(+21) Rasa semangat mulai bangkit

3.9K 2 0
                                    

Dengan tubuh yang terbaring, tampak begitu lemas, seorang pria sedang bertelanjang dada, memandangi sang isteri yang sedang mengganti pakaiannya. Ketika isterinya berbaring tepat di samping ia berbaring, secara posesif Rahlan memeluk isterinya sembari menghirup napasnya di pucuk kepala isterinya. Merasa puas menghirup udara, Rahlan melonggarkan pelukannya, memandang lurus ke arah wajah isterinya yang kini.

Merasa suhu ruangan yang mulai dingin, membuat tubuh ramping Rahel yang hanya dilapisi dengan lingeria dengan bahan renda tipis berwarna hitam yang tak dapat menangkis suhu tersebut. Membuat Rahel segera menarik selimut berwarna putih untuk menutupi tubuhnya serta suaminya yang ada bersamanya saat ini. Setelah puas jemari Rahel menari di permukaan dada Rahlan, kini Rahel memeluk tubuh Rahlan, merasakan kehangatan tubuh suaminya.

"Sayang, kamu jadi besok pagi pergi ke luar negeri?" dengan mata berbinar, Rahel mencari kepastian dari Rahlan.

"Iya, Sayang, aku percaya kamu bisa mengurus Rafa serta karirmu sendiri, selama dua bulan aku meninggalkanmu nanti ... ." Ucap Rahlan dengan suara berat. "Oh, yah, sebelum hari esok tiba, aku ingin memberikan kamu sesuatu."

"Memberikan apa?"

"Sekarang aku minta kamu pejamkan matamu ... ."

"Baiklah ... jangan lama-lama, aku penasaran."

Melihat Rahel yang sudah menutup kedua bola matanya, salah satu tangan Rahlan yang di balik selimut mulai turun menangkup sebagian pinggul Rahel. Dengan penuh kehangatan bibir tebal Rahlan yang kering menyerang bibir tipis merah milik Rahel yang begitu langsung menikmatinya juga. Terlihat Rahel begitu antusias mengikuti gerakan bibir yang diberikan oleh suaminya, membuat Rahel ingin lebih dalam, lekas Rahel menangkup kepala belakang suaminya untuk lebih mengeratkan wajahnya.

"Apakah kamu siap untuk melakukan pembuahan, Sayang?" sejenak Rahlan menghentikan aktifitas bibirnya.

Tersenyum Rahel mendengar hal tersebut. "Tentu, Sayang, inilah hal yang lama kutunggu darimu ... ." Dengan nada lembut Rahel memancing hasrat suaminya.

Di balik selimut, tubuh Rahlan mulai merangkak di atas tubuh Rahel yang membuatnya begitu menggoda. "Memang, kau, lah, isteri yang begitu pengertian terhadap suaminya." Sesekali Rahlan melumat bibir Rahel yang berada di bawah wajahnya saat ini.

Satu tangan Rahlan lurus menopang ranjang, satunya lagi yang berada di bawah selimut mulai menaikan setengah lingeria yang dikenakan Rahel, setelah itu Rahlan mengarahkan alat tempurnya yang sudah menegang ke arah lubang Rahel yang terasa sedikit sempit. Merasa sudah sesuai target yang di inginkan, Rahlan mulai menggerakkan pinggulnya perlahan sehingga membuat Rahel sedikit menggelinjang di tempat.

"Ihhsss ... buru-buru sekali kamu sayang?" sedikit desah, Rahel melontarkan kalimatnya.

"Maaf, Sayang, hasratku yang sudah lama ini, menggebu hari ini padamu, Sayang." Ujar Rahlan dengan nada berbisik.

Merasakan lubang kenyal yang merasuki alat tempur pria mulai melonggar, membuat Rahlan mulai menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Merasakan guncangan yang begitu kuat menindih tubuhnya yang ramping, Rahel mulai mencakar punggung kekar miliki suaminya tersebut.

"Ihhss, Ahgg, Ihshhs, Ahggh!" desah Rahel tiada henti merasakan nyeri yang nikmat diberikan oleh sang suami.

Semakin besar desahan yang dikeluarkan oleh Rahel, semakin besar guncangan yang diberikan oleh Rahlan. Begitu bergelora Rahlan, rasanya ingin menghabisi malam ini dengan penuh kehangatan ranjang yang sudah lama tak pernah dilakukannya. Ingin sekali Rahlan memiliki anak yang kedua dari Rahel, pasalnya Rahlan tak ingin jika besar nanti Rafa tidak ada teman dirumah saat ayah dengan ibunya pergi. Ini semua dilakukan Rahlan demi membangun keluarga yang penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang