3. Juan

5.9K 599 51
                                    

Selamat malam mingguannnnn!!!!!
.
.
.

Juan Abisatya, kerap dipanggil Pak Juan oleh mahasiswa yang diajarnya. Laki-laki berusia tiga puluh tahun itu merupakan dosen di fakultas hukum yang konsentrasinya adalah pidana di salah satu kampus. Usia Juan yang masih terbilang muda untuk seorang dosen dan berkat wajah tampan, tubuh gagahnya, Juan banyak digemari oleh mahasiswa dan mahasiswinya. Terlebih, Juan tipe dosen yang santai pada mahasiswanya, di luar kampus, dalam beberapa kesempatan juga Juan ikut nongkrong bersama mahasiswanya. Tampilan Juan ketika mengajar pun sangat fashionable, membuat siapapun betah menatapnya lama-lama. Seperti sekarang, ketika Juan sedang menjelaskan materi di depan, tak sedikit mahasiswi yang terkesima pada sosoknya. Sampai, selesai jamnya mengajar, ada seorang mahasiswi yang menghampiri Juan. “Pak Juan?”

Juan yang sedang memasukkan laptopnya ke dalam tas, berhenti sejenak. “Iya Mita?”

Wanita berkemeja satin dengan celana jeans ketat dan rambut yang diblow, tersenyum. “Wangi Pak Juan enak.”

Juan menatap sekeliling, kelas sudah sepi, tak ada orang lain kecuali dirinya dan Mita. “Makasih.”

“Selesai ngajar, Pak Juan ada acara lain?” Mita maju semakin dekat ke Juan. “Kalau gak ada, main ke kos saya.” Mita berbisik dengan nada menggoda di telinga kiri Juan.

Lelaki berkemeja hitam itu tersenyum. Dia melanjutkan merapihkan tasnya. “Maaf, kamu salah target,” ujar Juan lalu pergi dari kelas, meninggalkan Mita yang mendecih pelan. Bukan hanya Mita, bukan juga pertama kalinya untuk Juan digoda seperti ini oleh mahasiswinya. Bahkan ada mahasiswi yang terang-terangan mengajak Juan tidur bersama. Tapi tak pernah sekalipun Juan menerimanya. Juan akui, dia bukan laki-laki baik, sering menggoda wanita pula dulu di masa sekolah, tapi hanya sebatas bercanda. Soal perasaan apalagi sampai tidur dengan wanita, Juan tidak pernah main-main. Ketika teman-temannya di luar sana hobi gonta-ganti wanita, atau sekedar menyewa wanita satu malam, Juan sangat anti dengan hal tersebut. Bahkan sepanjang usianya, Juan hanya dua kali menjalin hubungan dengan perempuan. Pertama dengan Elin, yang kedua dengan mantan istrinya yang tahun lalu baru dia ceraikan.

“Fahmi!” Juan memanggil salah seorang mahasiswa yang diajarnya.

“Eh Pak?”

“Mau ke mana nih ramean?”

Fahmi tidak sendiri, ada dua temannya yang lain.

“Ngopi Pak. Mumet nih, habis Acara Perdata.”

“Alah gaya kamu. Saya ikut ya?”

“Yeuh ngatain tapi minta ikut. Ya ayo!”

Juan dan ketiga mahasiswanya mampir ke sebuah coffe shop. Juan berdiri di depan kasir, sedang memindai menu. “Kopi vietnamnya satu, carrot cakenya satu. Sekalian, tagihan punya anak-anak ini saya yang bayar.” Para mahasiswa Juan bertepuk tangan ketika sang dosen mengeluarkan dompetnya yang membuat Juan tersenyum malu. “Udah sana pada duduk. Jangan berisik. Emang saya topeng monyet ditepuk tanganin?”

“Siyaaaap Pak Juan si tampan dan dermawan!” Ketiga mahasiswa itu mencari tempat duduk, membiarkan Juan menyelesaikan pembayaran.

“Pembayarannya debit ya Pak.” Si kasir memastikan setelah Juan menyerahkan kartunya.

“Iya.”

“Silahkan pinnya.”

Juan menekan pinnya.

“Sore Kakak Rere!”

“Hai Kenzo!”

Perhatian Juan teralihkan pada anak laki-laki yang lari ke belakang meja kasir dan memeluk kaki si penjaga kasir yang kini Juan tahu namanya Rere.

Juan dan Arini [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang