Amarah membawa petaka

1K 5 0
                                    

Jenjang kaki yang begitu tegar, di atas aspal yang terasa hangat, tampak Nathalie terlihat sangat sibuk dengan ponselnya. Sesekali Nathali melirik ke arah jalan, penuh harap ada angkutan umum lewat, dapat mengantarkannya ke tempat yang akan dia tuju. Dengan sedikit kasar, dahi yang mengkerut, Nathalie menghembuskan napas dari kedua lubang hidungnya.

Kedua mata Nathalie mulai lesu menanti angkutan umum. Seketika ada seseorang pengendara motor sport, berhenti dihadapannya. Membuat pikiran Nathalie negatif dengan orang yang ada  di hadapannya tersebut. Perlahan kaki Nathalie melangkah mundur, menghindari jika ada kejadian yang tak diinginkannya. Dengan sergap jemari Nathalie menyentuh layar ponselnya, mencoba untuk menghubungi kekasihnya untuk minta bantuan. Seketika Nathalie membatalkan menghubungi kekasihnya, ketika pria dihadapannya tersebut membuka helmnya.

"Tenang, aku aku bukan berniat jahat, kok ... ." Melempar senyum Rangga dengan hangat menyapa.

Melihat wajah Rangga, seketika Nathalie teringat suatu peristiwa yang terjadi pada kekasihnya. "L--lu, bukannya yang waktu itu berantem sama Arlan di kampus?" Mengkerut dahi Nathalie dengan kelopak mata terbuka lebar.

"Iya ... ." Mengangguk kepala Rangga dengan perlahan.

"Wait, jangan macam-macam, lu. Nanti gue teriak."

"Tenang, dan lupakan kejadian aku dengan Arlan. Aku kesini ingin menawarkan tumpangan jika kamu mau ... ." Dengan penuh antusias Rangga mengarahkan helm yang ada pada tangannya kepada Nathalie. "Bagaimana apakah kamu berminat?"

Dengan lekat Nathalie memandang lurus ke depan, otaknya mulai berjalan untuk berpikir hal mengenai helm yang ada di hadapannya. Dua menit berdiam diri, melihat Rangga yang masih berdiri tegap dengan tangan yang menawarkan helm, membuat Nathalie perlahan mulai mempercayakan dirinya kepada Rangga yang akan memberi tumpangan. Mengembang senyum Rangga, disaat Nathalie mengenakan hel yang diberikannya.

Tanpa banyak bicara, mereka segera menaiki kendaraan roda dua yang terparkir di depan mereka. Dengan perlahan Rangga melajukan sepeda motor miliknya. Sesekali Nathalie membuka mulutnya menunjukkan jalan ke arah kosan miliknya. Sekitar lima belas menit waktu berjalan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan.

"Terimakasih, yah, telah mengantarkan gue dengan selamat hingga tempat tujuan." Dengan wajah penuh antusias, Nathalie mengambil selembar uang dari dalam saku celananya, lalu memberikan uang itu kepada Rangga. "Ini upah untukmu ... ."

"Oh, tidak usah, aku ikhlas, kok ... ."

"Serius ... ." Terbuka lebar kedua kelopak mata Nathalie, lekat pada lawan bicaranya. "Kalau begitu terimakasih banyak, yah."

"Iya ... btw, kamu besok sibuk kuliah?"

"Enggak, sih, kan besok gue libur kuliah ... emang ada apa?"

"Baguslah, jika seperti itu ... aku punya ide bagus untuk ngajak kamu makan ke restoran, mengisi waktu kosong, sekaligus menjalin hubungan pertemanan kita ... bagaimana apakah kamu menerima ajakanku?"

Terdiam Nathalie ditempat, hatinya dibuat gundah sesaat mendapatkan ajakan dari seorang pria yang baru saja dia temui. Sebenarnya ingin sekali Nathalie lekas menerima ajakan tersebut, akan tetapi memikirkan mengenai Arlan, membuat Nathalie harus berpikir dua kali lipat dengan jawaban yang sesungguhnya. Tak ingin Nathalie mendapatkan konsekuensi yang begitu berat cuman karena egonya.

"Ok, aku tau kamu memikirkan cowokmu itu. Jadi, aku yakin kamu pasti akan menolak ajakan, ku." Dengan wajah pasrah Rangga menebak pikiran lawan bicaranya.

"Enggak, kok ... tentu gue akan menerima ajakan loe." Secara tidak sadar Nathalie meluruskan tebakan dari Rangga, seketika membuat napas Nathalie seperti orang sehabis terjungkal, tak menyangka dengan mulutnya yang asal terbuka.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang