Dengan senang hati menolong

1.3K 6 0
                                    

Setelah mengajar dengan penuh antusias dihadapan para mahasiswa, Rahel merasa lelahnya sudah terbayar lunas karena profesi yang dimilikinya. Kini Rahel pergi ke depan kampus, dikarenakan mobilnya yang sedang menginap di bengkel, Rahel yang berniat memesan kendaraan online, harus terbatalkan niatnya karena mengetahui paket jaringan ponselnya telah habis. Terpaksa Rahel dengan sabar menunggu angkutan umum yang akan lewat di hadapannya.

Berniat ingin langsung pergi ke lapak parkir, Arlan yang melihat Rahel yang berdiri dengan wajah lesuh, di depan kampus. Tadinya melewati Rahel begitu saja, beberapa meter Arlan terpikir untuk berbalik arah. Dengan segera Arlan memacukan kendaraanya ke arah Rahel, beruntung Rahel masih di tempat, tak percuma rasanya membuang waktu saat berbalik arah.

Terhenti Arlan di hadapan Rahel, lekas Arlan membuka helmnya. "Selamat sore, Ibu ... ." Sapa Arlan dengan mata lekat lurus menatap Rahel.

"S--soreh." Balas Rahel menyambutnya, teringat akan kesalahan yang pernah dilakukannya kepada Arlan membuat mulutnya sedikit terbata-bata. "Kamu ingin pergi kemana?"

"Ingin mengantarkan ibu Rahel, ke tempat tujuan. Habisnya aku lihat ibu rahel sedang menunggu suatu tumpangan."

Tersenyum lepas pipi Rahel mendengar kalimat dari Arlan sangat mengerti dengan situasinya. "Benar yang kamu bilang, tapi apa kamu yakin ingin mengantarkan seseorang yang pernah membalas perbuatan baikmu dengan tamparan?" Ucap Rahel dengan penuh rasa bersalah, mencari tahu Arlan memiliki dendam dengannya atau tidak.

Tersenyum tipis Arlan mengingat kejadian kemarin. "Lupakanlah hal itu, aku tahu sewaktu itu ibu belum mengerti maksud tujuanku, jadi wajar saja aku sebagai lelaki yang mengelus jenjang leher wanita, membuat wanita itu marah."

"Oh, yah, ini jadi mau diantarkan atau tidak, yah. Lumayan, loh, ada yang pasti untuk ditumpangi." Lanjut Arlan dengan wajah penuh antusias menawarkan.

"Jika tidak keberatan. Dengan senang hati aku akan menumpang."

"Dengan senang hati aku, jika dosen yang begitu menginspirasi anak muda untuk berpendidikan, menaiki kursi belakang motorku."

Mendengar hal pujian yang keluar dari mulut Arlan, seketika membuat pipi putih milik Rahel berubah warna menjadi seperti tomat. Tanpa pikir panjang Rahel yang mengenal Arlan sebagai salah satu mahasiswanya, menbuat Rahel merasa nyaman untuk ditumpanginya. Sebelum tiba kerumahnya, Rahel terlebih dahulu meminta Arlan untuk mengantarkannya ke tempat dia menitipkan anaknya.

Sesampainya ditempat, Rahel segera turun dari atas kendaraannya. "Terimakasih, yah, telah mengantarkanku ke sini. Oh, yah, ini ada sedikit tips buat kamu, terima, yah ... ." Dengan segera Rahel memberikan selembar uang berwarna biru kepada Arlan.

"Dengan senang hati aku menerimanya, lumayan buat jajan." Jawab Arlan mengambil uang yang ada pada tangan Rahel.

"Ingat, jajan boleh, tapi rokok jangan, yah ... ."

"Siap, Ibu negara ... ." Gurau Arlan dengan tangan sejenak memberikan hormat kepada Rahel yang mulai terkekeh.

"Baiklah, jika seperti itu, aku pergi, yah ... ."

"Iya, hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut."

Dengan senyum sembari mengangguk kepala Arlan merespon nasihat dari Rahel. Setelah kedua bola mata Rahel, tak melihat lagi punggung Arlan, lekas Rahel mengambil anaknya untuk ia bawa pulang. Sedangkan Arlan yang sudah beberapa meter mengendarai kendaraannya, lekas membalikan kembali ke arah tempat dia antarkan Rahel.

Di depan tempat penitipan anak, Rahel bersama anaknya berdiri sembari melihat kendaraan berlalu lalang. "Mommy, mobilnya mana?" tanya Rafa yang tak melihat mobil Rahel terparkir seperti biasanya.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang