JANGAN LUPA VOMENTNYAAA!!
.
.
.“Jasmine tea?” Tirta menyodorkan secangkir teh hangat pada Arini yang sedang duduk menyendiri di teras belakang. Alih-alih mengambilnya, Arini justru terdiam menatap cangkir tehnya. Ingatannya melayang pada masa-masa bahagianya, sebelum menikah dan tahun pertama pernikahannya juga Tirta. Dulu, lelaki itu rutin membuatkan Arini teh melati tiap pagi, tak perduli seburu-buru apapun Tirta, dia pasti menyempatkan diri membuatkan Arini teh. Bagi Arini itu bukan hal kecil, karena tak banyak lelaki yang tiap harinya sengaja membuatkan istrinya teh. Bersama Tirta, Arini merasa dispesialkan. Tirta selalu memastikan kebutuhan Arini, mengingatkan istrinya agar tak terlalu lelah, dan banyak perhatian lainnya yang Tirta curahkan pada Arini sebagai seorang suami dan laki-laki yang mencintai istrinya. Namun itu hanya bertahan sebentar, sebelum akhirnya Ibu, yaitu orang tua Tirta, ikut campur dalam pernikahan putra tunggalnya. Arini ingat, semuanya bermula ketika Ibu menginap di rumah Tirta.
Sejak awal, Arini tahu Tirta adalah sosok anak yang sangat penurut dan dekat dengan Ibunya, mungkin karena latar belakang Tirta yang merupakan anak satu-satunya, juga Tirta besar tanpa seorang Ayah, sama seperti Arini. Hari itu, Arini bangun kesiangan karena Ken yang baru berusia satu bulan, semalaman banyak menangis dan membuat Arini terjaga. Berniat ingin membantu istrinya, Tirta berinisiatif memasak, juga membuatkan Arini teh melati seperti biasa. Namun hal tersebut memancing emosi Ibu. Arini yang baru keluar dari kamar, dengan kondisi perut sakit dan kepala pusing, langsung dimaki oleh Ibu. “Jadi gini kerjaan kamu sebagai istri di rumah hah? Anak saya dijadiin babu, sementara kamu enak-enak tidur. Baru bangun jam sembilan. Rin, saya gak pernah nyuruh Tirta masak, dia selalu saya larang, apalagi bikinin teh buat saya, gak mau saya karena Tirta itu laki-laki, bukan tugas dia di dapur. Tapi setelah nikah sama kamu, ternyata anak saya malah berubah jadi begini. Harusnya kamu yang di dapur! Bukan Tirta!”
“Bu, Tirta cuma mau bantu Arini.” Tirta mencoba menenangkan.
“Bantu apa? Kamu jadi kayak cewek!”
“Bu, maaf sebelumnya. Aku kesiangan karena baru tidur jam lima tadi, Ken agak rewel semalam.” Arini mencoba menjelaskan, meski dia agak terkejut dengan cara bicara Ibu yang sebelumnya tidak pernah dia lihat. “Aku juga gak tau kalau Mas Tirta masak, aku gak minta dia masak.”
“Harusnya jadi istri lebih peka. Udah Tirta, jangan lagi kamu lanjutin masak. Kamu siap-siap aja berangkat kerja.”
“Bu...”
“Sana siap-siap!”
Tirta terdiam di hadapan Ibunya, dia hanya menatap Arini iba, tanpa melakukan pembelaan lagi.
“Maaf Mas, biar aku yang selesain.”
Untuk hari itu, Arini mengalah. Karena dia pikir, itu salahnya yang bangun kesiangan, juga Arini mencoba tidak melawan mertuanya. Namun hari demi hari berlalu, watak asli dari Ibu mertuanya semakin tampak. Semua yang Arini lakukan, selalu salah di mata Ibu. Hanya karena Arini akan membawa cucian ke laundry karena dia tak sempat mencuci dan menyetrikanya sendiri, kemudian Ibu yang tak sengaja melihatnya, langsung mengomeli Arini karena menurut Ibu, laundry membuang-buang uang sementara di rumah ada mesin cuci. Alhasil Arini tak jadi membawa cuciannya ke laundry, dia mencuci sendiri sambil menggendong Ken yang kala itu sedang demam. Sepulangnya Tirta bekerja, Arini berkeluh kesah pada sang suami, menceritakan kejadian siang tadi. Namun respon Tirta justru membuat Arini kecewa. “Kamu turutin aja kalau Ibu ngasih tau ya Rin. Beliau orang tua kita, orang tua aku satu-satunya. Sabarin aja.”
Oke, Arini mencoba sabar kembali. Tapi kejadian seperti itu terus terulang, dan menurut Arini Ibu mertuanya semakin ikut campur, sampai ke urusan uang bulanan. “Gak usah gede-gede kamu kasih Arini. Buat beli sembako aja cukup. Kalau kamu kasih gede, keenakan dia bisa belanja ini itu. Terus Dipta juga, uang jajannya gak usah banyak-banyak. Dia bukan tanggung jawab kamu.” Arini tak sengaja mendengar obrolan mertua dan suaminya di dapur, dan lagi-lagi Tirta mengiyakan, menuruti tiap permintaan Ibunya meski menyakiti Arini. Karena itu pun, cekcok di antara Arini dan Tirta mulai terjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/352862812-288-k158959.jpg)