kita lakukan lagi, yah, Tan ... ."

"Masalah melakukan lagi, sepertinya Tante enggak bisa lagi, soalnya nanti takut ketahuan oleh Diana nanti, urusannya bisa panjang. Btw, kamu enggak kuliah hari ini, yah."

"Enggak ada jam kuliah, Tan, jadi enggak usah perlu dikhawatirkan."

"Baguslah, kalau begitu boleh temani Tante." Kedua tangan Dinda mulai menata rambut bagian belakangnya dengan kunciran.

"Kemana?"

"Intinya kita akan keluar dari rumah ini ... ." Beranjak pergi Dinda setelah membalas pertanyaan Arlan, meninggalkan Arlan sementara waktu ditempat.

Dengan wajah sedikit kesal, Arlan menghembuskan napasnya melalui mulut, melihat tantenya yang pergi meninggalkannya ditempat, tanpa keterangan yang pasti. Menjelang beberapa menit, di atas sofa menunggu kembali kedatangan wanita yang mengajaknya untuk pergi keluar rumah. Kembali Dinda dengan mengenakan jaket berwarna putih serta bagian bawah ditutupi oleh celana legging ketat.

"Sekarang kamu ganti pakaian olahraga, Tante tunggu di depan, yah ... ." Pinta Dinda yang langsung melangkahkan kakinya.

"Siap ... ." Dengan penuh antusias Arlan langsung melaksanakan permintaan dari Dinda yang belum tau akan pergi kemana.

Di kamar Arlan dengan style pakaian olaharaga, sesaat menatap dirinya yang berada di balik cermin. Kemudian Arlan menghampiri Dinda yang sedari tadi dengan sabar menunggunya di depan pintu rumah.

"Sudah, Tan ... sekarang kita ingin pergi kemana?" tanya Arlan penuh rasa penasaran.

"Kita akan pergi jogging di taman ... bolehkan, kamu bisa, kan, bawa mobil Tante?"

"Bisa sekali, Tan ... tunggu, aku pakai sepatu dulu, yah, Tan ... ." Balas Arlan pada Dinda, segera Arlan mengenakan sepatu berwarna hitam.

Usai mengenakan sepatu untuk menutupi kedua kakinya, Arlan bersiap diri untuk menyalakan kendaraan roda empat yang terparkir tepat di halaman depan rumah, mulai melajukan kendaraan tersebut. Sedangkan Dinda, mulai membuka pagar membiarkan mobil berwarna putih tersebut mundur keluar dari dalam rumah, lalu menutupnya kembali. Menepati diri untuk berdandar pada kursi mobil bagian depan, Dinda memberi kode kepada Arlan untuk segera melajukan kendaraannya, setelah menutup pintu mobil yang barusan dibuka olehnya.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang