2. Masa Lalu

7.2K 639 69
                                    

Selamat sore!!!!
.
.
.

Saat tangannya sibuk mengaduk sup, mata Arini sibuk memperhatikan gerak-gerik Juan yang nampak bingung memilih makanan di meja prasmanan. Ketika Arini dan laki-laki berkemeja garis-garis itu tak sengaja beradu pandang, Arini cepat-cepat mengalihkan perhatiannya dan menyuap sup ke dalam mulutnya. “Kenapa sih ngeliatin gue aja Jan?”

Arini menatap tajam ke arah Juan yang kembali duduk di sampingnya. “Gue punya nama ya Mas, Arini. Bisa gak jangan panggil jan jan terus? Gue panggil duda balik lo!”

“Itu emang panggilan kita gak sih dari SMA dulu?” Juan menyuap salad ke mulutnya. “Atau malah gue jadi duda gara-gara lo yang suka ngata-ngatain gue?”

“Enak aja! Takdir itu.”

“Takdir kok bisa samaan gini? Emang salah lo aja ini.”

“Gak, bukan salah gue. Salah lo!”

“Kenapa jadi salah gue? Yang ngata-ngatain gue duluan siapa?”

“Gue.”

“Itu tau, salah lo berarti!”

“Tapi lo juga ngatain gue jadi janda ya Mas!”

“Itu gara-gara lo duluan, Arini.”

Arini berdecak. Bahkan setelah kurang lebih dari sebelas tahun tak bertemu, Juan masih sangat menyebalkan bagi Arini. Teringat kisah keduanya di masa lalu yang tak begitu panjang namun tidak mungkin Arini lupakan karena keduanya sempat bertengkar hebat mempertahankan dan membela pasangan masing-masing. Arini kembali menyelam ke masa lalu, ketika dirinya mendengar gosip yang mengatakan bahwa kekasih Arini yang bernama Dewa digoda oleh Elin yang saat itu berstatus pacar dari Juan, yang Arini tahu Juan adalah jamet warung belakang karena lelaki itu suka sekali nongkrong di sana, menggoda wanita-wanita yang lewat dengan penampilannya yang bagi Arini urakan dan alay. Mendengar gosip yang beredar, Arini segera memastikannya pada Dewa, dan sang kekasih mengiyakan gosip tersebut namun mengatakan pada Arini bahwa dia tidak meresponnya. Arini yang dulu sedang bucin-bucinnya pada Dewa apalagi hubungan mereka akan menginjak dua tahun, mendatangi Elin dan memperingatkan si gadis agar berhenti mendekati Dewa. Entah bagaimana ceritanya, tapi suatu hari, yang Arini perkirakan kalau Elin mengadu pada Juan perkara Arini melabrak Elin, Juan bergantian melabrak Arini di tengah lapangan sekolah.

Saat itu Arini dan Juan menjadi pusat perhatian hampir satu sekolah, mengingat keduanya sama-sama terkenal. Arini terkenal cantik dan pintar, sementara Juan dicap sebagai kakak kelas nakal. “Lo yang labrak cewek gue?” Pertanyaan pertama Juan saat berhadapan dengan Arini.

Cewek lo duluan yang goda cowok gue.” Arini menjawab tanpa takut. Karena dia akan mempertahankan sesuatu yang menurutnya benar.

Gak mungkin. Mana ada Elin godain cowok spek kuli kayak cowok lo, ngarang.

Kok lo jadi ngatain cowok gue?!

Pokoknya, lo jangan gangguin Elin lagi atau labrak-labrak dia. Kalau lo ada urusan sama Elin, lewat gue.

Harusnya lo ngomong kayak gini ke cewek lo! Bilangin jangan goda-godain Dewa lagi.

Ih keras kepala ya lo! Elin gak ada godain Dewa!

Ada! Tanya aja sana sama orang-orang.

Juan menghela napasnya. Dia malas beradu argumen dengan Arini yang menurutnya keras kepala. Juan pun percaya penuh bahwa Elin tak mungkin menggoda laki-laki lain. “Terserah lo mau ngomong apa, gue percaya sama Elin. Lo gak usah rese.” Setelah berkata demikian, Juan berbalik meninggalkan Arini. Tapi Arini yang tak terima dengan ucapan Juan apalagi lelaki itu sampai mengata-ngatai kekasih Arini, melempar punggung lelaki itu dengan sepatunya. “Aduh anjir! Ngapain sih lo lempar-lempar?!

Juan dan Arini [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang