Tak ingin kembali

464 6 0
                                    

Tatapan yang tampak sangar, berjalan dibarisan depan bagaikan seorang pemimpin ditengah keramaian, sala satu tangan menggenggam sebuah senjata tajam yang melengkung terlihat begitu panjang, Rangga bersama dengan beberapa anggotanya membuat kehonaran kepada para pedagang serta pembeli di daerah pasar tersebut. Semua pengunjung setempat mulai berlarian menuju keluar, membuat kedua satpam ditempat merasa ketar-ketir melihat orang yang akan dihadapinya.

Seketika informasi mengenai keramaian tersebut sampai pada telinga Arlan, membuat Arlan tak hanya diam saja ditempat bersama sang sahabat. Keduanya tampak tergesa-gesa berjalan bersama menuju kedalam sebuah gedung. Tanpa mempedulikan musuh yang akan dihadapinya yang begitu banyak dibandingkan dirinya hanya bersama dengan Dendi serta tiga orang satpam yang siap siaga untuk mengambil tindakan kekerasan. Mengambil sebuah kayu panjang begitu tebal yang berada di sekitar, sesaat Arlan saling menatap tajam dengan Rangga yang terlihat tersenyum sinis.

Bruk! sebuah kayu yang dilempar Arlan tepat mengenai wajah Rangga yang tengah menatapnya

"Ihss ... kurang ajar!" ketus Rangga tak terima dengan perlakuan dari Arlan barusan. Rangga mulai mengerahkan pasukannya. "serang!"

Ketiga satpam bersama dengan Dendi serta Arlan tak peduli lagi dengan nyawa mereka nantinya yang akan terancam, keamanan pasar hal yang penting harus diatasi. Kedua kubu tersebut, pun, mulai saling serang, posisi kini dua banding satu saling menyerang, kecuali Arlan yang hanya berhadapan dengan Rangga yang menjadi targetnya.

Saat senjata tajam tersebut mengarah padanya, Arlan dengan refleks menghindarinya. "Kalau lu laki, kita main tangan kosong." Dengan sepenuh tenaga Arlan menggenggam kuat serta melintir salah satu tangan Rangga yang menggenggam senjata tajam.

Bruk! terjatuh keras Rangga di atas lantai, sehabis ditendang oleh Arlan.

Tak berhenti Arlan bergerak menyerang musuhnya dengan tangan kosong. "Apa maksud lu, ahg, tiba-tiba mengacaukan wilayah gue ... ." wajah yang begitu sarkas, tangan begitu kuat Arlan mencekik leher lawannya.

Bug! sekuat tenaga kaki Rangga menendang perut Arlan.

"Anying," tukas Rangga dengan napas tak beraturan, lekas bergerak kedua kakinya menghampiri Arlan yang sedang meremas perutnya. "Kedatangan gue kesini hanya berniat untuk melawan lu, membalas dendam yang belum terselesaikan waktu itu."

Setiap pukulan yang mengarah, Arlan dengan cepat menghindarinya. Sesekali Arlan mencoba untuk memukul kembali, hingga keduanya saling bergantian memberikan pukulan. Mata Arlan yang sempat melihat bayangan dipantulkan oleh cahaya lampu, dari arah belakang terlihat jelas bayangan tersebut sedang mengarah pada Arlan, lekas Arlan memfokuskan diri untuk mencegah serangan dari belakang. Beruntung Arlan menggerakkan tubuhnya ke arah belakang, menghindari serangan dari sala satu anggota Rangga yang menciba untuk membunuhnya dengan senjata tajam.

Dengan cepat Arlan mengambil senjata tajam tersebut dari tangan musuh, tanpa belas kasihan Arlan mengarahkan ujung senjata tajam tersebut ke arah betis lawannya. Sehingga membuat lawannya kini lumpuh, akan tetapi Rangga yang yang tak punya hati, mulai langsung memberi tendangan kepada Arlan dari arah belakang. Sehingga membuat Arlan kehilangan sedikit kontrol dirinya untuk bergerak, berusaha Arlan untuk bergerak dengan sisa tenaga yang ada untuk memberi serangan balik.

"Dasar pengecut, beraninya menyerang lawan dari arah belakang." Umpat Arlan dengan napas tersengal.

"Lu pikir gue petarung atas ring, gitu ... baj1ngan!" sepenuh tenaga Rangga mulai mengerahkan pukulannya.

"Shit, dasar gak tau di untung ... ." Tukas Arlan setelah wajahnya merasakan pukulan tangan yang mendarat tepat di pipi kirinya. Kini Arlan merasakan kepalanya sedikit terguncang, merasa bumi saat ini sedikit bergetar. Kini Arla  memilih untuk mundur karena dirinya yakin tak akan sanggup untuk memenangkan pertarungan.

Pecandu kelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang